O9/1O

2.6K 486 81
                                    

Biasakan vote sebelum membaca.
---

Ini adalah pertemuan mereka...

________

Kembali ke masa sekarang, (lanjutan chap 4).

Kini, (Name) tengah berbaring diatas kasur miliknya. Ia terpikirkan perkataan Isagi padanya tadi.

"Apa benar Chigiri menyukaiku?"

(Name) mengusap wajahnya pelan, kemudian menghela nafas. "Dipikir-pikir memang masuk akal, ia selama ini sangat peduli padaku. Tapi kenapa? Bukankah dia tau kalau aku punya Yoichi? Ah.. tapi sekarang sudah tidak, sih."

(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya menggeleng pelan. "Lebih baik aku tidur," ucapnya.

.
.

(Name) membuka matanya perlahan, kemudian menatap sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Name) membuka matanya perlahan, kemudian menatap sekitar. "Apa ini? Mimpi?"

"(Name)."

(Name) menoleh ke sumber suara, kemudian terkejut. "Y-yoichi.."

(Name) dengan cepat memeluk Isagi. Hangat. Setelah sekian lama ia memeluk halusinasi yang dingin, sekarang ia memeluk Isagi dengan hangat.

"A-pa ini? Hangat, a–aku menyukainya. Aku merindukannya," ucap (Name) sembari mengeratkan pelukannya.

Isagi tersenyum tipis, kemudian mengelus rambut (Name) pelan. "Aku juga merindukannya. Boleh kita bicara? Aku rasa.. ini sudah saatnya," ucap Isagi.

(Name) melepaskan pelukannya, kemudian menatap Isagi dan mengangguk pelan.

Mereka berdua berjalan sebentar, kemudian duduk di pojok ruangan.

"(Name), maaf."

"Eh?"

"Maaf karena aku.. kamu mengalami hal yang sangat berat."

"Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba?"

Isagi tersenyum kecil. "Maaf, ya. Aku tidak tau kalau ternyata taman hiburan itu benar-benar menjadi pertemuan terakhir kita. Maaf karena aku pergi meninggalkanmu disaat hari ulang tahunmu. Aku harap kau tidak membencinya."

(Name) menunduk. "Aku sudah terlanjur membencinya. Kau pulang karena ingin merayakan hari ulang tahunku, kan? Aku.. aku minta maaf."

"Tidak, kok. Aku memang sudah boleh pulang pada saat itu, dan kebetulan hari itu adalah hari ulang tahunmu. Jadi itu bukan salahmu, (Name). Tolong jangan membenci hari ulang tahunmu, ya?"

"... akan kucoba."

Isagi tersenyum, kemudian menatap kedepan. "Boleh aku minta satu permintaan?"

(Name) menatap Isagi. "Apa?"

Isagi menatap (Name), kemudian berucap. "Tolong lupakan aku, (Name)."

".. hah? Apa maksudmu?! Bagaimana mungkin aku melupakanmu!"

"Tidak tidak, maksudku bukan melupakan seperti itu. Maksudku.. kau harus minum obat, dan berhenti seolah-olah aku masih ada."

(Name) kembali menunduk, kemudian mengepalkan tangannya. "Aku tidak bisa.."

"Bisa. Aku tau kamu pasti bisa—"

"Aku tidak bisa!"

"Sialan, kau pikir melupakan seseorang yang sangat berharga dihidupmu itu mudah?! Itu sangat sulit! Aku juga ingin sembuh.. tapi jika kesembuhanku membuatku tidak bisa bertemu denganmu lagi, aku tidak mau sembuh!"

"Kau egois, (Name)."

"Kau telah menyakiti Chigiri. Kau terlalu memikirkan dirimu sendiri."

"Apa maksudmu menyakiti Chigiri? Aku tidak melakukannya!"

"Kau melakukannya! Selama ini kau selalu melakukannya! Dia sudah menyukaimu semenjak kita dekat! Dia menahan rasa sakit selama ini. Kau selalu mengabaikannya. Apalagi akhir-akhir ini setelah aku tidak ada! Apa kau tidak sadar? Yang selalu ada disaat dirimu terpuruk itu Chigiri, bukan aku!"

"..."

"Aku mohon, tolong minum obatnya. Aku mohon jangan terpaku pada diriku terus, aku sudah meninggal, (Name). Yang selama ini kau lihat hanya halusinasi!"

Isagi menggenggam tangan (Name). "Tolong buka hatimu untuk Chigiri."

(Name) menatap Isagi, kemudian mengalihkan pandangan. "Kenapa kau menangis?" Gumamnya.

"Maaf, aku tau ini tidak mudah. Tapi aku yakin kamu pasti bisa melakukannya. Kalau kamu terus seperti ini, disana aku juga tidak tenang. Jadi tolong, buatlah aku tenang. Aku tidak mau kamu begini terus."

(Name) menghapus air matanya yang mengalir deras, kemudian menatap Isagi dan memeluknya. "M-maaf, maafkan aku. Maafkan aku, Yoichi. Maafkan aku karena membuatmu tidak tenang."

Isagi mengelus kepala (Name), kemudian membalas pelukan (Name) erat. "Sshh.. aku mengerti, jangan minta maaf lagi."

Isagi terus mengelus kepala (Name), kemudian berucap. "Maaf karena telah membuatmu terkena skizofrenia, (Name). Setelah kau bangun, tolong hidup bahagia, ya? Ini akhir pertemuan kita, (Name). Aku yakin kau bisa melakukannya, karena aku akan selalu mendukungmu meskipun aku tidak ada disebelahmu."

"Aku tau, kau juga menyukai Chigiri. Meskipun perasaanmu sekarang sedang tertutup, tapi aku mohon setelah ini tolong buka, ya?"

"Aku mencintaimu. Selalu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhirku. Aku tidak akan melupakanmu dan kenangan kita."

(Name) mencengkram pakaian Isagi, air matanya kembali turun. "Aku juga mencintaimu. Aku sangat sangat mencintaimu. Terima kasih untuk semuanya selama ini, Yoichi."

Isagi melepaskan pelukannya, kemudian mencium kening (Name) dengan mata tertutup. "Sama-sama, sayang."

________

... yang terakhir kali.

Semoga feel sedihnya kerasa :"

-✔𝐁𝐎𝐘𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃 : Isagi YoichiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang