||Don't copy and paste||
Elbriano mengangkat kepalanya, menunjukan presensinya di balik punggung Amateo, lalu tersenyum menampakan gigi gingsul nya, hingga membuat yang lain merasa terpana.
"Hai" sapa Elbriano lembut, juga malu-malu.
Namun suara lembut berupa sapaan itu, sukses membuat yang lain menjadi kaget.
Bagaimana tidak kaget? Seseorang yang mereka sering panggil 'pembawa sial' itu berubah drastis. Cukup dari suara, mereka yang memang teliti akan hal kecil tentu dengan lekas mengetahui siapa pemilik suara tersebut.
Walaupun, biasanya yang terdengar suara takut-takut, teriakan kesakitan dan tangisan. Namun, kali ini anak itu berani mengangkat pandangan nya.
Wajah itu mengingatkan mereka pada Nyonya Luice, Meirya Alanda Luice yang telah tiada, karena di bunuh oleh musuh keluarga Luice. Bahkan Elbriano terlihat seperti duplikat Alanda, namun versi gender yang berbeda.
Atensi semua orang yang ada di meja makan teralihkan pada perban yang terpasang rapi dengan darah yang nampaknya masih keluar, terlihat dari warna merah yang tembus.
Yeah, walaupun itu hanya akal-akalan Elbriano saja, namun mereka yang tak tau beranggapan lain.
"Turunkan El, Teo. El ingin makan," bisik Elbriano pada Amateo namun terdengar nyaring, hingga keluarga Luice yang terdiam masih dapat mendengarnya dengan jelas.
Amateo menurunkan Elbriano perlahan, lalu berpamitan untuk pergi sejenak.
"Ahh... saya hampir lupa, Tuan Muda bisa memanggil saya kapan saja jika memerlukan sesuatu." Pesan Amateo diangguki antusias oleh Elbriano hingga surai nya ikut bergoyang, dan pemandangan itu di tangkap oleh keluarga Luice yang lagi-lagi seakan terhipnotis dengan sosok yang terlihat baru tersebut.
Amateo yang kembali memanggil si manis dengan panggilan 'Tuan Muda', karena mereka tak berdua saat ini.
Pria itu perlahan pergi meninggalkan Elbriano, yang memasang wajah polos tak tahu-menahu saat berjalan mendekat kemudian menduduki kursi diantara Ken dan Key, kembar Luice. Karena kursi itu yang kosong dan lebih dekat dari posisi ia sebelum nya saat di turunkan oleh Amateo.
"Kursi ini kosong bukan? El tak apa jika duduk disini?" Tanya Elbriano sopan dengan senyum lucunya. Astaga!! Bagaimana anak itu bisa semenggemaskan ini? Sungguh, mereka tak tau kenapa tiba-tiba rasa hangat menjalar di hati mereka yang telah terlampau beku.
"Siapa kau sebenarnya?" Bukan menjawab pertanyaan si manis, Tuan Luice malah balik bertanya, walaupun ia sendiri merasa pertanyaan itu terkesan konyol, kala ia memang agak yakin lawan bicaranya ialah si bungsu.
"Huh? Aku Elbriano, Elbriano Anselo Vallanteo Luice. Apa kah kau adalah Tuan Luice? Karena kau terlihat lebih tua dari yang lain, jadi ku pikir kau itu ayah ku" balas Elbriano mencebikan bibirnya, terlihat kesal dengan Tuan Luice yang menatap nya intens, namun terlihat cocok untuknya, menambah kesan imut pada nya. Hingga yang lain menggigit pipi dalam mereka menahan tuk tidak menyekap dan berniat tuk memilikinya hanya seorang saja, pada sosok mungil tersebut.
Di samping itu, mereka juga terkejut mendengar perkataan Elbriano beberapa saat lalu. Dia tak mengenali ayahnya sendiri? Serius? Ada apa dengan bocah itu?!
"Hei sialan, apa kau melakukan operasi plastik?" Datar Ken yang tak bisa menahan rasa penasaran nya, ia pikir seseorang bisa berubah drastis hanya dengan operasi plastik. Meski tak yakin, sebab yang sedikit ia tau Elbriano sama sekali tak keluar kamar.
Kata pedas dari Ken di samping nya membuat bola mata Elbriano seketika berkaca-kaca, dan bibir yang perlahan bergertar.
Tepat, tebakan Elbriano sebelumnya benar! Salah satu dari mereka akan bertanya seperti itu. Baiklah, seperti pikir Elbriano sebelum kemari, ia akan melakukannya dengan mulus. Targetnya, untuk membuat keluarga iblis sialan Luice ini jatuh hati padanya saat pertemuan pertama kali ini!
Mari beradu peran!!
"A-apakah kau ka-kak El? Tapi, kenapa kau menyebut El sialan? Apa salah El? Pa-pasti kau marah karena El du-duk di sini ya?" Tanya Elbriano, mulai meneteskan air mata nya yang membuat Ken meruntuki kesalahan nya.
Air mata buaya, huh?!
Biasanya Ken senang mendengar Elbriano menangis karena dirinya, namun kenapa saat ini Elbriano dalam penampilan berbeda juga membuat perasaan nya ikut berubah? Ken menyesali ini, sungguh! Ia tak berniat membuat sosok menggemaskan di samping nya terisak.
Elbriano bangkit dari duduknya, merasa tak pantas untuk disana, terlebih cacian kecil dari Ken membuat nya lebih ingin pergi menjauh dari sana.
"Diam di tempatmu, Elbriano!" Sentak Tuan Luice tak suka dengan Elbriano yang malah ingin sesuka hati meninggalkan mereka, walaupun alasan untamanya ingin lebih lama melihat wajah manis yang sama persis milik mendiang sang Istri. Sayang tuk di lewatkan.
Mendapati suara keras kembali, Elbriano lagi-lagi di buat sibuk berkutat dengan air mata dan isakan yang berusaha di tahan dengan kuat. Bahkan remaja tersebut kembali duduk dan menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan guna menghalau isakan dan air mata agar tak tampak.
Samar-samar terdengar, suara sesenggukan Elbriano yang tenggelam di baliknya. Tuan Luice pusing sendiri dibuat nya, hingga pria yang masih terlihat muda tersebut mengurut pangkal hidung nya.
Hening selain suara dari Elbriano, membuat Xava berdecak, ia sungguh lapar. Apa yang lain tidak bisa menenangkan bocah yang mengaku sebagai bungsu Luice itu?
Meski selapar-laparnya seorang Xava yang sangat malas tuk berbicara, lebih merasa lapar lagi Elbriano yang tiba-tiba berbunyi perutnya. Tangan basah oleh air mata itu turun, malah mengelus perut yang agak buncit miliknya, ia menatap yang lain dengan mata sembab, hidung memerah lucu, dan pipi yang merona malu.
"Boleh El makan? El lelah menangis" ucap Elbriano polos mementingkan kondisi perutnya, seolah lupa kejadian beberapa detik lalu dimana ia masih menangis karena keluarga yang isinya semua seperti monyet, kecuali Elbriano tentunya, hihihi...
Dari Tuan Luice, Damian hingga Key menatap gemas pada Elbriano yang tak tau malu makan terlebih dahulu di banding mereka, untuk apa dia meminta izin tadi?
"Baiklah, silahkan makan makanan kalian masing-masing. Dan setelah ini, kau ikut bersamaku, kita berbicara empat mata." Putus Tuan Luice di angguki seluruh anggota Luice yang berada di sana, kecuali Elbriano yang terus dengan lahap memakan makanannya. Meski begitu, telinga Elbriano masih apik terpasang, ia pun tau bahwa ucapan terakhir Tuan Luice itu di rujukan padanya.
Peduli setan!! Sungguh, jiwa di dalam sana sangat kelaparan!!
'Bodohnya aku malah terlihat seperti anak manja barusan, menjijikan! Seharusnya aku membuat mereka merasa bersalah dengan ku, kenapa aku tidak berlagak seperti orang teraniaya saja tadi?'
'Ahh!! Aku tak peduli, untuk saat ini aku harus makan banyak. Karena sehabis ini aku harus menghadapi keparat tua bangka yang telah merenggut kebahagiaan ku!!'
Kalian tau, batin siapa yang mengoceh tak berguna seperti itu.
.
.
.
Ngak nyambung, yaudah di sambungin aja!
Bad mood plis!!SPOILER:
"Akhh... to-tolong!"
"Cepat panggilkan dokter, bodoh!"
"Sakit..."
"Hei! Bertahanlah, El! Jaga kesadaran mu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRIANO
Fanfiction[Harap Follow sebelum membaca] Vee, aktor muda yang tengah popular. Pria itu berjumpa dengan salah seorang penggemarnya, aneh nya penggemarnya berkata bahwa ia akan mengalami 'transmigrasi'. Itu mustahil bagi Vee, namun yang mustahil itu bukan kah s...