VI.Anselo

334 70 44
                                    

||Don't copy and paste||












Manik indah perlahan terbuka, bibirnya terasa kelu tuk sekedar melontarkan erangan kecil saat rasa sakit menyerbu dengan cepat. Pandangan nya masih terasa berputar, tangan yang mula nya terkulai lemah perlahan di gerakan menuju sesuatu yang terpasang pada wajahnya.

Itu Masker oksigen. Lantas, apa penyebab dirinya di ruangan yang di dominasi hitam ini? Ruangan ini bukan salah satu ruangan perawatan di rumah sakit, bukan pula kamarnya.

Dia, Elbriano. Perlahan menggali ingatan terakhir kali mengapa tubuhnya menjadi lemah seperti ini, bahkan ada selang infus di samping kasur mewah dan lembut yang terbuhung, mentransfusi cairan padanya.

"Aku makan ikan" lirih Elbriano serak, suara yang keluar pun tak lebih seperti bisikan kecil. Hanya tiga kata yang terucap namun tenggorokan nya terasa sakit, walaupun saat kejadian di meja makan lebih sakit rasanya.

Sedikit banyak yang ia ketahui, Anafilaksis.

Mungkin bagi sekalangan besar orang, alergi hanyalah suatu gangguan kecil. Tetapi bagi sebagian kecil orang lain, alergi bisa membahayakan. Reaksi alergi yang paling berat dan mengancam nyawa adalah shock anafilaktik atau anafilaksis.

Anafilaksis merupakan reaksi antibodi imunoglobulin terhadap sejumlah besar antigen yang berbeda-beda. Reaksinya sangat tiba-tiba, hanya beberapa detik atau beberapa menit setelah tubuh terpapar alergen (pemicu alergi).

Memang reaksinya sangat mendadak, namun bagi Elbriano tak kaget karena ia tau makan laut menyebabkan dirinya akan seperti ini. Walaupun ternyata rasa sakitnya seolah membunuhnya untuk kedua kalinya.

'Aku takut. Jika aku sakit, biasanya aku akan menjadi manja, bagaimana jika aku bertindak konyol pada mereka? Yang ada hancur reputasiku! namun yang lebih buruknya rahasiaku akan terbongkar! Tidak keren, aku baru sebentar berada disini'

Suara dalam benak Elbriano yang tengah kalut, tak lama matanya berkaca-kaca.

'Aku lebih suka merepotkan Ten, pria itu tulus sungguhan padaku! Setelah ini aku harus membuat Ten menjadi asisten pribadiku! Bagaimanapun caranya!'

Elbriano memejamkan matanya kembali, karena ia tau kondisinya kini sangat lemah, bahkan bernafas saja memerlukan bantuan alat. Beruntunglah tak ada satu pun anggota kelurga Luice di ruangan ini.

Dirinya sakit, dan harus beristirahat lebih banyak. Setidaknya itu membantu beberapa persen tingkat kesembuhan nya. Juga, ia harus terlihat tenang dan natural, karena tidak mungkin ruangan seperti ini tak memiliki cctv, pasti ada di tempat yang tak dapat dijangkau.

Tuan Luice tidak mungkin membiarkan Elbriano, Tak terlihat maupun menghilang dalam jangkauan nya.











.
.
.












Elbriano membuka matanya, melihat sekitar tak lain ialah kegelapan sejauh mata memandang, ia berada seolah butiran kecil yang di tekan kepekatan itu untuk lenyap.

Meski berbeda, kini tak ada rasa sakit saat membuka mata, tetapi tetap saja hal yang ada ini tak wajar.

"Hei! Ini jalan menuju alam baka kah?!" Tanya Elbriano nyaring entah pada siapa, tak balasan kecuali suaranya yang terus berdengung dan memantul tampa henti, ia pusing sendiri mendengarnya.

ELBRIANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang