VIII. Ken Mimisan

165 33 14
                                    

Elbriano, remaja menggemaskan itu luar biasa bersemangat tuk pergi ke sekolah, kini bertengger setia di meja makan yang kosong. Pagi-pagi saja bocah itu sudah siap dengan seragam sekolah yang terpasang secara asal-asalan di tubuhnya, belum lagi rambut halus itu terlihat acak-acakan seperti tak disisir dengan benar.

Amateo senantiasa berdiri di samping Elbriano agaknya sedikit risih dengan penampilan si bungsu Luice. Bayangkan saja, mereka sekeluarga benci sesuatu hal yang berantakan dan jauh dari kata rapi.

Sementara pelakunya sendiri, ingin kalau ia memakai seragam seperti ini, ia akan terlihat cool, tentu saja ia tak ingin terlihat seperti Upik abu jika kesekolah. Elbriano harus mengeluarkan kesan bad boy nya, agar para siswa yang lain nanti tak akan ada yang meremehkan dirinya.

"El, Tuan besar dan yang lainnya, bisa memarahi mu, jika El berpakaian seperti orang yang telah melewati badai. Ayo ganti!" Ajak Amateo yang tak tahan kini.

Elbriano menoleh kearah Bodyguard nya itu, lalu menggeleng dengan wajah tak Sudi. "a... a... a... El sudah sangat tampan, jangan Teo hancurkan penampilan El yang rupawan ini"

Amateo menghela nafas, mendengar penolakan dengan bernada lucu dari Elbriano. Belum sempat berlalu waktu dalam beberapa detik, muncullah si kepala keluarga dengan seluruh anak-anak yang lain.

Mereka menatap heran pada si bungsu yang sekarang tersenyum sangat manis pada mereka, walaupun begitu, tak ingin kalah, mereka membalas senyuman Elbriano, walaupun tipis, namun terlihat sangat tampan.

Xava yang pertama kali menyadari penampilan adik bungsunya, setelah mereka menempati kursi masing-masing.

"Elbriano, bisakah kau rapikan penampilan mu? Tidak rapi, seperti anak-anak" komentar Xava datar, mengabaikan para maid yang mulai menyajikan makanan dengan penuh ke hati-hati dan gesit.

"Apa? Kakak tidak tau fashion?" Elbriano memelototi Xava, sementara korban pelototan itu, bukannya tersinggung malah terkekeh kecil melihat wajah si bungsu, sama sekali tak menyeramkan, malahan itu membuatnya semakin gemas.

"Apapun itu, setelah makan Ayah akan merapikan pakaian mu, Elbriano. Jangan kabur" peringat Tuan Luice pada si bungsu yang kini menatapnya dengan cemberut.

Astaga, wajah cemberut El kini merupakan hal favorit mereka mulai detik ini, El terlihat seperti anak kucing yang telinganya turun dengan sedih. Lucu sekali, mereka suka!

"Dengarkan itu anak nakal." Timpal Dylino membuat Elbriano semakin bersungut-sungut kesal.

Tapi jujur saja, bagi mereka penampilan Elbriano yang urarakan tergolong kategori manis. Sok keren, padahal wajah bayi itu menghianati penampilan nya sendiri.

"Buat apa berpakaian seperti berandalan, El?" Key bersuara, di angguk Ken yang masih dengan wajah lempeng nya, Tampa eskpresi, padahal ia ingin sekali menarik Elbriano dan mengurung adik bungsu nya di kamar nya, adiknya sungguh manis.

"Tidak tau, aku tadi malam mimpi berpakaian seperti ini, dan semuanya kagum padaku, memujiku sebagai orang paling tampan di dunia" alibinya dengan kebohongan yang tertutupi dengan baik, walaupun raut wajahnya terlihat sangat antusias bercerita, lain lagi hati nya yang dongkol.

Kepala keluarga terkekeh, dan mempersilahkan semuanya makan dengan tenang, sesekali si bungsu mengoceh kesenangan karena kakak kembarnya kompak menaruh sayur yang banyak padanya. Elbriano suka semuanya, kecuali makanan laut, itu bisa membunuhnya.

Kembali pada aktivitas masing-masing setelah makan, Elbriano bersama kedua saudara kembar itu menuju sekolah, tentu saja setelah pakaian Elbriano kembali rapi berkat Tuan Luice. Beruntung nya, wajah nya yang super tampan nan menawan itu cocok saja di padukan dengan seragam rapinya, bahkan rambutnya sekarang tak kalah teraturnya, Untung tidak klimis seperti paman-paman tukang kebun di kediaman ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELBRIANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang