||Don't copy and paste||
Setelah makan, Elbriano dengan langkah riang terkesan lucu mengikuti Tuan Luice, Damian yang berjalan dengan wajah sangar dan datar andalan nya.
Sesampai di depan sebuah ruangan, Damian memasuki nya di ikuti Elbriano yang masih sedia memasang tampang polosnya, sementara pikiran nya berjaga-jaga jika saja ada serangan mendadak dari Damian.
Pintu tertutup, dan Elbriano menyadari ruangan yang merupakan tempat kerja Damian ini kedap suara, serta ada beberapa cctv kecil yang terletak agak tersembunyi, benda itu telah ia retas sewaktu menjadi Vee si aktor dahulu.
"Duduk kemari!" seru Damian yang menduduki kursi kerjanya, berhadapan langsung dengan kursi yang kini tengah Elbriano tempati, terhalang sebuah meja besar yang membentang.
"Baiklah, jelaskan apa yang terjadi padamu" titah pria yang tak lagi muda namun masih sangat tampan tersebut, membuat Elbriano memiringkan kepalanya, menatap polos Damian dengan senyuman yang lagi-lagi memperlihatkan kedua gingsulnya.
Astaga, Damian bisa saja terkena diabetes!
"Yang terjadi padaku? Aku tidak tau. Tapi apa kau itu ayahku? Atau malahan kakak ku? Kau terlihat masih muda jadi mungkin saja ternyata kau kakak ku, bukan?" Cerewet Elbriano bertanya, membuat Damian menahan tangan nya yang bersikeras ingin mencubit pipi yang berisi milik Elbriano.
"Aku ayah mu," jawab Damian, membuat Elbriano mengangguk mengerti.
'Keparat ini, baru sekarang kau mengakui sebagai ayah dari Elbriano? Biadab, anak mu telah mati kau baru mengakui nya' batin Elbriano julid. Rapat dadakan bersama tua bangka ini sangat menyebalkan.
"Jelaskan, mengapa kau menjadi seperti ini?" Tambah Tuan Luice yang membuat si bungsu menggaruk pipinya, padahal tidak gatal sama sekali. Wajah kebingungan itu sangat indah, mirip sekali dengan sang istri.
"Bagaimana caraku menjelaskan nya? Aku hanya tau namaku saja saat bangun" jawab Elbriano mengerucutkan bibirnya, matanya menatap kesal pada Damian yang mengetuk kan jemarinya di atas meja sembari berfikir.
"Benarkah? Bagaimana keadaan saat kau terbangun?"
Elbriano menganga kecil, matanya berkedip-kedip mencoba memahami perkataan atau lebih tepatnya pertanyaan Damian barusan. Suka sekali pria itu menyerangnya dengan pertanyaan tak bermutu seperti itu.
"Aku terbangun di kamar mandi, kepala ku sakit dan ternyata berdarah sangat banyak, aku langsung mengobatinya. Aku hanya mengingat nama ku, Elbriano Anselo Vallanteo Luice." Elbriano memberi jeda pada ceritanya, membasahi bibirnya yang agak mengering.
Bumbu-bumbu kebohongan itu, melekat dengan indah di ucapan nya.
"Setelah itu aku bercermin, aku kaget ternyata wajahku sangat jelek. Tapi setelah aku mencuci muka, wajah jelek itu menghilang, aku bingung dan aku memilih tuk mandi, karena badan ku terasa agak lengket. Setelah mandi, kulitku ternyata putih bukan hitam kusam, ku pikir itu krim kulit. Aku tak tau, sungguh! Untuk apa aku sebelumnya memakai sesuatu yang membuat aku nampak jelek,"
Elbriano mendadak cemberut, wajah nya seketika masam, mengingat rambut nya. "Aku risih, terlebih pada rambut ku yang panjang, aku menemukan gunting lalu ku potong rambutku. Syukurlah terlihat lebih baik dari yang tadi."
Tuan Luice, Damian menghela nafas dan mendesah pelan. Apa artinya selama ini Elbriano memakai penyamaran, tapi untuk apa?
Jangankan Damian, sewaktu sebelum mengalami hal konyol ini pun jiwa Vee tak mengetahuinya. Vee tak tau wajah Elbriano asli karena selalu menunduk. Terlebih tak ada cctv di kamarnya, oleh sebab itu Tuan Luice bertanya, bukan nya memeriksa cctv. Kejadian tersebut di kamar si bungsu yang tak memiliki cctv satu pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBRIANO
Fanfiction[Harap Follow sebelum membaca] Vee, aktor muda yang tengah popular. Pria itu berjumpa dengan salah seorang penggemarnya, aneh nya penggemarnya berkata bahwa ia akan mengalami 'transmigrasi'. Itu mustahil bagi Vee, namun yang mustahil itu bukan kah s...