___WAITING FOR A CHANGE___
By: InsideTNL
Genre: Novel Non Fiksi
Description: disalin dari jurnal harian
Author: TNL
"Perjalanan yang melelahkan masih teramat panjang.
Masih banyak waktu yang tersisa.
Keyakinan diri kembali dipertanyakan.
Apakah hingga saat ini masih dengan setia menunggu datangnya perubahan?"Part: 01
________
Juni-13-2020Halaman pertama di buku baru.
Luar biasa! Aku bahkan tidak menyadari sudah sampai sejauh ini.
Sudah berlalu tiga tahun sejak pertama kali aku menulis di buku harian.
Banyak hal telah kulalui dengan penuh perjuangan.
Dan aku sangat bersyukur hingga hari ini aku masih bisa menulis.
Walaupun hari ini leher dan punggung atasku masih sangat tegang.
Perutku juga terasa begah.
Aku harus mulai mengurangi porsi makanku karna ini sudah mulai serius.
Musim panas sudah datang.
Langit yang cerah, udara panas, dan sungai yang jernih.
aku selalu suka musim panas.
Bunga lotus liar bermekaran dengan begitu indah.
Musim panas akan selalu mngingatkanku pada kenangan-kenangan indah bersama ibuku.
Namun saat ini kondisi lambung dan badanku belum cukup membaik.
Aku menjadi malas untuk pergi keluar karna memang rasa badan yang tidak karuan.
Aku menipu semua orang dengan sikapku yang seolah aku baik-baik saja.
Suaraku juga masih cukup keras saat aku berbicara.
Hingga nyaris tak ada yang percaya bahwa aku masih sakit.
Akan tetapi aku juga tidak punya tenaga untuk menjelaskan.
Jadi yang bisa kulakukan hanya membiarkan mereka tetap menganggapku sekedar manja dan drama.
Semenjak aku sakit, banyak hal yang tidak lagi menjadi urusanku.
Banyak hal telah berubah seiring dengan waktu yang terus berjalan.Sepupuku memberikan satu mangkuk kecil nuget goreng.
Lalu jung eun ji mencobanya dan mengatakan rasanya asam.
Setelah ia pulang aku turut mencicipinya sedikit.
Dan menurutku rasanya sangat enak.
Lidah setiap orang memang tidaklah sama.
Terutama aku yang setiap hari hanya makan tumis labu dan ikan rebus.
Tentu saja rasa gorengan seperti itu menjadi sangat enak untukku.
Lain halnya dengan eun ji yang setiap harinya selalu terbiasa dengan makanan-makanan enak.
Tentulah yang seperti buatan sepupuku itu tidak cocok dengan lidahnya.
Aku tak merasa eun ji itu sombong.
Hanya saja, ia seperti tak melihat bagaimana aku bertahan hidup hanya dengan nasi, tumis labu, dan ikan kukus.
Beruntung jika aku masih bisa makan sedikit kue gandum isi kacang hijau di pagi hari.
Seharusnya ia bisa lebih bersyukur atas kesehatannya selama ini.
Tapi aku tak bisa menyuarakan apapun.
Aku bisa merasakannya...
Eun ji sudah mulai menganggapku hanya terlalu paranoid dengan penyakitku.
Sejak aku sakit, beberapa relasi memang menjadi rumit.
Terutama dengan orang-orang yang tak memiliki empati.
Aku seringkali di judge hanya manja dan drama.
Seakan aku hanya sedang memainkan drama murahan untuk menarik perhatian.
Aku juga harus melawan perasaan kesepian karna tak bisa lagi mengikuti kebiasaan orang-orang yang menjalani hidup dengan sehat dan bebas.
Beberapa teman dekat bahkan terang-terangan menyindirku hanya manja dan drama.
Kalau saja bisa, maka aku juga ingin apa yang terjadi padaku ini hanya sebuah sandiwara dimana peristiwa yang dialami oleh tokoh utamanya hanyalah sebuah adegan tak nyata.
Kalau bisa demikian, maka aku sangat berharap apa yang terjadi padaku hanyalah sebuah pertunjukan sandiwara.
Namun aku tak bisa menipu diriku sendiri.
Semua yang terjadi padaku, semua yang kurasakan selama ini, semuanya terlalu nyata untuk ku abaikan.
Rasa sakit dan kesedihanku, semua itu bukanlah ilusi ataupun khayalan semata.
Didunia ini, orang bodoh mana yang ingin merasakan sakit?
Siapa yang senang berada dalam kesusahan?
Kalau saja aku bisa memilih, aku juga tak ingin seperti ini.
Aku tak bisa lakukan apapun karna ini memanglah takdirku.
Karna itu sangatlah menyakitkan saat ada yang meremehkan sakitku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For A Change
RandomIni tentang diriku. Tentang aku. Tentang ceritaku. Tentang marahku, kesepianku, kecewaku. Juga tentang sedih, hampa, dan kebingungan yang membuatku nyaris kehilangan arah. Ini kisahku... hanya deretan kalimat yang berasal dari buku harian yang menja...