___WAITING FOR A CHANGE___
By: InsideTNL
Genre: Novel Non Fiksi
Description: disalin dari jurnal harian
Author: TNL
"Perjalanan yang melelahkan masih teramat panjang.
Masih banyak waktu yang tersisa.
Keyakinan diri kembali dipertanyakan.
Apakah hingga saat ini masih dengan setia menunggu datangnya perubahan?"Part: 06
______
Agustus-10-2020
Aku tidak sedang mendrama seperti yang seo jin tuduhkan padaku.
Astaga! Kenapa aku begitu sensitif dengan kata "mendrama"?
Mungkin karna aku begitu muak di judge seperti itu.
Demi menjaga badan yang lemah ini, aku terpaksa harus terus menggigit lidahku dengan keras agar tidak semakin memperburuk keadaan.
Aku harus tetap kuat bagaimanapun caranya.
Aku harus menelan semua kesedihan meski itu terasa seperti duri yang menusuk tenggorokanku.
Aku tidak boleh memperlihatkan kelemahanku karna itu akan semakin menjadi beban.
Kadang aku begitu emosional.
Terbawa perasaan nelangsa yang apabila sampai terlihat orang lain maka akan sangat menyedihkan.
Bukan keinginanku untuk banyak berfikir.
Akan tetapi, memang banyak hal yang harus difikirkan.
Aku harus terus menarik nafas.
Memetakan semuanya agar aku tak tersesat, kehilangan jati diri dan arah.
Dan satu hal yang harus selalu kulakukan.
Aku tak boleh menyerah!______
Agustus-11-2020
Bunga-bunga lotus telah bermekaran di area pesawahan.
Musim panas tahun ini datang terlambat.
Di bulan agustus, air sungai masih cukup tinggi.
Aku ingin mengambil banyak foto bunga lotus.
Aku ingin berfoto di tengah padang lotus yang indah.Aku harus berlapang dada.
Menerima dengan senang hati segala ketentuan tuhan.
Aku akan menjalani hidupku apa adanya.
Aku akan melupakan masa lalu yang menyakitkan dan menghadapi masa depanku dengan penuh keyakinan.
Semoga, aku bisa merealisasikan semua itu.
Amien...Sekitar dua bulan yang lalu aku mengganti nomer whatsapp ku.
Sewaktu datang kerumahku, seo jin menanyakan hal itu.
Namun ia juga tak meminta nomer baruku.
Ia cuma memastikan apakah nomerku benaer-benar sudah berganti.
Sepertinya, seo jin sudah tak tertarik untuk berkomunikasi denganku di whatsapp.
Saat ini satu-satunya yang menghubungkanku dengan seo jin di media sosial adalah instagram.
Seo jin masih bisa menemukanku di sana.
Dan aku berencana untuk mengeluarkan seo jin dari daftar followers ku jika tahun ini ia kembali melupakan tanggal ulang tahunku.
Tahun lalu, ia baru mengirim pesan ucapan selamat ulang tahun saat ulang tahunku sudah lewat beberapa bulan.
Sekarang dalam obrolan kami (yang hanya terjadi satu atau dua kali dalam setahun) aku bisa merasakan adanya kecanggungan.
Seo jin seperti ragu saat ingin bicara soal topik yang sekiranya akan membuat urat syarafku tersinggung.
Bicara tentang BTS pun percuma.
Nada bicara seo jin terdengar angkuh dan jelas menganggapku sebagai amatiran.
Aku tahu, dia bukan lagi sahabatku yang dulu.
Sekarang semua telah berubah.
Aku sudah terjatuh ke tanah basah, dan seo jin terbang tinggi ke langit.
Ku akui aku sangat merindukan seo jin.
Namun dirinya yang sekarang adalah satu dari segelintir orang yang paling banyak melukaiku.
Bahkan jika di ukur dari konsistensi, seo jin adalah juaranya.
Lupakan tentang masa lalu!
Lupakan tentang kenangan!
Lupakan tentang janji persahabatan!
Semua itu telah habis terkikis oleh waktu.
Sadarlah, TNL.
Sahabatmu sudah menghilang.
Kau harus bangkit dan lanjutkan hidupmu.
Di masa depan akan ada teman lain yang menunggumu.
Jadilah kuat dan berhentilah merindukannya!
Bisakah aku melakukannya?
Dapatkah aku melupakannya?
Aku ragu...
Namun tetap harus kulakukan.
Apa yang sudah tertinggal di masa lalu harus bisa kurelakan.
Cheon seo jin bukanlah seorang penuntun.
Ia adalah bagian cerita yang sudah terlewati.
Aku tidak boleh terus melihat kearahnya.
Aku sadar, ini berat.
Tidak mudah melupakannya yang telah ada selama bertahun-tahun.
Namun aku harus tetap mencoba.
Semoga pada akhirnya aku "Bisa".
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For A Change
SonstigesIni tentang diriku. Tentang aku. Tentang ceritaku. Tentang marahku, kesepianku, kecewaku. Juga tentang sedih, hampa, dan kebingungan yang membuatku nyaris kehilangan arah. Ini kisahku... hanya deretan kalimat yang berasal dari buku harian yang menja...