ANNA

2 1 0
                                    


Assalamu'alaikum semuanya.......

Kenalin nama aku Anna Meilana Andrea. Anaknya bapak Andre. Bukan Andre Taulany yang ada di lapor pak. Tapi Andre si pembuat gedung menara tinggi.

Eh, kok malah bahas bapak. Bahas aku aja yang cantik ini. Tapi jangan berfikir untuk memiliki.

Hari ini hari jumat bersih yeyyy, jamkos dungg. Pagi pukul 6 lewat 7 menit udah ready. Gak perlu bingung-bingung banget untuk memilih seragam. Kaos dengan sablon gambar teman-teman sekelas di bagian depan. Dan huruf D segede gaban ini udah ada sejak awal tahun semester satu kelas 8. Cringe dan alay. Dengan bawahan rok span khas hari jumat, yaitu coklat. Tak lupa juga jilbab segi empat dengan logo SMP 21 SEMARANG warna coklat udah terpasang.

Sarapan dengan telur dadar dan nasi hangat. Duh, enak banget. Sambil nonton youtube yang emang udah di download, gaada kouta.

Nungguin Mas yang bakal nganterin ke sekolah. Kemarin udah Mas Ilham, berarti hari ini antara Mas Wawan dan Mas Tri. Ga tau juga kalau Mas Ilham lagi.

"Hoamm, belum berangkat dek? "

"Udah Mas, tadi dijemput temen. Tinggal raganya doang"

Cup

Cup

Cup

Ciuman selamat pagi dipipi kanan kiri dan dahi. Udah kaya ritual pagi aja. Pokoknya Mas yang ini udah bucin delete deh.

"Ih, bedak adek luntur"

Kalau aku bilang ih, Mas belum cuci muka sama sikat gigi. Wajah adek jadi bau jigong bakalan diciumin ini wajah sampai jam tujuh nanti.

"Mau godain siapa? Pake bedak segala! "

"Mau godain Galang"

"Duh, udah berani nih"

"Udahlah"

"Siapa yang ngajarin? "

"Mas Wawan"

"Main tuduh-tuduh aja"

"Cepetan cuci muka sana! "

"Suapin dulu aaaa"

Dengan ikhlas aku nyuapin Masku yang udah lumayan tua ini. 26 tahun tuakan?

"Aa"

Lalu aku kembali ke dapur buat ambil sendok yang baru. Kalau maksa pake yang tadi bisa-bisa ga jadi sekolah karena gatal-gatal di seluruh tubuh. Ini alergi romantis atau masih wajar sih?

Udara sudah mulai tidak sejuk seperti tadi pagi. Dengan menunggangi Si Pinky, berangkatlah kita kesekolah. Peganganku memeluk Mas Wawan dengan kencang. Sambil nyender dibahunya lebarnya ini. Memberikan sensasi tersendiri. Walaupun tinggi badannya kita hampir seimbang. Aku sudah sampai di telinga Mas Wawan.
Laju motornya membuatku bisa menikmati pagi. Semakin kencang motor yang dikendarai nya, semakin kencang juga pelukanku pada perutnya. Perut baby tumny sih. Alus dan gaada abs nya.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Kelas 8D, yang ada ditingkat dua ini. Menjadikan kelas paling bandel. Sekolah ini menerapkan starata ABCDEFG. Dan aku ada di bagian D ga pinter-pinter banget ga goblok-goblok banget. Seimbang lah ya.

"Mak"

Mak atau Emak udah jadi panggilan aku disini. Terima ga terima harus terima. Pemaksaan banget plis. Ada 30 murid disini 18 perempuan dan 12 laki-laki. Posisi duduknya akan ditentukan oleh sebuah bola bewarna. Yang mendapat warna sama maka mereka sebangku. Tapi yang paling penting pokoknya laki-laki harus kebagian sama satu perempuan.

Mau tau aku berpasangan sama siapa?

Galang, iya Galang Maulana. Kita lahir dihari, tanggal dan tahun yang sama. Usia kita sama sebagai tetua kelas. Nama kita juga mirip Meilana dan Maulana. Sama-sama ada kata Lana nya.

"Mak, dijemput bapak"

"Mau bayar Lana berapa lo sampe dia mau jembut gua"

Lana, iya aku selalu menyebutnya Lana. Menurutku cocok aja sih. Manusia cuek panggilannya imut. Toh, siapa yang marah. Panggilan ini udah ada sebelum jadian sama pacarnya yang baru. Bisa di grebek satu kelas kalau nentang.

"Dengan cinta e lo lah" balas Vani yang minta ditendang.

Cinta ya?.....

Omg, aku lupa belum kasih kabar ke kekasih backstreet mana udah dua minggu lagi. Ngamuk nggak ya. Moga nggak ya.

"Pengumuman, Jum'at bersih akan segera dimulai. Diharapkan anak-anak semuanya segera berbaris dilapangan"

Selesai bersih-bersih, kami kumpul di kelas. Entahlah, tapi sepertinya ruangan ini emang memiliki magnet tersendiri. Untuk menarik logam-logam mageran kaya kita.

Aku duduk di kursi depan meja guru. Spotnya bagus, dekat jendela juga. Jadi bisa ngawasin adik sepupu aku yang berada di samping. Sekolah kita cuma dipisahkan oleh jalan raya.

Sambil membaca novel komedi yang hampir membuatku tertawa ngakak, kadang-kadang juga mesem-mesem sendiri. Punggungku ku senderkan didinding. Sebenarnya ini tempat duduk Galang sih. Tapi kalau orangnya ga ada, aku klaim milikku. Ada pun, toh dia ga peduli.

Tok tok tok

Ketukan pintu mengambil alih atensi kita semua. Dua adik kelas tadi lumayan takut pada kita. Ku tendang si Wulan supaya menyingkir bentar. Untuk memunculkan wajahku.

"Masuk aja dek"

Dengan canggung kedua adik kelas ini menghampiri aku yang duduk di meja pojok depan. Enak deh pokoknya kalo disini bisa ngintip nilai.

"Ada keperluan apa dek? Sampe mau-maunya aja disuruh ke kelas atas" tanyaku.

"Kakak kenal Kak Anna sama Kak Galang?"

"Kenal kok, bangett malahan. Aku Anna"

"Itu tadi di panggil Pak Nur katanya di suruh ke perpustakaan yang baru. Sama Kak Galang"

Hah, ini ada apalagi sih. Capek tau ngga turun ke perpustakaan bawah. Ditambah perpustakaan yang baru. Duh, makin jauh dari perpustakaan yang lama.

"Makasih ya dek"

"Lana"

"Hmm"

Dipanggil gitu aja, Lana udah paham bahwa aku bakal ngajak jalan-jalan. Meninggalkan kelas yang rusuh karena kita berdua pergi.

Tanpa sadar aku meninggalkan ponselku di atas meja.

A

nna ini teledor. Tapi sebisa mungkin. Anna bakal aku buat kaya emak-emak banget dan bisa hal-hal yang ga pernah aku bisa.

SsstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang