Hah, gue ngantuk banget. Tapi gue ga bisa tidur sekarang. Sebenarnya bukan cuma gue doang sih. Si Juan hampir aja teler di atas meja. Kalau nggak ingat ini pelajaran Matematika.
"Hoam"
Kalau tau begini. Tadi malam ga usah ikut gegayaan ngechill segala . Bukannya mabok malah bikin ngantuk paginya. Bikin repot sama pusing aja.
Ya, siapa juga yang mabok kalau minumnya cuma soda. Bukan alkohol. Yang bego lo atau gue?
Keknya sama-sama bego deh.
"Galang, kamu kurang tidur tadi malam? "
"Iya Pak. Belum terbiasa"
"Belum terbiasa ada guling yang dipeluk ya? "
"Heem"
Plak
Gue digeplak kencang oleh Pak Nur. Astagfirullahalazim, salah saya apa Pak? Saya kan cuma ngejawab pertanyaan bapak.
"Tobat kamu! "
"Bukannya tambah bener. Ini malah cari guling buat nemenin kamu tidur"
"Emang tidur jam berapa sih? "
"00.00 Pak. Tepat tengah malam"
"Kasihan. Yaudah gih. Tidur sono. Bapak kasih istirahat sampai jam bapak selesai. Ingat, cuma 2 jam. Pasang alarm ponsel buruan! "
Thanks at good. Pak Nur. Ini alasannya kenapa gue juga mau bantu Pak Nur.
"Kamu tadi bangun jam berapa Galang? "
"Jam 03.45 "
"Kamu Anna? "
"02.15 Pak"
"Mie ayam + Kentucky atau tidur dulu Lina? "
"Mie ayam dulu Pak"
"Oke, Mas order dulu"
"Kita juga mau dong Pak" balasan dari sekelas.
"Apaan, ini cuma buat Lina!"
"Huuu"
"Salah saya sama kalian apa sih? Kayaknya kalian nentang banget saya deketin Lina? Saya masih bujang"
"Galang kamu restuin kan? "
"Iya Pak saya restuin. Sekarang saya mau tidur. Selamat siang semuanya"
Gue pun langsung tidur. Menyusul teman sebangku gue berlabuh di pulau kapuk.
Sampai tubuh gue terguncang-guncang dengan hebat. OMG, apa ada gempa? Berapa skala richter?
Samar-samar, gue denger suara perempuan yang memanggil nama gue.
"Galang, bangun ih"
"Galang"
"Bangunnnnnn"
"Aku udah beliin kamu makanan"
Sepertinya gue kenal. Ini suara Selena. Wait wait, Selena. Gue langsung mendudukkan tubuh. Yang mana ini kepala masih nyut-nyutan parah. Keknya nyawa-nyawa gue belum balik semua.
"Akhirnya, kamu bangun"
"Nih, aku bawain nasi kucing dua bungkus, gorengan sama minum"
"Makasih Yang" balas gue.
"Cha, sekarang kamu makan. Mau makan sendiri atau aku suapin?"
"Aa"
"Duh, manjanya pacar aku"
Dengan gemas Selena mencubit kedua pipi gue. Rasanya sakit banget. Ya, ga sakit gimana? Pipi gue ga ada dagingnya. Cuma tulang belulang.
"Pacarnya siapa? "
"Kak Selena"
Pacar gue ini emang kakak tingkat gue sendiri. Jadi jangan protes.
"Duh, gemesin banget sih kamu. Sini aaa"
Berakhirlah kita berdua membuat kaum jomblo dikelas. Memilih keluar dari pada melihat bucin nya kita berdua. Sirik kan lo pada. Makanya punya pacar. Supaya ada yang nyuapin, ngurusin, ngejagain.
Emang gue kaya kalian, Jomblo?
"Duh, laper banget pacar aku"
.
.
.Bel tanda pulang udah berbunyi. Gue cuma salim sama guru langsung cus ke kelas mbak pacar. Mau nganterin pulang gitu. Biar romantis kaya di film-film gitu. Masak iya kalah sama bocil tk yang udah tau gandengan tangan.
"Yank buruan! " teriak gue yang ngeliat Selena baru ke dari kelas. Seketika kita di cie cie in sama orang-orang yang lewat sekitar kita. Sirik ajak.
"Maaf Galang. Aku udah di jemput papa"
Dijemput papa ya?
"Kenapa setiap janjian buat nganterin kamu pulang. Kamu udah di jemput sama papamu? "
"Kan udah biasa"
"Tadi kamu bilang pulang naik bus? "
"Iya tadinya, sebelum papa nelfon Bu Ayu. Bilang mau jemput aku"
"Kamu bisa sedikit egois ngga sih. Kita pacaran tapi kamu sepertinya ga mau pacaran! "
"Galang, kan aku udah bilang sejak awal kita pacaran. Aku orangnya emang gini. Ga bisa kaya gitu."
Seketika kita jadi kerumunan buat orang-orang yang pengen ngeliat kisah kita.
"Oke fine. Kamu pilih keluargamu atau aku? "
Pertanyaan yang sulit untuk di jawab. Tapi memang harusnya begini.
"Keluargaku! " katanya tanpa ragu. Seolah-olah, kata ini menghunus kan pedang tak kasar mata tepat di hati gue.
"Kita putus! " teriaknya.
Rencana yang tadi udah gue susun. Sekarang udah hancur tak bersisa. Yang seharusnya tadi gue mampir ke minimarket membeli es krim. Sambil bercanda dan tertawa. Tapi, sekarang apa? Gue malah berjalan linglung.
Kaki-kaki gue melangkah tak tentu arah. Pandangan gue kosong. Yang jadi fokus pikiran gue, dunia gue sudah mengakhiri hubungan kita.
Namun tanpa sengaja, gue sampai di depan gudang sekolah. Tempatnya sepi. Jadinya gue putuskan untuk menangisi kehidupan gue. Teriak-teriak sekencang-kencang yang gue mampu. Toh tidak bakal ada yang dengar.
"Kalau galau itu juga butuh tenaga"
Gue langsung menengok ke arah sumber suara. Seorang laki-laki dengan baju koko warna maroon, sarung warna hitam di tambah peci hitam.
"Hai" sapanya.
"Hm" balas singkat gue. Malu juga ketahuan nangis.
"Mungkin dia pergi untuk sementara. Berhenti di sungai yang kekurangan air. Tapi nanti jika sungai itu penuh. Air itu akan pergi ke arah yang lebih luas lagi. Hubungan itu bagaikan sebuah air. Jangan galau-galau lagi. Jika jodoh pasti ketemu kok"
Lalu dia pergi meninggalkan gue dengan makanan sepiring nasi yang telah dilengkapi lauk-pauk.
"Semudah itu lo bilang. Karena lo emang ga pernah ngerasain sakitnya"
Menurut Jiji cinta dan hubungan itu seperti air. Yang akan terus mengalir atau berhenti di cekungan yang tidak ada airnya.
Seberapa jauh air itu pergi meninggalkan laut. Air tetap akan kembali ke. Tidak peduli bagaimana caranya.
Seperti dia yang menghilang. Jika memang jodoh. Pasti akan kembali.
![](https://img.wattpad.com/cover/339547658-288-k66593.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssst
Fiksi RemajaApa jadinya jika kedua orang yang hanya bertemu dalam setahun sekali. Kini bertemu setiap hari selama sebulan. Apalagi keduanya memiliki hubungan yang jarang diketahui orang lain. Namun hubungan mereka serumit itu.