"Mau pilih yang mana? "
Malam ini malam yang mungkin hari aku tulis dalam dairy book. Dengan judul hadiah dari terkasih.
"Casing teddy bear yang couple itu boleh? "
"Boleh lah"
"Pak, casing couple itu ya"
"Sip Mas, mau pilih yang tipe apa ponselnya? "
"Mbak, tipe ponselnya apa? "
"Redmi 6a"
"Redmi 6a"
"Sebentar ya Mas. Saya ambil yang dibelakang dulu"
Selesai memilih barang yang aku mau. Aku dan Rahmat segera mencari makanan cepat saji. Sebenarnya aku bukan orang pemilih dalam hal makanan. Asalkan bukan udang aja. Alergi aku terhadap udang. Tapi kalau makan krupuk udang. Ga pernah gatal-gatal. Tapi kalau udang basah digoreng. Mencium baunya aja udah gatal-gatal. Nanti dari lidah, terus ke muka langsung kaki tangan badan.
"Mau makan apa? "
"Terserah, yang penting bukan udang"
"Mie ayam atau bakso? "
"Dua-duanya"
"Dih, tekor dong aku"
"Yaudah, aku yang bayar"
Tidak mendengar protesan dari Rahmat. Aku mengaitkan jari kelingking kita menuju stan yang aku mau. Sekali-kali traktir adek spesial boleh kan?
Sesekali menggoda atau menjahili adik gemesh ini boleh kan. Kugenggam telapak tangannya yang berada di atas meja. Semburat merah muncul di kedua pipinya.
"Gaya nya aja anak pesantren. Eh, taunya juga gandengan tangan"
"Iya sih. Sekarang banyak orang sok suci"
"Si ceweknya agresif lagi"
"Ga yakin masih perawan atau nggak? "
Astagfirullahalazim, itu mulut ibu-ibu pedes bener. Kaya dia udah paling bener aja. Mana keperawanan diragukan lagi. Emangnya, gimana sih kelakuan anaknya? Udah bener?
Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Tak memperdulikan omongan ibu-ibu gosip itu. Aku tetap menggenggam tangan Rahmat. Namun dari bawah meja. Walaupun, tangannya sibuk ingin melepas genggaman ini.
Sibuk memandangi wajah gemesh nya. Membuatnya merona tersipu malu. Aigo, tolong. Ini gemes banget. Karung mana karung? Astaga, aku gak kuat sama imutnya ini.
"Ih, jangan gitu dong. Kan kamu jadi manis banget! " kataku.
"Aku ganteng, Lana"
"Aih, bagian mana gantengnya? "
"......, "
"Tuh, ga bisa jawab kan. Ngaku aja deh. Kamu itu manis dedek gemes ku"
"Selain agresif ternyata kelainan juga"
Ini ibu-ibu kok seneng banget ngomongin aku. Ga punya anak kah? Ngerumpi di stan mie ayam. Aku sedikit mengeluarkan aura dominanku. Tanpa sengaja. Pandanganku fokus pada Lana. Iya, itu Lana. Ga salah lagi. Tapi kenapa cuma sendirian. Dimana kak Selena?
Eh, bentar-bentar! Kalau Lana disini, Wulan syukuran di rumahnya, Arafah bilang mau ketemu tunangannya, Vina dan Juan pulang bantuin packing pesenan ibunya Vina dan Lina yang adeknya sakit.
Tunggu.......
OMG
Sekolah kosong, ngga ada panitia sama sekali. Ini kalau ustadz nya pada jalan keluar tanpa pengawasan. Mampu, digetok pak Nur. Huhuhu, jidat indah ku.
"Dek, pulang yuk! "
"Tapi Mie ayam nya belum jadi"
"Sekolah sepi sayang. Ga ada panitia. Takutnya nanti ada ustadz yang mau keluar. Tapi ga ada panitia yang dimintai izin"
"Hah, iya" jawabannya pasrah. Tapi ya aku gak bisa apa-apa. Aku diberi tanggung jawab. Berarti Pak Nur percaya sama aku.
"Maaf ya sayang"
"Aku ke abang-abang penjualnya sekarang"
Aku tahu Rahmat pasti bilang aku ini orangnya nggak peka. Dan kenyataannya setengah iya setengah lagi nggak. Entahlah, sulit kalau harus mempelajari raut wajah mereka. Pusing.
.
.
."Masih ngambek ya. Aku gendong sampai dekat perpustakaan lama deh"
Sumpah, ini orang cuma gede badan sama umur doang. Aslinya ngeselin parah. Diberi tawaran ga cepetan di jawab. Sabar Anna sabar. Ingat Joshua Seventeen. Shuabar, Shuamiku, Shuayangku. Eh, astagfirullah. Inget dia pastor bukan imam. Kamu butuhnya imam bukan pastor.
"Ketaman mau? "
"Oke, babe, sekarang to the poin aja. Kamu marah, cemburu, kesel, badmood atau apa? Aku bukan seorang keturunan indra ke-enam. Yang bisa baca pikiran kamu. You understand baby"
"Alasan apa yang kamu mau katakan?"
"Lana, eh maksudnya Galang di stan mie ayam tadi. Wulan tasyakuran, Arafah, Lina, Vina, Juan juga pulang ke rumah. Paling balik jadi 23.00 nanti"
"Jadi.. "
"Aku dapet amanah buat jaga kalian ya. Yuk naik. Aku gendong sampai taman"
"Ga, aku jalan duluan"
Berakhirlah kita berdampingan. Seperti remaja yang sedang di mabuk cinta. Tapi inilah kenyataannya. Kalau bisa, aku ingin memeluknya dengan alibi menggendongnya.
.
.
.Hah, bosen lagi. Temen-temen belum ada yang pulang. Rahmat udah izin untuk materi besok. Tinggallah aku dengan rasa bosan. Ngapain ya enaknya. Ga ada pr, ga ada ponsel rusak buat diperbaiki, ga ada kerjaan.
Em, apa aku masak nasi aja ya? Kan lumayan besok pagi bisa langsung di goreng. Oke, ayo kita ke dapur. Pertama kita olah nasinya dulu. Hm, beras udah bersih tinggal colokin magicom aja. Dua sekaligus, porsi kuli bangunan 21+7= 28 orang.
Selagi menunggu nasi. Aku mulai memotong sosis kecil-kecil dan buncis untuk nasi goreng. Terus buncis satunya lagi untuk di oseng bersama tempe. Takutnya ada yang gak bisa makan nasi goreng.
Duh, Anna udah kaya istri idaman belum nih?

KAMU SEDANG MEMBACA
Ssst
Novela JuvenilApa jadinya jika kedua orang yang hanya bertemu dalam setahun sekali. Kini bertemu setiap hari selama sebulan. Apalagi keduanya memiliki hubungan yang jarang diketahui orang lain. Namun hubungan mereka serumit itu.