Rumah Bunda

45 16 2
                                    

Hai guys balik lagi di cerita Debu Kecil.

Follow sebelum membaca thanks.

"Lebih baik kehilangan cinta
Daripada harus kehilangan rumah"

Gerhana Rafasya Quena.



***

Sunyi mereka berjalan menuju sebuah makam terurus yang berada di tengah pemakaman yang di rawat dan di jaga oleh penjaga makam di sana, Gerhana dan Nakala berjalan menyusuri pemakaman untuk menuju makam bunda Gerhana, sebelum sampai di makam bundanya mereka di hampiri penjaga makam daerah situ yaitu pak Ali.

"Den, non tumben lama ke sini nya Biasanya rutin seminggu sekali?" Tanya pak Ali.

"Iya Pak belakangan ini Ana sama bang Nakala sibuk sekolah jadi baru sempet ke sini." Jawab Gerhana.

"Ooo iya-iya, kalo gitu bapak mau lanjutin bersihin makam, bapak permisi dulu." Izin Pak Ali

"Iya Pak." Kompak mereka berdua.

Mereka sampai di makam bunda Ana, Gerhana yang baru sampai di makam langsung memeluk nisan bundanya dengan air mata yang meluruh, tak bisa di bendung lagi Gerhana merindukan sosok bundanya, Ana hanya bisa menangis seraya memeluk nisan bundanya mengeluarkan seluruh isi hatinya, Nakala tidak mendekat ia hanya melihat sedikit jauh dari situ karena ia mau adeknya mengeluarkan isi hatinya di makam bundanya tanpa harus terusik, juju8ia sedikit kurang nyaman jika Nakala di situ.

"Hiks, Bunda kenapa tinggalin Ana sendirian di dunia ini, Ana cuma punya Bunda tapi kenapa Bunda ninggalin Ana, kenapa gak bawa Ana pergi aja sama Bunda hiks, Ayah jahat Bunda Ayah nyakitin Ana Ayah pukul Ana hanya karena perempuan itu, Ana benci dia hiks."

Ana menangis dengan memeluk nisan Bundanya, ia hanya bisa menangis dan bercerita beban hatinya di depan makam Bundanya.

'Tuhan kenapa dunia jahat banget sama aku, aku cuma punya Bunda tapi kenapa harus pergi, aku punya Ayah tapi kenapa Ayah jahat'

Nakala tak tega melihat air mata yang keluar dari mata Gerhana karena bagaimanapun juga Mamahnya juga juga salah karena menjadi simpanan Ayahnya dulu, dan tanpa di sengaja itu juga membuat Gerhana harus kehilangan sosok Ibu di hidupnya.

Nakala mendekat seraya mendekap adeknya, "Ana."


"Maaf, karena Mamah kamu harus kehilangan Bunda kamu, maaf karena Mamah aku kamu harus di pukul Ayah, maaf karena Mamah kamu gak bahagia." Nakala menangis dan mencoba untuk menyalurkan energi positif agar Gerhana tenang.

Diam, bahkan tak ada niatan bahkan tenaga untuk bicara lagi, lidah nya terlalu kelu untuk berucap.

Hari semakin gelap menunjukkan malam akan tiba dan langit pun juga mendung, Nakala berusaha mengajak Gerhana pulang karena takut kehujanan dan akan membuat Gerhana sakit.

"Ana, pulang yuk udah sore mau hujan juga nanti kehujanan kalau sakit gimana? Mau bunda sedih?" Bujuk Nakala.

"Gak mau Ana mau di sini aja sama Bunda, Ana mau nemenin Bunda kasian Bunda sendirian." Tangisnya sambil terus memeluk nisan Bundanya.

"Ana mau Bunda marah kalau kamu sakit? Nanti Bunda gak mau datang di mimpi kamu lagi gimana hayo?" Bujuk Nakala meyakinkan.

Gerhana menggeleng "yaudaah kita pulang." Lesunya.

DEBU KECIL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang