ִֶָ % start ›
JIHOON pergi ke rumah orang tuanya. Ia mengetuk pintu untuk diizinkan masuk, terlihat Ibunya yang membukakan pintu.
Wajahnya terlihat tidak senang ketika mendapati dirinya berada di rumah.
"Yang mengizinkan mu untuk menginjak kaki di sini, siapa?" tanya Ibunya tidak santai. Memandang sinis ke arah Jihoon.
"Ibu, aku tidak ingin menikah dengan Junkyu." Perkataan Jihoon terdengar sangat putus asa.
"Heh, Jihoon! Dengar, ya! Masih untung ada yang mau omega kayak kamu! Lagipula itu bukan urusan saya! Sudah dikatakan bahwa kamu itu membawa sial di keluarga ini, bagus kalau kamu pergi jauh dari sini. Saya tidak akan peduli dengan kehidupan kamu, mau nanti kesialan yang kamu bawa akan datang pada Junkyu, saya tidak peduli sama sekali." Setelahnya, Ibu Jihoon menutup pintu tanpa mempersilakan anaknya masuk ke dalam rumah.
Jihoon menangis dalam diam, perkataan itu bagaikan belati yang menghantam dirinya. Sangat menyakitkan, apalagi mendengarnya dari ibu kandung yang merawat dan melahirkan dirinya.
"Ibu... Jihoon sungguh tidak ingin." Katanya sambil terus mengetuk pintu utama rumah.
Sekitar lima belas menit Jihoon tidak henti-hentinya untuk mengetuk rumah itu. Sampai pada akhirnya, Ayahnya membukakan pintu dengan tatapan marah.
"Anak tidak tahu diri! Sudah dibesarkan masih saja tidak tahu diri! Kamu itu sudah dibeli oleh keluarga Kim yang sekarang anaknya itu suami kamu!"
Jihoon hanya menggeleng untuk mengatakan bahwa itu tidak benar, ia berharap bahwa itu semua tidak benar.
Ayahnya mencengkram bahu Jihoon kuat, sangat kuat sampai Jihoon merintih kesakitan.
"Dengar ini, Kim Jihoon. Kalau kamu tidak ingin membawa sial bagi suamimu, alangkah lebih baiknya kamu pergi. Jangan kembali. Hidupmu hanya penuh kesialan yang tidak berarti. Kamu tidak berguna, masih untung suamimu membayar semua hutang keluarga ini yang tidak sanggup kamu bayar." Ayahnya melepaskan bahu Jihoon, membuat badan Jihoon jatuh tersungkur ke lantai.
"Ayah, itu tidak benar. Aku bukan pembawa sial, itu bukan aku." Ujar Jihoon tepatnya kepada angin.
"Namaku Park Jihoon. Park Jihoon. Bukan Kim Jihoon, bukan." Jihoon terus berucap sambil terus menangis.
Kenyataan bahwa ia beneran menikah dengan Junkyu kembali menyerang. Kenyataan yang tidak ingin Jihoon terima.
"Mending kamu pergi dari sini, jangan mengotori rumah saya." Ibunya kembali ke luar untuk mengusir Jihoon. Dengan terpaksa, Jihoon pergi dari rumah yang sebenarnya bukan rumah.
Jihoon tidak langsung ke rumah Junkyu.
Sampai malam hari, Jihoon tidak kunjung pulang. Ia hanya berjalan sambil menunduk dan pergi di sekitar tempat yang selalu dikunjunginya semasa kecil.
Hanya sebuah jalan yang dulu terdapat warung makan untuk Jihoon mengistirahatkan pikirannya dari semua hal yang ada di rumah.
Sekarang, warung itu sudah tidak ada. Tidak ada lagi untuk Jihoon mengistirahatkan pikirannya dari segala macam masalah.
Bahkan untuk bahagia, terasa sangat tidak mungkin untukku rasakan. Ucap Jihoon dalam hati, ia terduduk di pinggir trotoar.
Jihoon melihat berita, bahwa perusahaan yang Junkyu pegang ditipu oleh perusahaan yang bekerja sama. Membuatnya kembali berpikir tentang dirinya yang pembawa sial.
Junkyu pasti sekarang sedang pusing dengan penipuan yang terjadi. Kemarin baru saja mereka bertengkar kecil tentang yang terjadi dalam hidup mereka. Junkyu pasti sangat lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
candy; kyuhoon
Historia Cortalove maker, it's you. ABOVERSE (Alpha, Beta, Omega.) little bit 🔞 ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ˓★ kyuhoon; etaspica.ぅ end.