Hari masih terlalu pagi, ketika Seno sampai di kampus. Dia tidak ada jadwal kelas hari ini, namun sudah menjadi rutinitasnya untuk mengunjungi perpustakaan di waktu luang. Karenanya, di hari minggu yang cerah ini ia melangkahkan kaki memasuki gedung perpustakaan.
Tidak banyak yang mengunjungi perpustakaan pagi itu, hanya ia, satu penjaga, dan dua orang mahasiswa yang tidak dikenalinya. Seno mengambil sebuah buku sebelum menempati salah satu kursi yang disediakan. Matanya fokus membaca deretan kalimat yang ada dalam buku tersebut tanpa menyadari suasana perpustakaan yang berangsur ramai, hingga sebuah suara menginterupsi kegiatannya.
"Kosong kan?" tanya seorang gadis.
Seno menoleh dan mendapati Sena berdiri di sebelahnya. Hari ini juga, ia bertemu dengan Sena di perpustakaan. Tidak heran, karena mereka punya hobi yang cukup mirip, membaca buku.
"Hm." Jawab cowok itu.
Hati-hati Sena memindahkan tas Seno dari bangku. Jangan salah paham, gadis itu bukannya ingin duduk di dekat Seno, tapi perpustakaan di hari minggu ramainya melebihi kantin ketika jam istirahat. Tidak ada bangku tersisa selain di samping cowok itu, yang sebenarnya dijadikan sebagai tempat menaruh tas. Berhubung ia mengenal Seno, dan terlalu malas dengan prosedur meminjam buku untuk dibawa pulang, jadilah ia memberanikan diri.
Selanjutnya tidak ada lagi kata di antara mereka. Seno kembali fokus dengan layar laptopnya, Sena juga sibuk dengan buku tebal yang baru saja diambilnya. Seperti biasa, dekat namun asing.
Sesaat kemudian, Sena merasa ada yang janggal. Bukankah hari ini terlalu damai? Tidak biasanya Nay belum mengiriminya pesan satu pun. Apa gadis itu masih tertidur karena begadang war KRS semalam? Tapi Nay bahkan belum memberinya kabar perihal matkul yang berhasil diambilnya.
Maka dari itu, Sena membuka ponselnya dan menyadari bahwa paket internetnya sudah habis sejak semalam, tepat setelah ia berhasil menginputkan mata kuliah pilihan di KRS-nya. Pantas saja ia tidak menerima notifikasi apapun setelahnya.
Segera ia menyambungkan ponselnya dengan wifi kampus. Tak lama setelah itu, deretan pesan masuk ke ponselnya dengan suara notifikasi yang bersahut-sahutan memecah keheningan. Beberapa pasang mata menoleh ke arahnya, membuatnya buru-buru mengatur ponselnya ke mode hening.
Kanaya: na, gimana dong? Gue ga kebagian mbd
Kanaya: sumpah ya, servernya down anjritttt! Gue udah refresh berkali-kali tapi nihil, sekalinya bisa malah udah penuh kuotanya
Kanaya: na
Kanaya: na
Kanaya: NAAAAAAAA
Kanaya: NA LO KEMANA ELAHH
Kanaya: na, udah tidur? lo ga ketiduran kan? udah dapet matkul kan?
Kanaya: sena jawab gue
Arsena: sorry, kuota gue abis dari abis krs-an, iya gue dapet mbd
Arsena: terus gimana, lo dapet mkp* kan?
[*mkp=mata kuliah pilihan]
Kanaya: dapet sih, tapi kan ga sama lo
Arsena: yaudah lah, matkul wajib juga kan masih sekelas
Kanaya: pokoknya gue masih sebel banget sama server kampus! Anjir ya tulisan nginx terngiang-ngiang tau ga?
Sena tertawa kecil. Berhubung proses input KRS-nya lancar-lancar saja, dia tidak tahu kalau mahasiswa lain yang mengalami masalah dengan server kampus. Apalagi karena kuotanya habis sehingga ia tidak bisa menerima chat yang dikirimkan Nay.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Tell You The Reason: Why I Can Not Let You Go
FanfictionArsena dan Arseno sering dikira saudara kembar perihal nama yang hanya berbeda satu huruf. Tak hanya urutan absensi yang selalu berurutan, prestasi akademik pun selalu kejar-kejaran selama 15 tahun. Mereka itu dibilang rival bukan, dibilang teman pu...