Sena baru saja menyelesaikan mata kuliah manajemen basis data, yang merupakan kelas terakhirnya hari ini. Hanya tersisa dirinya sendiri di kelas, karena memang gilirannya untuk membuka dan mengunci ruangan yang dipakai untuk kelasnya. Itulah sebabnya dia pulang paling terakhir, sambil memastikan tidak ada barang yang tertinggal dan keadaan kelas rapi sebelum ia pergi.
Saat mencapai pintu, ia bertemu pandang dengan seseorang yang sudah tidak dilihatnya selama tiga hari ini. Setelah kejadian di kantin, selain memang dia tidak ada jadwal kuliah yang sekelas dengan Seno, ia juga sengaja menghindari pemuda itu untuk waktu yang tidak ditentukan. Bukan karena masih marah, namun ia merasa malu dengan Seno karena sikapnya beberapa waktu lalu itu sangat kekanakan.
Padahal, ia sendiri tahu bahwa Seno tidak bermaksud buruk dengan ucapannya, namun malah menjadikan pemuda itu pelampiasan saat emosinya tidak stabil. Marah pada orang yang tidak tepat adalah hal yang juga memalukan bagi Sena, karena itulah ia memilih menghindar sebelum menemukan cara yang tepat untuk meminta maaf.
Gadis itu menghela napas panjang. Sepertinya masalah ini memang harus segera ia selesaikan, tidak boleh sampai berlarut-larut. Apalagi Seno sendiri adalah rekan asdosnya, tidak akan baik jika mereka tidak akur.
Sena berjalan mendekati pemuda itu sambil memantapkan hati. Hingga begitu mereka berhadapan, langsung saja diucapkannya permintaan maaf dengan tulus.
"Sorry kemarin-|Aku minta ma-" dua kalimat itu saling bertabrakan, membuat sepasang anak manusia itu refleks bertatapan.
Tanpa disangka, secara kebetulan ternyata Seno juga bermaksud sama dengan Sena, yaitu meminta maaf.
Gadis itu tersenyum kecil, begitu juga pemuda di depannya yang menunduk menahan senyum. Sepertinya mereka sudah mengerti maksud satu sama lain, dan merasa tidak perlu lagi untuk melanjutkan kalimat yang belum terselesaikan tadi.
"Ada kelas lain?" tanya Seno.
"Sekarang udah jam 5 sore dan technically, yang barusan itu kelas terakhir," jawab Sena sambil melirik pintu yang belum sempat dikuncinya.
"Then, malam ini ada acara atau luang?"
"Of course ada, ini malam Sabtu."
"Yeah," sahut Seno. Pemuda itu tersenyum miring sambil mengangguk kecil.
Entah bagaimana Sena merasa sahutan itu terdengar seperti ungkapan kecewaan. Karena itulah ia melanjutkan, "acaranya adalah lanjutin nonton series di netflix. Ada penawaran yang lebih menarik?"
Seno melebarkan senyumnya sebelum menjawab, "apa secangkir cappucino bisa ditukar dengan maaf?"
"Sure."
Dalam 15 tahun perkenalan mereka, saat ini menjadi titik terdekat mereka satu sama lain. Sebelumnya, mereka memang menjaga jarak dan bicara secukupnya saja untuk menghindari gosip. Namun, tembok itu akhirnya retak hanya karena sebuah kesalahpahaman kecil dan runtuh karena permintaan maaf tak terduga.
Di sinilah mereka sekarang, duduk berhadapan di kafe dekat kampus dengan dua cangkir kopi di atas meja. Satu cappucino yang dijanjikan Seno, dan satu americano yang sena pilihkan untuk pemuda itu menemani perbincangan mereka sore hari ini.
Pembicaraan mengalir begitu saja, diawali dengan materi graf yang baru saja diberikan, hingga masuk ke pembicaraan mengenai series netflix yang ada dalam daftar binge-watching Sena, yang ternyata sudah ditonton sampai habis oleh Seno.
Awalnya, sena tidak mengira dirinya dan Seno bisa memiliki topik pembahasan sebanyak ini. Mungkin, karena dulu ia tidak begitu memperhatikan, tapi ternyata kepribadian mereka cukup mirip.
"Stop! aku belum nonton sampai situ, no spoilers please!"
"Okay, aku tahu kena spoiler itu ga enak banget kan ya,"
"Banget! Experience nontonnya jadi berkurang gitu loh,"
"Berasa kurang greget,"
"Nah!"
Mereka berdua bertatapan dengan mata yang berbinar geli hingga akhirnya tertawa kecil. Tidak ada lagi si peringkat satu dan dua di kampus yang biasanya berdebat soal materi kuliah, hanya ada Seno dan Sena yang sedang berbicara seperti teman yang sefrekuensi. Saling membuka diri tanpa memikirkan hal lain.
Jadi, hubungan mereka bisa dibilang ada peningkatan kan?
...
TO BE CONTINUED!
Thanks for your time, hope you enjoy this story...
-Bloomin'S
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Tell You The Reason: Why I Can Not Let You Go
FanfictionArsena dan Arseno sering dikira saudara kembar perihal nama yang hanya berbeda satu huruf. Tak hanya urutan absensi yang selalu berurutan, prestasi akademik pun selalu kejar-kejaran selama 15 tahun. Mereka itu dibilang rival bukan, dibilang teman pu...