- 1 - never ending

1.1K 80 8
                                    

"Yang nomor dua, salah. Harusnya lo kaliin dulu, Sab."

Sabrina hampir terlonjak dari tempat duduk karena dikagetkan oleh sosok Ollie yang tiba-tiba berdiri disamping tempat duduknya sembari membawa bola basket di tangan kanan.

Gadis berponi kecoklatan itu akhirnya memukul keras lengan Ollie dan mendengus kesal. Sementara yang dipukul hanya tertawa kecil sebab melihat wajah panik teman sekelasnya ini.

"Lagian lo lagi mikirin apa, sih?" tanya Ollie sembari duduk di bangku kosong sebelah Sabrina. "Kak Gavin bentar lagi pulang, kok, dari rumah sakit. Tenang aja. Dia titisan Ultraman."

"Si Jamet Kabupaten masih lo taksir, Sab?" Jenita baru berangkat tiba-tiba mengusir Ollie yang duduk di bangkunya, "Yaelah, pacar orang anjir. Lo mau kena labrak Kak Hanni sama kayak Elga waktu itu?"

"Tuhkan, saingan Sabrina itu se-provinsi. Ibarat Si Jamet Kabupaten itu cokiber SMANSA," Ollie menyambar sembari mendribble bola sampai tak sengaja menubruk vas bunga yang ditaruh di meja guru.

Bahkan Chelsea si Ketua Kelas yang masih mengurus daftar absensi di mejanya—langsung menatap horor ke arah lelaki itu.

Sementara Ollie mengerjapkan mata beberapa saat sampai otaknya kembali bekerja dan segera memungut pecahan vas bunga tersebut. Chelsea yang kesabarannya setipis tisu dibagi dua hanya mampu mengawasi Ollie diam-diam, meskipun tangannya sudah mengepal kuat.

Jenita cuma bagian ketawa saja. "Sesama jamet, nggak pernah akur aja udah aneh."

"Siapa yang lo bilang jamet?" tanya Sabrina sambil menghapus angka dua pada jawabannya tanpa menatap Jenita. "Lo juga pernah naksir Ollie, kan?"

"Mana ada?!" Jenita memukul lengan Sabrina, "gue cuma kagum aja, ya, sama kemampuan dia pas di lapangan. Lagian Ollie sukanya sama Chelsea, bukan gue."

Mereka membicarakan sosok Ollie dengan suara sepelan mungkin, ditambah suasana kelas yang sangat bising di pagi hari, jadi sosok yang dibicarakan tidak mendengar obrolan mereka.

"Terus kenapa lo kemarin nggak nolak aja waktu Ollie ngasih tebengan pas pulang sekolah?"

"Rejeki mana boleh tolak," Jenita nyengir, "Mas Zafa lagi ada matkul dadakan dari Pak Dosen, jadi nggak bisa jemput gue dan kebetulan Ollie nawarin tebengan ya gue kenapa harus nolak? Saldo gopay belum keisi, terus uang sakunya udah kebeli buat danusan OSIS. Bukan berarti gue masih naksir sama Ollie, ya."

"Apanih, Ollie Ollie?"

Ollie selesai membersihkan vas bunga dan lanjut buat duduk di bangku depan Sabrina yang kebetulan itu bangku miliknya sendiri. Jenita hampir menahan napas dan berusaha agar tidak bersitatap dengan Ollie. Sabrina yang melihatnya hanya mendengus kecil. "Kepo banget sama urusan cewek," sahut Sabrina.

"Gue takutnya lo berdua lagi ngejelekin gue."

"Emang iya," tukas Sabrina. "Kita lagi ngomongin cowok-cowok jamet di SMANSA, termasuk lo."

"Jangan jujur banget, dong. Kit ati, nih, gue."

Sabrina tidak menjawab, hanya melanjutkan PR matematika yang akan dikumpulkan nanti.

Tiba-tiba suasana bising menguar begitu saja, pertanda ada sosok guru datang. Benar saja dugaan Sabrina, Pak Suraji masuk ke kelas dengan menenteng beberapa buku catatan milik murid-murid di kelas ini. Semua memposisikan diri di tempat duduk masing-masing.

Namun, ada satu hal yang membuat rasa penasaran Sabrina tiba-tiba muncul. Seorang anak laki-laki sepantaran dengan seragam sekolah yang berbeda. Sepertinya dia berasal dari kalangan atas karena gaya seragamnya bukan anak negeri sekali, alias dia dari swasta.

"Kayaknya gelar cokiber Kak Gavin bakal lengser, digantiin sama dia, deh," celetuk Jenita menatap lamat lelaki itu. "Ganteng."

Sabrina langsung memandang sinis ke arah Jenita meskipun tidak dihiraukan.

"Baik, tolong minta perhatiannya sebentar. Hari ini, kita kedatangan murid baru. Silakan perkenalkan diri kamu, Nak." Pak Suraji memberikan tempat kepada lelaki itu sehingga seluruh atensi tertuju padanya.

Ada jeda hening dimana semua mata tertuju pada satu sosok lelaki memakai jaket denim, sepatu Converse kuning basic, atribut lengkap, potongan rambut tertata rapi seperti anak enam belas tahun terakhir pada umumnya.

Sebenarnya Sabrina sangat menyayangkan kepindahan anak baru itu, padahal tahun baru akan segera dimulai dua bulan lagi. Jadi, gadis itu meletakkan bolpoin dan menaruh atensi sepenuhnya kepada sosok lelaki yang sudah menyita seluruh perhatian orang-orang.

"Halo, saya Yohan Abimanyu. Kalian bisa panggil saya Yohan. Terimakasih."

Lelaki itu setelahnya membungkuk setengah badan dan kembali tegap. Ada yang baru Sabrina sadari, Yohan tidak pandai mengekspresikan perasaan apapun. Bahkan ketika tersenyum, dia terlihat sangat kaku.

Kemudian Sabrina memperhatikan langkah lelaki itu menuju bangku kosong sebelahnya Ollie. Seperti ada sepercik rasa penasaran, mata Sabrina terus terkunci pada satu objek. Lalu saat itu juga, Yohan juga menatapnya, dan untuk pertama kali pandangan mereka bertemu.

Sabrina yang sadar dengan tindakan konyolnya, lantas segera mengalihkan perhatian asal tidak menatap Yohan.

"Kita ketemu lagi, ya."







bersambung








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo. Aku membawa cerita dengan visualisasi cast Han Yujin of ZEROBASEONE jebolan survival Mnet Boys Planet. Cerita ini dibuat karena Han Yujin berhasil survive dan debut bareng Kim Gyuvin, meskipun main pick aku (Keita) nggak bisa nyusul mereka.

anna lee.

[✓] Next ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang