5. triangle

256 42 1
                                    

"Kemarin gue cariin di kantin, kok, nggak ada?" Gavin datang-datang langsung nabok punggung Yohan yang tengah duduk di taman sekolah pas lagi baca novel punyanya Antoine de Saint-Exupery

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemarin gue cariin di kantin, kok, nggak ada?" Gavin datang-datang langsung nabok punggung Yohan yang tengah duduk di taman sekolah pas lagi baca novel punyanya Antoine de Saint-Exupery. "Idih, jedor Sabrina, nih, jangan-jangan?" Awalnya emang Gavin cuma nanya yang bersifat candaan doang, tapi ketika melihat ekspresi Yohan yang serius—Gavin jadi makin yakin kalau tebakannya benar. "Muka lo serius banget. Please, jangan gitu dong—"

"Ya menurut lo, kalo gue nembak Sabrina bakal langsung diterima?"

Hening. Reflek Gavin menggeleng.

"Nah, sekarang lo tau jawabannya, kan?" Yohan mendengus, lanjut membaca.

"Terus lo nyerah?"

"Tolol banget, mana bisa gue nyerah?" Yohan bicaranya sambil ngegas meskipun lagi baca. "Gue ngejar dia udah dari dulu. Cuma nggak tau kenapa, dia nggak inget sama gue."

"Ya lo ketemunya pas masih SD. Mana masih inget, Bociiiil." Gavin gemes sendiri. "Dia juga ketemunya nggak sama lo doang. Apalagi dia udah 16 tahun, jelas banyak cowok yang deketin dia. Lo jangan sok iye, deh, mentang-mentang ganteng."

"Lo ngakuin kalo gue gan—"

"Ralat, deh," Gavin berdecak, "ganteng, tapi masih ganteng gue. Napa? Nggak seneng?"

Ini kalau bukan kakak kandungnya juga dari tadi Yohan bakal mukulin si Gavin sampe biru-biru, mumpung dirinya punya bekal jadi anak karate pas SMP —meskipun lebih sering bolosnya, sih.

"Terus gimana ceritanya lo bisa naksir sama Sabrina dalam sekali ketemu doang?" Gavin nge-lag dikit, "bentar, deh. Wajah seseorang dari lahir sampe gede, kan, nggak mungkin plek ketiplek sama, ya. Terus gimana lo bisa sadar kalo dia adalah orang yang pernah lo temui?"

"Dari matanya nggak berubah. Itu yang bikin gue suka sama dia." Yohan tersenyum ketika mengingat momen dimana mereka saling bersitatap. "Dan sekarang masih sama rasanya."

"Aduh. Nyesel gue nggak ikut lo ke panti, pasti kalo gue ikut bakal ketemu Sabrina yang masih kiyowok."

Celetukan Gavin sukses membuat Yohan kesal dan akhirnya nabok kepalanya pake novel. "Lo bisa nggak, sih, kalo gue naksir sama orang jangan ikut-ikutan?"

"Lah?" Gavin mengusap kepalanya yang habis dipukul, "jatuh cinta kan manusiawi."

"Ya tapi, kan—" Yohan sudah kehabisan kata ketika melihat ekspresi planga-plongo Gavin, "AH! LO MAH! Tai banget. Kesel gue lama-lama."

"Gue kenapa, bajing?!" Gavin juga kesel, "dibilangin ngeyel, padahal gue udah ngincer Sabrina dari pas MPLS tau."

"Lo udah pacaran sama Kak Hanni selama setahun, yaaa?! MPLS baru kemarin-kemarin aja, please. Berarti emang dari awal lo pengen selingkuh aja. Tai. Semua cowok sama aja. Mana gue cowok lagi," decak Yohan menghempaskan punggung ke sandaran kursi sembari memijat pelipisnya.

[✓] Next ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang