Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kapan sebenarnya waktu spesifik Zhanghao menyadari kalau Serena menyukai Hanbin?
Kalau memang harus dijawab dengan jujur, spekulasi itu awalnya muncul di kepala kala dirinya berkunjung ke rumah April dahulu. Pertama kali dan tiba-tiba sekali, hanya menebak dari bagaimana cara cewek itu bertingkah. It feels like a fever dream, melihat sisi baru Serena yang terkesan.. let's just call it, asing. Kala itu rasanya berbeda sekali.
Setelah beberapa saat berlalu, kepingan-kepingan terus menyambung di dalam kepalanya, barulah menyadari kalau ternyata saat di rumah April bukanlah satu-satunya clue yang pernah Serena berikan kepadanya.
Zhanghao akhirnya, menyadari kalau presensi Hanbin ternyata berperan lebih banyak dari yang dia kira, lebih rumit dari yang dia kira. Mungkin kalau dia boleh melebih-lebihkan, rasanya tidak bohong kalau dia mengatakan semua langkah besar yang Serena buat sampai hari ini dipengaruhi oleh perasaannya terhadap cowok itu.
"Terus terus." Mei, perempuan yang masih dengan wajah bantal baru bangun kurang dari 20 menit yang lalu, merubah posisi duduknya di kursi mencari yang nyaman. "Temen lo itu gimana sekarang kondisinya?"
Zhanghao merobek roti bakar di tangannya. "Ya gak gimana-gimana, cuma bingung aja, confused," ujarnya.
Pagi ini, dengan suasana yang lebih ramai dari biasanya padahal hari libur, Meisya atau akrabnya Mei, kakak perempuan Zhanghao yang lebih tua 4 tahun, muncul untuk menghabiskan waktu satu minggu liburannya di rumah. Sejak tadi khusyuk mendengarkan sang adik bercerita tentang "temannya" yang baru saja menyatakan perasaannya, serta hal-hal rumit di antara hubungan mereka.
Oh, you know damn well.
Mei tertarik mendengarkan, sedikit penasaran. Makanya tidak mau menyela dengan hal aneh, dia tahu Zhanghao pasti akan berhenti jika dia melakukannya. Apalagi mengingat sejarang apa cowok ini bercerita kecuali jika sudah benar-benar suntuk.
"Eh tapi menurut gue ya nih, Hao, menurut gue aja."
Zhanghao berdeham. "Apa?"
"Temenlo ini," kata Mei, "tingkahnya itu dipengaruhi sama lingkungan sehari-hari dia banget, gak sih?"
"Hah?" Zhanghao tidak mengerti. "Tingkahnya gimana?"
"Ya gitu... sebagai orang yang gede di lingkungan yang kebanyakan isinya cewek."
Zhanghao lantas mendongkak, menatap kakaknya dengan dua mata menyipit curiga. Deskripsi barusan terdengar... personal sekali.
"Ups." Mei seketika sadar kalau dia sudah membuka topengnya sendiri, refleks menutup mulutnya dengan tangan kanan. "Bablas, deh," gumamnya.
Itu adalah deskripsi hidup Zhanghao.
Memutar kedua mata sambil menyuap sisa roti sebanyak mungkin ke dalam mulut, cowok itu hanya bisa mendengus, menatap kosong televisi di ruang keluarga yang dibiarkan menyala walaupun tidak ada yang menonton.