08: Never Give Up!

10 1 1
                                        

Akira memain-mainkan bibir dengan pulpennya. Malam ini, gadis itu duduk di kursi meja belajarnya. Mengerjakan tugas Bahasa Indonesia sambil mendengarkan lagu galau.

Ia memandang buku tugasnya tak minat. Gadis itu berkali-kali mengambil napas dalam. Tapi dadanya malah semakin sesak. Gadis itu tak ada menghubungi Michelle sama sekali. Bahkan sahabatnya itu melakukan spam chat, sampai menelpon. Namun Akira tak menggubrisnya.

Entahlah, rasanya lagi pengen sendiri.

"Dan anganku tak henti
Bersajak tentang bayangmu
Walau ku tahu
Kau tak pernah anggap ku ada..."

Demi apapun Akira ingin menjerit sekencang-kencangnya. Tapi ia nggak mau bunda dan ayahnya tahu.

Emang setinggi itu ya Jimmy? Tapi kok, saat lagi ngobrol sama pemuda itu, Akira merasa kalau Jimmy bisa ia gapai. Lalu apa maksud dari sikap Jimmy yang sangat baik padanya? Kalau memang ia beneran ada sesuatu dengan Gisella.

Kemudian Akira tersadar. Bukankah semua orang memang harus bersikap baik? Apalagi Jimmy, seorang ketua osis yang memang harus menjadi contoh bagi murid lainnya. Buat apa Akira berharap karena sikap baik cowok itu? Akira benar-benar dijatuhkan oleh ekspektasinya sendiri.

Lalu Yogi. Ah, Akira nggak mau berpendapat apapun soal cowok itu. Mikirin yang satu aja capek, apalagi mikirin dua. Kalau Yogi, yaudahlah, anggap aja angin lewat. Lagian buat apa seriusin orang yang udah jelas-jelas badboy dan brandalan. Hati Yogi pasti udah nggak berfungsi dengan baik, makanya disebut brandalan.

Kembali lagi pada Jimmy. Perasaannya masih sama. Akira masih suka. Masih ingin berjuang untuk Jimmy. Walaupun saingannya sudah sangat jelas, Gisella Vitriany yang perfect.

Ini Jimmy pake pelet apa sih? Astagaaaa... Bahkan udah ngeliat sesuatu yang nyakitin dari dia aja nggak mengurangi rasa suka Akira pada cowok itu.

Akira mendecak. Malah mencoret-coret halaman belakang bukunya dengan emosi. Berusaha melampiaskannya dengan cara itu.

"Kau hanya mimpi bagiku
Tak untuk jadi nyata
Dan sgala rasa buatmu
Harus padam dan berakhir"



Ting!



Hape Akira berdenting dan sedikit bergetar. Menandakan ada pesan masuk. Akira dengan malas mengeceknya. Paling juga dari Michelle yang kembali menanyakan keberadaannya.

Namun sedetik berikutnya gadis itu tak kuasa menahan keterkejutannya. Hapenya terlempar begitu saja dari tangan. Jantungnya langsung berdebar kencang, seakan bisa mencelos ke perut saking kencangnya.

"ANJIR APA SIH!" gerutu Akira marah-marah.

"Lo tuh ya, kalau emang nggak suka gue nggak usah kayak gini lah anjing!"

"Monyet monyet monyet!"

Akira menghela napas. Menenangkan diri sebelum benar-benar meraih hapenya kembali.

[akirawrielz] ardiaptra_ gajadi ngasihnyaa?
[akirawrielz] ardiaptra_ saya nunggu sampai bel masuk
[akirawrielz] ardiaptra_ atau tadi kmu gak sekolah? saya gak ada liat kmu

"Semua isi kebun binatang adalah kamu, Jimmy!" celetuk Akira.

"Ya sayangnya gue pecinta hewan."

Akira berdehem. Mulai memikirkan balasan apa yang bagus.

"Aku ke ruang osis kok. Sayangnya keburu ngelihat dua sejoli lagi mesra, jadi balik lagi," ujar Akira sambil mengetik. Tapi dengan cepat gadis itu kembali menghapusnya.

Blue RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang