Soreku diliputi rasa bosan. Lembayung yang katanya indah itu kulihat tidak begitu cantik hari ini. Entahlah. Mungkin karena suasana hatiku yang sedang tidak baik-baik saja, jadi apa pun yang kulihat terasa biasa.
Kicauan burung pun parau kudengar. Suaranya yang semula merdu terdengar seperti kaleng rombeng yang ditendang para bocah komplek. Ah.... Sungguh menjengkelkan! Ada apa dengan para pancaindraku hari ini.
Akhirnya kuputuskan untuk berselancar sosial media saja mencari berita atau pun hiburan yang sedang ramai diperbicangkan hingga akhirnya aku menemukan sebuah info kalau ada audisi bernyanyi yang akan diselenggarakan di mal dekat rumah esok hari. Kesempatan emas pikirku. Sudah lama juga aku tidak ikut audisi bernyanyi.
Terakhir kali aku mengikuti kontes bernyanyi ketika usiaku 7 tahun saat papa masih hidup. Pada saat itu aku diantar papa dan juga tante Mira--teman papa yang sangat cantik dan wangi.
Kuambil gitar yang masih terbungkus dan tergantung di dinding kamar. Kupetik senar itu satu persatu kemudian ia menghasilkan alunan nada yang sangat indah. Sudah lama aku tidak memainkan gitar kesayanganku ini. Semenjak berpacaran dengan Ghani, aku seakan-akan mendedikasikan seluruh hidupku untuknya, bahkan untuk sekadar merawat diri atau menekuni hobiku pun tidak cukup waktu. Namun tidak kusangka semuanya akan berakhir menyakitkan seperti ini.
Semakin malam, alunan indah terdengar dari gitar itu. Perlahan pancaindraku pulih seiring mood-ku yang membaik. Memang benar kata pepatah: "Carilah kegiatan yang paling kamu sukai ketika mulai merasa lelah." Entah pepatah itu milik siapa, tetapi cukup bekerja untukku.
Semakin malam, aku semakin terlena oleh keindahan dari setiap bunyi senar yang kupetik. Bunyi merdu yang keluar dari mulutku turut terdengar menyapa seisi kamar. Sungguh sebuah harmonisasi yang indah, apalagi ditambah alunan suara mama yang begitu keras menyapa kuping. Sial!
Ya. Mama protes dan berteriak dari luar kamarku. "Nad, berisik banget! Udah malem, waktunya tidur!" begitulah ocehan yang kudengar dari mulutnya. Sebenarnya tidak hanya itu saja, tetapi aku enggan membahasnya karena ocehan mama terlalu panjang. Lagi pula sudah malam apanya? Baru juga pukul 21.00. Mama memang sangat kuno. Anak muda mana yang tidur pukul 21.00? anak muda itu tidur lebih larut dari orang dewasa karena badannya masih bugar jadi tidak takut sakit atau sejenisnya.
Namun karena aku menghormati mama, aku menghentikan aktifitasku dan bergegas menyiapkan baju untuk kukenakan besok saat audisi. Aku harus tampil cantik dan percaya diri.
***
Sinar mentari yang memaksa masuk melalui celah jendela kamar memaksaku untuk segera bangun. Hari begitu cepat berlalu tetapi luka di hatiku masih terasa pilu. Aku meraih gawai, melihat apakah ada pemberitahuan masuk melalui ponselku itu, rupanya tidak ada.
Biasanya setiap pagi belasan chat dari Ghani menjadi pembuka pagiku yang sangat indah meskipun isi pesannya berupa pertanyaan tentang tugas-tugas dia saja. Namun tidak masalah, selama dia mengingatku setiap hari itu membuatku senang. Astaga! Ayo bangun, Nad! Hapus semua ingatan tentang Ghani dan mulai hidup baru yang lebih menyenangkan.
Ya! Semenjak putus dengan Ghani, pagiku dimulai tanpa sebuah pengharapan. Bagaimana hari akan berjalan nantinya, akan kujalani saja semampuku.
Aku menyingkirkan bed cover dari tubuh lalu bergegas untuk mandi kemudian bersiap pergi ke mal. Taklupa aku sarapan terlebih dahulu agar siap dan kuat menghadapi hari yang entah akan seperti apa.
Bagiku hidup adalah sebuah hadiah. Ya, sebuah hadiah yang sudah disiapkan oleh Tuhan. Aku tidak pernah tahu apa yang sedang disiapkan Tuhan dengan hadiahnya. Sebagai manusia, aku hanya perlu menjalani hari dengan ikhlas dan menunggu hadiah apa yang akan kudapat begitu waktunya tiba. Entah mengejutkan, membahagiakan atau bahkan menyedihkan. Jadi alasan ini yang sebenarnya mendasari manusia untuk selalu makan; agar selalu kuat ketika menerima hadiah apa pun dari Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Your Fat
Fiksi Remaja"Emangnya salah jadi orang gendut?" Alasan terbesar Ghani memutuskan hubungannya dengan Nadya adalah berubahnya tubuh Nadya yang kian hari semakin membesar. Ghani berdalih jika dia sangat malu memiliki pacar seperti Nadya dan sering kali dijadikan...