Prolog

283 71 2
                                    

Wanita itu mengikat rambut pirangnya, merapikan penampilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu mengikat rambut pirangnya, merapikan penampilan. Menghela napas berat, ia menepuk kedua pipi menyiapkan diri untuk kembali bekerja. Hari ini... Rosella akan berjuang, lagi. Ia sudah berkali-kali mendapat amukan tak berdasar, lebih jelasnya sang atasan menjadi uring-uringan sejak kasus perceraian yang dialami oleh Pak Albert. Tak hanya Rosella, melainkan hampir seluruh karyawan yang bekerja di sana turut mendapatkan imbas dari gagalnya rumah tangga Pak Albert.

"Semangat, Rosie!" Katanya pada diri sendiri.

"Rosie, Pak Albert memanggilmu." Kata salah satu rekannya ketika ia tiba di ruang staf.

"Lagi?" Beonya tak mengerti.

Wanita yang duduk di bangkunya mengangguk. Ia adalah Ruby, teman satu kantornya. "Ya," cicitnya. "lebih baik kau cepat pergi."

"Hm." Rosella mengangguk sembari menerka-nerka. Kira-kira apalagi yang bosnya ingin ocehkan padanya?

Menghela napas sejenak, memantapkan hati. Rosella bergerak mengetuk pintu kaca, lalu menggesernya. Memasang senyum kikuk, Rosella berdiri di depan meja sang atasan. Albert, selaku atasan sedang membolak-balikkan map file di atas meja kerjanya.

Sang atasan berdecak, menatapnya galak dan membanting map file tersebut di depan Rosella. "Rosella," panggilnya membuat bulu kuduknya merinding. "kau sudah lama bekerja di perusahaan ini. Tapi kau masih saja terus membuat kesalahan."

Rosella menunduk, ia meremas kedua tangannya gugup.

"Aku heran," pria itu masih menatapnya, tak terlihat senang. "kau bahkan masih punya harga diri setelah membuat kesalahan."

Rosella buru mengangkat wajahnya, ia tak mengerti. "Maaf, pak. Tapi--"

"Diam!" Bentaknya kasar membuat siapa saja yang berada di luar ruangan mampu mendengar. "Aku belum selesai berbicara. Bagaimana bisa kamu lupa memeriksa invoice hari ini?! Customer ada yang lolos dan berdalih karena hal itu. Seharusnya ini adalah hari jatuh tempo. Kau tidak dibayar untuk berleha-leha."

Habis-habisan. Ia dimarahi, ditegur dan dihina habis-habisan. Padahal, pemeriksaan invoice bukanlah tugasnya, melainkan tugas Lisa. Namun, seakan tak peduli, sang atasan terus mencercanya hingga pria itu memecatnya.

Netra Rosella membola, ia tak berkutik. Belum sempat memberi keterangan, sang atasan memintanya keluar ruangan. Seluruh pegawai yang mendengar hal itu hanya bisa menatap Rosella dengan iba. Mereka tahu, bahwa sebenarnya Rosella tak bersalah. Sang atasan hanya mencari mangsa untuk melampiaskan kemarahannya. Kemarin Ruby, hari ini Rosella, besok-besok... mereka tak tahu siapa yang akan menjadi target amarah Albert.

Rosella kembali ke ruangannya dengan mata berkaca-kaca, ia bahkan tak mengeluarkan sepatah kata pun selain membereskan barang-barang yang ia miliki. Ruby bangkit dari bangkunya, ia menatap sang rekan dengan tatapan iba. Rosella merapikan barang-barangnya dan mengumpulkannya dalam kardus.

Adventure to Another World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang