Paginya, Kayla melihat motor hitam sudah terparkir rapi di depan rumah.
Jenan benar-benar datang. Ia bahkan langsung tertawa tidak jelas ketika melihat Kayla keluar rumah.
"Ngapain kesini?"
Kalimat itu terdengar sangat menggemaskan di pendengaran Jenan. Padahal, Kayla bertanya dengan nada yang kesal.
Bukannya menjawab, Jenan malah memberi Kayla helm berwarna merah muda.
Helm favoritnya, dulu.
"Pake nih, biar otaknya nggak terbang." ucap Jenan santai.
Kayla meringis kecil. "Kamu lupa ya kita udah bukan apa-apa?"
Jenan reflek menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, tapi ia lupa kalau ia sudah pakai helm. Alhasil, lelaki itu terlihat konyol.
Tanpa sadar, gadis itu tertawa kecil.
"Ihhh ketawa!" seru Jenan kegirangan. Ia mulai mencolek jail hidung Kayla.
Dengan cepat gadis itu menangkisnya.
"Udah-udah, tinggal pake helm aja susah banget? Ntar kita telat, lho." kata Jenan gemas.
"Yang mau berangkat bareng emangnya siapa?"
"Angkot lama Rin nunggunya, kamu juga masih trauma naik ojol 'kan? Mending sama aku. Aman." balas Jeno, tak lupa dengan alisnya yang ia naik-turunkan.
"Gi-"
"Gisel juga sekarang gak sekolah, masih sakit."
Kayla tidak menjawab lagi.
Ayahnya sudah berangkat dari pagi buta, sedangkan ibunya tidak bisa mengendarai kendaraan. Begitu pula dengan dirinya.
Melihat Kayla yang terdiam, membuat Jenan tersenyum penuh kemenangan.
Jenan menepuk jok di belakangnya. "Udah sini, naik. Kalau telat lagi disuruh jalan jongkok, lho. Kamu gak capek apa?"
Memang benar, semenjak putus dengan Jenan, gadis itu pernah telat beberapa kali. Melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06.45 pun membuat Kayla berpikir.
Jenan dibuat gemas dengan pipi Kayla yang agak menggembung.
"Mapel pertama kamu ekonomi." ucap Jenan penuh arti.
Kayla membelalakkan mata.
Pak Herman. Ulangan harian. Hukuman.
Semua hal buruk terbayang di kepalanya.
Menghilangkan gengsi, Kayla dengan segera naik ke motor hitam milik Jenan. "Jangan geer, aku cuma gak mau dimarahin aja!"
Jenan tersenyum senang. "Iya cantik, sekarang kita berangkat ya."
Mendengar itu, Kayla mendengus pelan. Menyebalkan.