"Eh, Jenan ngeliat ke sini mulu, Kay!" seru Gisel dengan mulut yang dipenuhi dengan bakso.
Sekarang mereka berdua sedang berada di kantin, menyantap dua porsi bakso Mang Udin. Dan sedari tadi Kayla sudah sadar kalau Jenan memang sedang memperhatikannya.
Pastinya sambil senyum-senyum genit.
"Diemin aja, lah." balas Kayla berusaha tenang.
Gisel terkekeh kecil, "Kaya gak lagi putus cinta dah lu berdua, lebih mirip pasangan yang lagi PDKT."
Kayla sontak memukul lengan Gisel pelan. "Jangan mulai deh!"
Melihat reaksi Kayla yang agak malu-malu membuat Gisel tertawa gemas. "Lagian kenapa bisa putus, sih? Bukannya udah biasa Jenan minder gak jelas gitu? Biasanya juga malah lo peluk, Kay." tanya Gisel mulai serius.
Sudah saatnya ia beraksi.
Kayla melirik Gisel sebentar. Dipikir-pikir, temannya yang satu ini memang belum tau secara full tentang apa yang telah terjadi. Kayla pun mulai menarik napas dalam-dalam, bersiap untuk mengoceh panjang.
"Capek tau, Sel. Gua 'kan waktu itu lagi mau lomba. Eh bukannya dapet dukungan dari Jenan, dianya malah suka uring-uringan gak jelas. Tiba-tiba minta putus, lah. Draining banget."
Kayla menyelipkan beberapa helai rambutnya lalu lanjut bercerita. "Gue beneran lagi capek banget pas tanggal 17 karena badan emang agak demam dari siang, tapi tetep paksain latsol dulu sebentar, abis itu balik ke rumah. Tapi asal lo tau! Di jalan si Jenan mulai ngoceh gak jelas lagi, intinya pengen putus, lah. Karena gue pusing akhirnya gue iya-in.
Muak juga, sih, jujur. Im not perfect, Sel. I go through shit and have flaws too. Makanya, sampe sekarang gue suka heran kalau dia bilang gue terlalu sempurna segala macem. Masa, sih, dia gak bisa liat segala kelebihan yang dia punya? He's such a good listener, he can cook delicious food, banyak, deh!" Kayla gengsi melanjutkan ucapannya.
Gisel manggut-manggut mengerti. "Gue paham, sih, Kay. Tapi lo tau gak kalo Harum pernah bilang yang nggak-nggak ke Jenan?"
Kayla mendadak bingung. "Hah?"
Gadis berponi di depannya menyunggingkan senyum. Sudah ia duga Kayla belum tahu tentang hal ini. "Iya, dari awal kalian pacaran 'kan emang udah banyak gosip jelek ya? Nah, Harum tuh sempet bilang yang nggak-nggak ke Jenan secara langsung di perpustakaan. Gue denger ini dari Jenan. Intinya Harum nyuruh Jenan buat mutusin lo, karena mereka penginnya lo sama Kevin. Dan itu, sih, yang bikin Jenan jadi nyebelin alias minderan tiba-tiba."
Kayla membelalakkan mata tak percaya. Ternyata alasan Jenan pernah meninggalkannya tiba-tiba di sekolah itu karena ini? Jenan bilangnya ia sedang tidak enak badan kala itu, padahal itu karena ulah 'teman' Kayla sendiri.
Pantas saja akhir-akhir ini teman-temannya selalu memaksa Kayla untuk dekat dengan Kevin. Padahal ia tak pernah ada perasaan apapun ke partnernya itu. Seketika ia merasa tidak enak.
"Dan gue paham juga, Kay. Lo waktu itu lagi emosi. Lo juga manusia. Lo butuh dukungan, tapi pacar lo malah bikin hari lo makin buruk. Wajar banget kalo lo dengan spontan setuju buat putus.
Tapi sekarang liat, deh, putus sama Jenan gak bikin hidup lo tenang 'kan? Dia malah jadi sering gangguin lo. Saran dari gue, sih, mending lo ajak ngobrol dah si Jenan itu. Make sure he feels better about himself. Jenan harus belajar buat ubah pola pikirnya juga.
Lagian, lo juga sebenernya gak mau pisah 'kan?"
Kayla tak pernah menyangka Gisel bisa berbicara perkara cinta. Pasalnya, temannya itu belum pernah memiliki hubungan asmara, tapi pemahamannya akan perasaan seseorang membuat Kayla sedikit terpana.
Pertanyaan yang Gisel lontarkan pun membuat Kayla berpikir. Kemudian ia tersadar akan sesuatu.
"Ah, lo mah pengen gue balikan doang 'kan?" seru Kayla sambil memicingkan mata.
Gisel yang melihat itu tertawa terbahak-bahak.
"Tapi serius, deh. Y'all look good together. Kalian cuma butuh komunikasi aja."
Kayla menghembuskan napasnya pelan, mungkin Gisel ada benarnya.
Entah dorongan dari mana, Kayla tiba-tiba mengetik sesuatu di layar ponselnya.
Jenan
Jen|
Besok malem ketemu di taman deket rumah, bisa?|Terkirim.
Kayla meringis pelan. Semoga ini keputusan yang tepat.