5

261 55 6
                                    

Jenan

|Kay
|Aku baru sadar
|Sapu tangan kamu masih ada di aku

Terus?|

|Bikin kangen hehe
|Kamu gak mau ambil?

Males|

|Sengaja ya biar aku keinget kamu terus

Biar gak perlu ketemuan aja sih|

|Parfum kamu juga masih di aku

Ya|

|Novel kamu juga belum aku kembaliin

Ok|

|Cinta aku ke kamu juga masih di sini

???|

|Salting ya?

Geli|

***

Setelah kejadian jemput paksa itu, Kayla sesekali mulai meladeni pesan tidak jelas dari Jenan. Entahlah. Rasanya lumayan menghibur, meskipun ia masih merasa jengkel dengan kejadian-kejadian yang telah lalu.

Sekarang Kayla sudah tidak ada kegiatan apa-apa lagi selain bersekolah. Perlombaan sosiologi bulan lalu adalah perlombaan terakhirnya di SMA. Untungnya ia menang. Padahal saat itu kondisi hatinya sedang kacau karena Jenan menjadi menyebalkan tiga kali lipat.

Rumah tampak kosong sore itu. Hanya ada kucing hitam milik Kayla yang sedang tidur di halaman. Pintu rumah pun tertutup rapat.

Kayla mengecek tanggal di ponselnya.

"Ah, tanggal 10." gumamnya sambil mengangguk paham.

Bukan hal yang aneh kalau tanggal 10 Kayla tidak disambut oleh ibunya saat pulang ke rumah. Tiap tanggal segitu, ibunya pasti sedang arisan di rumah tetangga dan baru pulang setelah langit gelap.

Dengan segera ia berjalan ke arah rak sepatu di pojok teras rumah, kuncinya pasti ada di sekitar situ. Diletakkan begitu saja di flat shoes merah muda kesayangannya.

Karina baru saja memasukkan kunci ke lubang pintu saat ia melihat kantong kresek berwarna merah menggantung di gagang pintu sebelah kiri.

"Apaan nih?" serunya heran.

Tanpa berlama-lama lagi ia langsung melihat isi dari kresek itu.

Martabak.

Martabak keju kesukaannya. Tentu saja Kayla senang. Sudah 5 hari tukang martabak itu tutup. Gadis itu jadi heran.

"Kirain bangkrut." gumamnya pada diri sendiri.

Ting!

Ponselnya berbunyi.

Siapa lagi kalau bukan dari Jenan.

Jenan

|Dimakan ya martabaknya
|Aku denger dari Gisel kamu lagi pengen itu banget

Kayla menepuk keningnya. Tidak terpikir olehnya kalau Jenan yang melakukan ini semua.

Mau tak mau ia harus berterimakasih. Toh, ia memang menginginkan martabak keju itu, meski pengirimnya tidak begitu diharapkan.

Iya|
Makasih|
Ntar uangnya gue ganti|

|???
|Gak usah lah
|Itu hadiah biar kamu kesemsem lagi sama aku

Kayla mendengus. Sejak putus dengan Jenan ia jadi sering mendengus tak karuan.

|BTW, gak cocok Kay pake 'gue'
|Aku-kamu aja
|Hehe

Jangan atur-atur dong|
Kan udah bukan siapa-siapa|

|Jangan gitu lah </3

Kayla mengabaikan pesan itu. Ia langsung bertanya tentang hal yang ingin ia lontarkan sejak tadi.

Kok tiba-tiba jualan lagi sih abang martabaknya?|

|Istrinya abis lahiran, Kay
|Jadinya libur dulu
|Tapi tadi aku inisiatif cari rumahnya
|Ketemu deh
|Terharu dong

Iya-iya|
Makasih ya|

|Iya 🥰
|Besok balikan ya

Kayla memutuskan untuk tidak membalas pesan itu. Sudah mulai aneh.

Saat memasuki rumah, gadis itu merasa ada yang berbeda. Tiba-tiba saja ia begitu bersemangat. Jantung berdetak lebih cepat. Dilihat wajahnya lewat layar ponsel dan Kayla langsung membelalakkan mata.

"Kok pipi gue merah gini, sih?!"

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang