#1

646 50 12
                                    

Tidak ada tangis memilukan dan isakan. Pria muda itu sudah lelah, menyembunyikan wajahnya dengan pasrah.

***

Media besar tak absen meliput bahkan sidangnya disiarkan langsung, tanpa pengacara pribadi, jaksa secara tegas menumpahkan tuduhan. Tidak ada pengacara yang sudi bahkan jika pemuda itu mampu membayar. Penjara seumur hidup hingga eksekusi mati semua tuntutan dilontarkan, semua mengutuknya dengan kejam.

Ini bermula justru di sore yang cerah. Sepulang kuliah, bocah laki-laki itu sedang menempuh kuliah profesinya sebagai ners. Dia baru saja lulus sarjana keperawatan semester kemarin, tanpa jeda ia langsung mengambil kuliah profesi lanjutan. Sore itu, ia masih melihat ibunya menyiram bunga, adik tirinya juga sedang mendengarkan musik sambil membaca buku di teras rumah. Adiknya perempuan, cantik dan pipi chubby-nya menggemaskan. Ibunya juga, sama cantik seperti dirinya.

Mereka baik-baik saja, saling menyapa. Pemuda itu pun mengecup pipi ibunya, melambaikan tangan ke adiknya yang tidak mendengar kakaknya memanggil-manggil. Hingga sang kakak sengaja mengagetkan agar adiknya terjungkal dan berakhir dengan terbahak bersama-sama. Tidak ada firasat apapun, anak itu langsung pamit untuk tidur akibat kelelahan setelah seharian mengurusi praktikum lalu lanjut bermain bersama teman-temannya.

Namun tiba-tiba lewat tengah malam ia terbangun, rumahnya tengah diberondong suara pecahan kaca dan hantaman benda-benda keras. Suara yang ia dengar terakhir, adiknya memekik keras, membuatnya bergegas namun ketika ia nekat turun ke bawah dari kamarnya di lantai dua,sang ibu sudah tergolek bersimbah darah. Sangkur bergerigi itu menancap setengah, membelek perut sang ibu hingga tujuh lapis kulitnya nampak. Pria kecil itu lantas memangku kepala sang ibu sambil menangis panik, ia tak berani berteriak meminta pertolongan karena telunjuk sang ibu berhenti di depan bibir, mengisyaratkan padanya untuk tetap diam. Ia memegangi perut ibunya, mencoba menahan pisau yang lekat tertancap agar tak bergerak lebih. Ia masih bisa melihat mata ibunya bergerak ketika dipangku, ia memanggil anaknya lirih.

"Beomgyu... Beomgyu... Lariii... Cepat pergi!!!"

Kalimat terakhir sebelum ibunya menghembuskan nafas terakhir. Anak itu panik, ia berputar-putar di satu ruangan, mengintip ke kamar adiknya yang lebih kacau. Lemari, baju, semuanya serba awut-awutan. Tubuhnya makin melemas melihat kondisi adiknya yang bagian bawahnya telanjang dan keran darah dari kepalanya sudah surut. Anak itu kelimpungan. Ia menangis berlarian, mencoba pergi sejauh mungkin dengan pakaian yang terkena percikan darah. Bukan kabur, ia takut menjadi korban selanjutnya karena di belakang rumah masih ada suara gaduh, sepertinya perampok, penjahat atau siapapun, mereka belum pergi.

Namun tiga bulan kemudian, anak tak bersalah itu sedang terduduk di sebuah bus, dengan kerangkeng besi menutupi seluruh jendela kaca. Anak kuliahan yang masih berusia 22 tahun itu menjadi terdakwa seumur hidup, untuk kejahatan yang sama sekali tak pernah ia lakukan, bahkan membayangkan saja tidak pernah. Siapa yang peduli ia bersalah atau tidak, semua bukti mengarah padanya. Sidik jari dan semua alibi cocok dengan bocah kecil itu, ada indikasi dia dalam pengaruh alkohol saat kejadian padahal ia cuma minum satu kaleng bir. Apalagi dia kabur saat kejadian, CCTV di jalan menangkapnya, jelas terlihat kaos putihnya penuh dengan bercak darah, tak ada orang lain yang keluar dari rumahnya. Semua memberatkan, ia tak dapat mengelak sama sekali ketika jaksa terus menekan. Pada akhirnya dia terpaksa mengakui dengan pertanyaan yang terarah. Meskipun statusnya mahasiswa tapi dia buta hukum karena ia tak pernah tertarik dengan dunia kriminal dan jaksa yang hanya ingin kasusnya menang menghalalkan segala cara agar namanya naik. Tinggal satu kali lagi proses yang harus ia lalui yaitu sidang putusan. Meskipun sangat kecil, tapi setidaknya masih ada harapan bukan.

Jangan tanya ayahnya, ia hanya ayah tiri yang juga kelimpungan apakah harus membela atau tambah memberatkan.

***

PRISON SONG : Innocent | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang