Biarkan saja aku mati
Biarkan saja aku berakhir seperti
Aku sudah tidak punya harapan
Percuma, tidak ada lagi yang percaya
Aku hanya serpihan daging bernyawa yang terbuang
Biarkan aku mati dan mayatku membusuk disini
Diamlah
Kalau kau mau membusuk
Mari membusuk saja bersamaku disini
Siapa yang sanggup menatap mata iblisnya. Iblis yang selalu larut dalam kesendirian, menyimpan sejuta misteri. Iblis yang sekali mengeluarkan suara maka semua orang menurut dengan takut.
Tidak ada yang tahu sebab ia dipenjara, ia jarang tersenyum, jarang juga berbicara. Sekali ia bicara selalu membuat penghuni disana gemetar.
Lelaki perpawakan jangkung, tingginya hampir dua meter, badannya bersih tanpa tatto, namun ototnya cukup menonjol meskipun tak sebesar yang lain. Postur tubuhnya saja membuat ngeri, apalagi lirikannya. Dia jarang bertatap muka, seringnya wajah tampan itu tertutup surat kabar dilengkapi hias kacamata yang terpasang apik di tulang hidungnya. Aneh bukan, dia tidak nampak seperti narapidana pada umumnya yang berantakan, penghuni lain menyebutnya psikopat kutu buku.
Desas-desus mengabarkan bahwa ia sudah membunuh ratusan orang. Ada juga yang bilang dia penerus bos mafia arogan. Rumor yang paling konyol, dia bisa membunuh tanpa mendekati korbannya sedikitpun. Katanya pula sewaktu ia baru masuk penjara, ia pernah membunuh senior hanya dengan satu pulpen tumpul karena ia dirundung secara tiba-tiba, ia tak takut apapun. Siapapun yang berani mengganggunya maka akan mati seketika.
Entahlah, gosip itu darimana asalnya tetap membuat penjara menjadi ngeri, dia bukan dijauhi tapi ditakuti. Padahal ia tak pernah mengusik siapapun termasuk jika orang-orang kerap merundung penjahat keji lainnya. Bukan urusannya sama sekali.
Namun hari itu, iblis itu menggendong manusia lemah yang tergeletak hampir kehilangan nyawa. Ia lebih dahulu pingsan sebelum meneruskan niatnya mengakhiri hidup dan ia ambruk.
Jangkung itu membawa tubuh mungil turun dari mercusuar, menimangnya dalam dekapan. Mungilnya yang ringan terangkat hanya dalam satu hitungan.Di atas kedua tangannya, anak itu tertidur nyaman, seluruh tubuhnya dibalut selimut yang ia angkut ketika mendapati anak itu jatuh terkapar. Iblis itu nampaknya lebih punya hati nurani daripada yang membuat si manusia lemah makin tak berdaya.
Langkah tegap, tanpa menoleh sama sekali, iblis itu membopongnya dengan tegap. Kepala si mungil terantuk-antuk mengikuti gerakan dari si jangkung. Sebelah tangannya terjuntai bergerak bebas. Semua orang yang tadinya berkerumun minggir seketika, mereka berbisik-bisik menduga. Ia berjalan keluar area penjara utama. Melewati koridor dan pintu sel yang berjejer. Cuma satu orang yang berani bertanya, pria tua yang ubannya mulai terlihat.
"Siapa itu?"
"Cuma anak kecil yang malang", begitu jawabnya.
"Pak Tua, carilah orang yang membuatnya begini!" katanya memberikan instruksi.
Yang disebut pak tua itu mengangguk. Lihatlah bahkan yang lebih senior darinya pun menurut.
***
Anak itu sudah semalaman tak sadarkan diri. Di unit kesehatan ia kini berada, matanya mulai kesilauan akibat sengatan mentari. Ia mengerang lagi ketika menggeliat, sakitnya berkali-kali lipat dibanding pertama kali ia dipukuli. Ia mulai menggelengkan kepalanya, mencoba mengedipkan matanya yang lebam, tapi yang bisa terbuka hanya satu. Ia mencoba menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk melalui celah jendela. Beomgyu sadar ia tidak berada di baraknya. Tapi ia berada di sebuah ruangan serba putih, lengkap dengan fasilitas kesehatan seadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON SONG : Innocent | Hiatus
Fiksi Penggemar"Aku tidak bersalah tapi harus menanggung hukuman seumur hidup"-Beomgyu "Anak manis itu, bukankah dia terlalu lucu untuk jadi seorang pembunuh?"-Yeonjun "Dunia belum berakhir, mari membusuk bersamaku hingga akhir"- Soobin "Ada aku yang selalu mende...