11. Hipotesis

2.5K 345 14
                                    

Ramon mengerjapkan mata saat Adel tiba-tiba berdiri. Ia ikut berdiri, menatap gadis itu dengan wajah lesu. "Apa kau akan pergi?"

Adel tertawa pelan. Tangannya bergerak menepuk pundak Ramon beberapa kali. "Tentu, hari sudah malam. Tenang saja, untuk malam ini aku belum bisa membawamu. Tapi suatu saat nanti, aku akan datang, dan membawamu beserta adik-adikmu ke kehidupan yang lebih nyaman."

Adel berbalik badan, berpamitan dengan Black, Riche, dan Vira. Ramon menatap punggung yang kian mengecil ditelannya kegelapan.

Aku menunggumu.

***

"KYAA PUTRI!"

Peni berteriak heboh tatkala membuka pintu mansion dan mendapati Adel dengan penampilan yang acak-acakan. "Kenapa Anda pulang lebih dulu? Dan apa ini? Anda pulang dengan jalan kaki? Terlebih tanpa alas kaki?!"

Wanita itu membawa Adel menuju kamar dan terus mengoceh. Adel tahu bahwa ini akan terjadi. Saat dirinya duduk di tepi kasur, Peni berjongkok dan memeriksa telapak kakinya.

"Lihat ini! Kaki Anda sampai terluka! ANDA SUDAH GILA YA?!"

Adel meringis mendengar teriakan membahana itu. "Hei, Peni. Hanya kau pelayan yang berani mengatai majikannya gila."

Peni dengan telaten mengusap telapak kaki Adel menggunakan handuk kecil yang dicelupkan ke air hangat. "Saya tidak akan berkata demikian kalau Anda tidak membuat masalah seperti ini," ucapnya diselingi nada kesal.

"Masih untung orang yang kau layani itu aku. Kalau orang lain, mungkin kau sudah habis digantung."

Peni berdecak. Ia beralih melepas pita dan permata yang ada di rambut Adel. "Ngomong-ngomong, kenapa Anda pulang lebih dulu? Terus kenapa tidak pulang dengan kereta kuda saja? Padahal dari sini ke istana tidak terlalu dekat."

"Aku hanya malas di sana. Sesuatu terjadi di istana. Yah, karena tidak ingin mencoreng nama keluarga, aku memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki," jawab Adel sekenanya. "Dan, tidak terlalu dekat bukan berarti sangat jauh. Dari sini ke istana hanya memakan waktu 15 menit dengan berjalan kaki, kok."

"Lalu kenapa Anda melepas sepatunya? Kaki Anda jadi terluka."

"Aku melewati jalan berbatu. Dan aku belum terbiasa menggunakan sepatu seperti ini. Daripada kakiku cedera karena terkilir, lebih baik jalan tanpa alas kaki namun mengurangi resiko cedera yang terjadi pada kaki."

Peni menghela napas lelah. "Jangan lakukan itu lagi. Anda harus menjaga tubuh Anda. Jangan sampai terluka."

Adel tertawa pelan melihat perhatian yang diberikan Peni kepadanya. Setelah berganti baju menggunakan baju tidur, Adel berbaring di kasur. Peni menyelimutinya, dan sebelum pergi, wanita itu memberikan kecupan ringan di keningnya.

"Semoga tidur Putri nyenyak. Mimpi indah, Tuan Putri."

Adel tersenyum sekilas. "Kau sudah terlihat seperti ibuku."

"Tidak apa-apa jika Anda menganggap saya seperti ibu Anda sendiri. Asal Anda tahu, semenjak kepergian mendiang Duchess, saya yang merawat Anda. Karena itu Anda sudah seperti anak saya sendiri." Tangan Peni bergerak mengusap rambut Adel. "Putri, meski semua orang membenci Anda, ingatlah bahwa ada saya yang selalu menyayangi Putri Anaya. Saya akan berusaha menjadi orang yang berguna di kehidupan Putri."

Jadi orang yang berguna, ya?

"Kalau begitu, Peni. Bisakah kau membantuku sebelum aku tidur?"

"Apa yang bisa saya bantu?"

"Tolong bantu aku meminta izin pada Tuan Duke untuk menambah pelayan pribadiku. Ada seseorang yang aku rekomendasikan."

Peni terlihat berpikir. "Apa saya... Belum cukup bagi Anda, Putri?"

SISTEM : Antagonist Harem ( DROP ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang