28. Diculik

978 101 4
                                    

Zee mendecakkan lidahnya saat dirinya ditahan oleh para professor. Terlihat dari wajah mereka yang berusaha menarik perhatiannya.

"Zee, kau benar-benar luar biasa! Kau memang pantas menjadi pemimpin. Berkatmu, acara berburu ini berjalan dengan lancar."

Sorot mata Zee berubah dingin. Laki-laki itu melirik Nuel yang berlalu melewatinya. Kenapa Nuel yang merupakan calon kaisar, bisa bersikap bebas dan jauh dari para penjilat seperti mereka yang saat ini menghadangnya?

"Zee, karena kau sudah susah payah membangun acara ini, ayo minum bersama kami."

Zee menerima gelas yang disodorkan professor kepadanya. Rasanya Zee ingin menghempaskan para penjilat itu dengan sihirnya. Tapi, Zee harus menahan itu.

"Beberapa tamu undangan akan datang. Aku harap kau menyambut mereka bersama kami."

"Hanya kau orang yang berkompeten. Kami mengandalkanmu."

Mengandalkan pantatmu. Usaha sendiri, bajingan. Zee mengumpat dalam hati. Dia benar-benar ingin menjauh dari sini dan pergi ke tempat Anaya berada.

Di mana gadis itu?

Zee belum melihatnya sejak acara berlangsung. Rasanya tidak nyaman karena saat ini dia harus menjaga jarak dengan orang yang ingin menyentuhnya. Terlebih, telapak tangan Zee yang mulai berkeringat di balik sarung tangan yang ia kenakan. Zee benar-benar membutuhkan Anaya.

"Maaf, professor. Aku harus pergi. Sepertinya kesehatanku memburuk karena menyiapkan acara ini. Jadi, kalian saja yang menyambut para tamu nanti," ujar Zee dengan wajah datar. Laki-laki itu segera pergi tanpa harus mendengar jawaban para professor.

Namun, langkah Zee terhenti saat semua orang memekik dan terdengar bunyi pecahan kaca yang memenuhi seluruh aula.

"Kyaa!"

"Hei, apa-apaan kau?"

Zee menoleh, melihat apa yang terjadi. Di jarak beberapa meter darinya, terlihat seorang laki-laki berlari memasuki aula dengan wajah marah sekaligus panik. Orang itu tak sengaja menabrakkan tubuhnya ke orang-orang yang ada di aula.

"D-Di mana Noah dan Noam?" Orang itu, Ramon, melirik sekeliling mencari orang yang dicarinya.

Namun, belum sempat dia mencarinya, orang yang dicari malah datang sendiri kepadanya. Noah dan Noam menghampiri Ramon dengan beragam ekspresi.

"Hei, kau! Apa yang kau lakukan?" Noam mengernyitkan alisnya bingung. Antara marah dan prihatin melihat kondisi Ramon saat ini.

"Tidak ada waktu untuk itu. A-Anaya... Anaya diculik!"

BOOM!

"Kyaaa!"

Para murid memekik heboh saat mendengar ledakan sihir yang dibuat oleh Zee. Pecahan kaca gelas dan meja beterbangan mengenai wajah mereka dan menyebabkan luka.

Sedangkan sang pelaku, Zee, berlari menghampiri Ramon dan meraih kerah baju laki-laki itu. "Apa yang kau katakan barusan?" tanya Zee.

Ramon menelan ludahnya. Namun, saat ini bukanlah situasi dimana dia harus takut pada Zee. Karena Ramon tahu, satu-satunya yang bisa menyelamatkan Anaya, hanya Zee.

"Anaya diculik."

"Jangan bercanda denganku, sialan!"

"Aku tidak bercanda!" Ramon meninggikan suaranya. Dia tak peduli meski dia kesulitan bernafas karena Zee mencengkram kerah bajunya dengan kuat. Suasana semakin mencekam karena sihir yang dilepaskan Zee. "Anaya diculik, dan itu tepat di depan mataku!"

SISTEM : Antagonist Harem ( DROP ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang