23. Ramon Jadi Sadboy

1.7K 198 26
                                    

HALO GUYS! Akhirnya setelah menghilang selama sebulan, aku datang dengan Anaya dan kawan-kawan!

Khusus part ini aku panjangin! Tau ga berapa work nya? Yap! 2000+ kata lebih!

Makasih loh ya, yang udah nungguin. Bismillah, semoga pembacanya ngga ngilang kayak aku yang ngilang sebulan. Hehe.

Maapkeun gess. Lagi sibuk menikmati waktu liburan, sampe lupa kalau aku punya cerita yang bakal di update.

Nah, silahkan membaca. Jangan lupa dibawa enjoy aja bacanya~

See you, eperibadeh.

***

"Jangan jatuh cinta padaku. Karena aku tidak akan jatuh cinta padamu."

Ramon tertegun. Laki-laki itu sontak melepaskan genggamannya pada telapak tangan Adel. Ramon mengusap kepalanya kikuk. "K-Kau berkata seolah aku baru saja menyatakan perasaan padamu."

"Aku tahu. Makanya aku mengatakan itu lebih dulu, agar kau tida terlalu terbawa perasaan padaku." Adel menatap Ramon yang memalingkan wajah darinya. "Maaf kalau perkataanku menyinggungmu."

Ramon tersenyum canggung. "Tidak apa-apa. Aku mengerti. Lagian, untuk situasiku saat ini, apa aku pantas memikirkan nasib percintaanku? Aku mempunyai tiga adik yang harus aku urus dan nafkahi."

Adel menghela napas lega. Ia tidak tahu apakah perkataannya menyakiti hati Ramon. Tapi setelah melihat reaksi laki-laki itu, Adel jadi lega.

"Baiklah..."

"ANAYA!"

Teriakan yang memanggil namanya menggema di sepanjang lorong. Adel sontak menatap ke arah sumber suara. Zee datang dengan senyum berbunga-bunga.

"Anaya, apa yang kau lakukan di sini?" setelah sampai di depan Adel, Zee memeluk gadis itu tanpa beban. "Aku merindukanmu."

Adel menggerutu. Ia sontak menepis tangan Zee yang melingkari pinggangnya. "Enyahlah, sialan. Kita bertemu kemarin, tidak mungkin kau langsung merindukanku."

"Itu mungkin kalau orang itu adalah kau, Anaya." Zee tersenyum manis, membuat Adel memalingkan wajahnya agar tidak luluh dengan pesona cowok tampan.

Saat menoleh ke samping, Adel terkejut tak mendapati kehadiran Ramon lagi. Dalam batin, ia bertanya, apa dia sudah pergi?

"Apa yang kau lihat?" Zee mengikuti arah pandang Adel. "Oh? Apa kau mencari anak laki-laki berambut ungu?"

"Ah... Iya. Apa kau melihatnya?"

Wajah Zee berubah dingin. "Dia sudah pergi saat aku berlari ke arahmu."

Adel sedikit bingung dengan perubahan ekspresi Zee. Namun, gadis itu tetap mengangguk menanggapi ucapan Zee barusan. "Untunglah kalau begitu."

"Kenapa untung?"

"Huh?"

"Apa kau merasa untung karena bisa berduaan denganku?"

Adel tidak tahu apa yang salah dengan Zee. Mood laki-laki itu langsung berubah dalam sekejap. Wajah dingin itu berubah cerah seakan ada cahaya di sekelilingnya.

"Apa kau sedang menggodaku sekarang?" tanya Adel, sarkas.

"Aku tidak menggodamu. Sungguh."

"Tapi aku tidak percaya padamu, Zee."

"Masa kau tidak percaya pada laki-laki tampan sepertiku?!"

"Idih?!" Adel bergidik ngeri. Gadis itu berbalik, berjalan meninggalkan Zee. Meski Adel membenarkan ucapan Zee bahwa laki-laki itu memang tampan.

SISTEM : Antagonist Harem ( DROP ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang