14. Pembalasan Dendam Tuntas

2.5K 319 19
                                    

Matahari mulai muncul menyapa dunia. Sinarnya menyelinap malu-malu di celah gorden kamar Adel. Mata yang semula terpejam, perlahan terbuka. Adel menguap seraya meregangkan otot-otot yang terasa kaku.

"Selamat pagi, Putri." Peni Datang dengan seember air di tangannya, untuk dijadikan air cuci muka majikannya.

"Iya, pagi juga, Peni." Adel tersenyum lebar, membuat Peni ikut tersenyum. Entah mengapa wanita itu merasa Adel terlihat lebih bersemangat dari hari-hari sebelumnya.

"Anda ingin sarapan di meja makan atau di kamar?" tanya Peni.

"Apa ada orang di meja makan?"

"Tidak ada selain Tuan Muda Noah."

Ujung bibir Adel sontak tertarik lebar mendengar nama itu. "Baiklah, aku akan makan di meja makan!"

"Baik, Putri."

***

Noah selesai memakaikan pakaian formal di tubuhnya. Setelah meneliti dirinya di depan cermin, barulah laki-laki itu pergi menuju ruang makan.

Selama perjalanan, pikirannya terus hinggap bayang-bayang wajah Adel. Bagaimana ekspresi gadis itu yang menatapnya penuh dendam, dan menguarkan aura membunuh. Senyum tipis terbit di wajah Noah. "Dia benar-benar hilang ingatan."

Sesampainya di ruang makan, Noah disambut oleh beberapa pelayan di sana. Kepala koki dan para pelayan dengan sigap menghidangkan makanan di atas meja. Noah menatap makanan itu tanpa minat. Ia sama sekali tak memiliki selera makan karena kejadian kemarin. Bahkan kemarin malam, sangat susah hanya untuk memejamkan mata. Karena tidak tidur semalaman, terdapat lingkaran hitam di bawah matanya.

Noah memotong daging kecil-kecil dan menusuknya menggunakan garpu. Saat daging itu hendak masuk ke mulutnya, pintu ruang makan tiba-tiba terbuka, mengganggu aktivitas makannya.

"Siapa yang—Anaya?" Noah membulatkan bibirnya. Jarang sekali gadis itu makan di meja makan selain kumpul keluarga.

"Hai, Noah." Seakan tidak terjadi apa-apa, Adel tersenyum ramah. Bahkan di sekelilingnya terpancar sinar yang entah datang dari mana.

Noah terpaku. "Kau... Datang untuk makan?"

"Tentu saja." Adel mengambil tempat duduk di seberang Noah, berhadapan dengan laki-laki itu. Ia tersenyum penuh arti. "Kalau bukan makan, memangnya apalagi?"

Noah terdiam. Adel langsung saja melakukan aktivitas makannya. Suasana sekitar terasa canggung, para pelayan yang ada di sana menunduk ketakutan saat merasakan suasana sekeliling yang tegang. Suara dentingan sendok Adel seakan mendominasi ruangan.

Meski gadis itu sedang makan, tatapannya terus tertuju pada Noah. Noah mengalihkan wajahnya karena risih. Terlebih perutnya yang menolak makanan yang baru saja masuk. Aku... Ingin muntah.

{ Sistem : Sihir tekanan tingkat tinggi diaktifkan. }

Adel terus saja menatap papan hologram yang melayang di depannya. Sebenarnya gadis itu hanya fokus pada sistem, namun yang orang-orang lihat malah sebaliknya.

"Oh iya, Noah." Di sela mengunyah makanan di mulutnya, Adel tiba-tiba berbicara. "Apa kita dulu dekat?"

Deg.

"Apa maksudmu?" tanya Noah.

Adel mengedikkan bahunya. "Entahlah. Aku bermimpi bahwa kita sering berinteraksi. Aku tidak tahu apakah itu mimpi, atau ingatanku yang hilang perlahan kembali?"

Yang Adel katakan tidak bohong. Tiba-tiba saja ingatan Anaya asli muncul. Meski tidak semuanya, ingatan yang diperlihatkan Anaya kepada Adel pertama kali malah interaksinya dengan Noah.

SISTEM : Antagonist Harem ( DROP ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang