12. Bukan Kakak Kandung

2.5K 312 6
                                    

Hari berganti. Bulan bertukar tugas dengan matahari. Langit yang gelap mulai terang saat matahari menembakkan sinarnya ke seluruh penjuru dunia. Kicauan burung menghiasi pagi Adel yang saat ini duduk di perpustakaan mansion Duke Yvaine.

Gadis itu sesekali membolak-balikan lembaran kertas. Dahinya mengernyit. "Ini bahasa apa, sih?"

"Itu bahasa kerajaan negeri seberang."

"ANJING!" Adel terlonjak kaget. Ia mengelus dada karena kaget. Gadis itu membalikkan badan, dan mendapati Noah yang memperlihatkan senyum tipisnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Dari melihat tampangnya saja, Adel sudah kesal setengah mati.

"Ini perpustakaan bukan hanya kau yang boleh masuk." Noah mengedikkan bahunya acuh. Mengambil tempat duduk di samping Adel.

Melihat itu, sontak Adel bergeser untuk menciptakan jarak dengan setan satu itu.

"... Kau enggan berdekatan denganku?" Noah menatap datar Adel.

"Iya."

Adel memilih berdiri, membereskan buku-buku yang sudah dibacanya. Tiba-tiba pergerakannya terhenti saat sebuah tangan menghalangi buku yang hendak ia ambil.

Adel melirik kesal sang pelaku. "Singkirkan tangan—"

"Kenapa kau menghindariku?" Noah menatap dalam netra merah lawan bicaranya.

"Karena aku membencimu."

"Kenapa kau membenciku?"

Adel berdecak kesal. "Kau bertanya? Tanyakan saja pada dirimu!"

Adel menyentak kasar tangan Noah, mengambil buku itu dan meletakkannya kembali ke rak buku. Noah diam menyaksikan, bahkan sampai punggung gadis itu menghilang dari pandangannya.

Adel berjalan melewati lorong. Ia bosan setengah mati. Tidak ada ponsel yang mampu mengobati kebosanannya di dunia ini. Terlebih, ia belum diperbolehkan masuk akademi karena harus menunggu tiga bulan untuk pendaftaran. Menyebalkan.

Wajah Adel berseri ketika sebuah ide muncul di benaknya. "Ah! Aku harus ke kamar Duchess."

Adel berlari kecil menuju kamar Duchess. Saat meraih gagang pintu, pintu itu ternyata tidak dikunci. Senyum miring tercipta di wajah gadis itu.

Dengan langkah pelan, Adel memasuki kamar Duchess. Kamar yang bersih meski sudah bertahun-tahun tidak dihuni. Mungkin, para pelayan rajin berkunjung untuk membersihkan kamar ini.

Adel menggerutu saat mengingat perkataan Noam yang waktu itu melarangnya masuk. "Pelayan saja boleh masuk, masa aku tidak."

Setelah menutup pintu dan menguncinya dari dalam, Adel mulai menjelajah kamar itu untuk kedua kalinya. Benar, Adel pernah mengunjungi kamar ini sebelumnya. Hanya memastikan apa ada barang peninggalan Duchess yang bisa ia gunakan. Dan Adel malah menemukan kertas yang berisi kesehatan Duchess sebelum hamil dan setelah melahirkan.

Langkah Adel terhenti di depan nakas yang ada di samping tempat tidur. Adel tidak tahu kenapa nalurinya menyuruhnya untuk membuka laci nakas tersebut. Laci itu terkunci membuat Adel berdecak.

"Sial, di mana kuncinya?" Daripada menyia-nyiakan waktu hanya untuk mencari kunci di kamar yang luas ini, Adel mengambil jepit rambut berbahan besi di rambutnya.

"Terbuka!" Adel berteriak senang tatkala laci itu berhasil terbuka.

Tangan Adel bergerak mengambil kertas yang ada di dalam sana. Terbukti ada tiga kertas. Adel membacanya dengan seksama. Sesaat, mata gadis itu melebar sempurna.

"Ini mah, Jackpot!" Adel segera mengunci laci nakas. Sebelum keberadaannya diketahui, Adel segera pergi dengan membawa tiga kertas tadi.

Saat pintu tertutup, Adel terlonjak kaget melihat kehadiran Noah yang bersandar pada dinding seraya menatapnya tajam.

SISTEM : Antagonist Harem ( DROP ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang