Part 37 - Dear Cooky

181 16 0
                                    

Tak terasa tiga bulan sudah Taehyung menjalani kehidupannya tanpa Jungkook, semuanya terasa berbeda. Taehyung tetap menjalani rutinitasnya mengunjungi kelas Jungkook namun dengan tujuan yang berbeda. Biasanya Taehyung akan memberikan makanan atau sekedar mengingatkan Jungkook untuk minum obat dan vitaminnya, kini Taehyung hanya duduk diam di kursi Jungkook selama jam istirahat berlangsung. Entah, apa yang ia lakukan. Biasanya namja itu hanya memandangi jendela, atau bahkan ia menyantap makan siangnya di meja tunangannya itu. Bagi Taehyung, hanya duduk di kursi mendiang Jungkook ia merasakan damai dan ketenangan di hatinya. Sudah jarang sekali namja itu ke kantin, ia memilih membawa sandwich sederhana dan menyantapnya sendirian di meja Jungkook.

Para namja dan yeoja yang melihat Taehyung seperti itu sebenarnya merasa kasihan namun mereka mengerti keadaan Taehyung yang masih berduka atas kepergian Jungkook. Namun, secara perlahan Taehyung mulai dapat mengikhlaskan tunangannya itu.

Sepulang sekolah, Taehyung tidak pernah absen untuk mengunjungi makam Jungkook. Setiap hari ia selalu membawa setangkai bunga mawar putih favorit Jungkook

"Annyeong kookie, aku datang lagi membawa bunga favoritmu." monolog Taehyung sambil meletakkan bunga itu diatas pusara sang tunangan. Entah sudah berapa mawar putih yang ia berikan sehingga pusara itu terlihat penuh dengan bunga, sangat indah dan wangi.

"Bagaimana kabarmu disana, Kookie? Tak terasa sudah tiga bulan kamu meninggalkanku sendirian disini. Apakah surga seindah itu?"

"Dari dalam hatiku, aku sudah mengikhlaskanmu. Tapi hatiku tidak bisa berbohong," air mata mulai menetes lagi dan lagi di pipi Taehyung.

"..aku masih sangat merindukanmu."

Taehyung memegang kalung setengah hati yang ia kenakan pada nisan Jungkook pada hari pemakaman.

"Kau tahu?"

"..aku sangat bersyukur pada Tuhan karena sudah memberikan kesempatan untukku menjagamu di sisa hidupmu. Tuhan bahkan mengizinkan kita bertunangan walaupun hanya semalam."

"..aku mencintaimu, namun Tuhan lebih cinta padamu. Ibarat taman bunga, kamu adalah bunga tercantik di antara bunga lainnya. Sehingga Tuhan mengambilmu di antara sekian banyak bunga untuk ditempatkan di tempat yang lebih baik."

Taehyung mengusap air matanya dan masih menyunggingkan senyuman.

"Sekarang, kamu sudah tidak merasakan sakit lagi. Aku percaya, kamu sudah bahagia di sana. aku juga percaya kamu sekarang sedang tersenyum, bahkan tertawa bahagia di sana. Semua sesuai dengan apa yang kau mau, Kookie. Tuhan sudah mengabulkannya untukmu, bahkan Ia membuat semuanya menjadi lebih indah."

"Akhir-akhir ini, aku sering sekali duduk di bangkumu. Aroma wangi selalu tercium di sekitar bangkumu. Apakah itu kamu, sayang? Apakah selama ini kamu selalu menghampiriku?"

Taehyung menutup matanya dan menghirup aroma semerbak wangi yang kuat tercium di sekitar pusara tunangannya, air mata semakin deras membanjiri pipi namja tampan itu seiring rasa lega dan bahagia menyeruak di dalam hatinya.

"Bahkan sekarang, aku mencium aroma wangi itu lagi. Kali ini sangat kuat,"

Taehyung membuka matanya dan tersenyum.

"..apakah kau di sini, Kookie?"

Senyuman boxy tersungging di bibir Taehyung seiring rasa bahagia yang semakin membuncah di hatinya, ia percaya kekasihnya itu tidak akan meninggalkannya dan akan selalu bersama dengannya. Di manapun Taehyung berada, ia akan selalu merasa Jungkook bersama dengannya. Hal itulah yang membuat rasa bahagia dan lega memenuhi hati Taehyung dengan harapan manis di dalamnya, bahwa suatu saat mereka akan bertemu kembali.

S U R V I V O RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang