24. Pantai

1.6K 134 18
                                    

Kalau kalian tanya reaksi Clara gimana? Oh, sudah jelas dirinya salah tingkah. Sekarang saja Clara sedang rebahan di kasur, ia berusaha menutupi wajahnya yang merah padam dengan tengkurap.

Kinar pun sudah lelah membujuk Clara untuk melihat ke arahnya, namun hasil Kinar membujuk Clara tak mempan-mempan. Kinar jadi ikutan rebahan di samping Clara, ia sudah tak ada tenaga lagi.

"Kak Kinaaarrr!" Rengek Clara, ia merubah posisinya jadi telentang, "Kamu mah kata-katanya manis mulu!"

Kinar yang mendengar itu hanya terkekeh pelan, matanya menatap ke arah langit kamar.

"Bukan manis, Ra. Tapi dari hati, aku ngucapinnya dari hati, secara tulus buat kamu."

Seraya Clara mencoba bangun dari tidurnya, tangannya menutup wajah, ia malu dengan kata-kata yang selalu Kinar keluarkan.

"Kamu ada bilang kan? Kalonya kamu gak mau jatuh cinta lagi gara-gara si Angel-Angel itu?" Tanya Clara.

Kini ia tak lagi menutup wajahnya, melainkan ia menatap Kinar serius, ada perasaan mengganjal di isi hatinya yang belum tersampaikan.

"Hm, iya. Kenapa?"

"Apa coba, alasan yang bikin kamu gak mau jatuh cinta lagi?"

"Karena... Aku gak mau patah hati yang kedua kalinya."

Clara mengangguk kecil, tubuhnya mengarah lebih dekat ke arah Kinar, jarak mereka hanya terpautkan 5 cm.

"Kalo semisalnya kamu yang nyakitin aku gimana?"

"Maksudnya, Ra?"

"Kamu yang nyakitin aku, alias kamu yang bikin aku patah hati."

***

Clocks - Coldplay

Lagu yang sedang mengalun di ponsel Kinar. Hari ini, pukul 4 subuh, Kinar terdiam di balik pintu belakang rumahnya. Kakinya melangkah keluar, sekedar mencari angin subuh, sedang langit masih terlihat gelap.

Setelah kejadian Clara mengucap kata-kata itu, ia tak bisa tidur, bahkan sampai sekarang. Padahal besok dirinya ada kegiatan Pramuka.

Ucapan Clara masih terbayang di otak Kinar. Tak bisa membayangkan jika dirinya menyakiti Clara. Apa yang akan di katakan teman-temannya nanti jika berani menyakiti Clara? Kepikiran untuk mengkhianati Clara pun ia tak ada.

Sungguh. Itu karena Kinar duluan memulai jatuh cinta ke Clara. Ia harus bertanggungjawab, terutama clara yang sudah menaruh rasa ke dirinya, tak mungkin Kinar se-brengsek itu. Ia takkan menyakiti Clara.

Helaan napas keluar dari mulut Kinar, ia sudah cukup lelah dengan kantuknya yang tertahan. Ia tak bisa tidur lantaran memikirkan Clara.

"Kamu yang nyakitin aku, alias kamu yang bikin aku patah hati."

Lagi. Masih terbayang suara Clara di benaknya. Padahal mereka belum memulai hubungan loh, tapi kepala Kinar sudah berisik memikirkan masalah ini.

"Nggak. Gue gak mungkin kalo sampe nyakitin Clara." Monolog Kinar.

Kinar memilih masuk ke dalam rumah, tak lupa mengunci kembali pintu belakang rumahnya. Berjalan tenang ke arah kamar. Di bukanya secara perlahan pintu kamar, agar tak menimbulkan suara yang berlebihan, ia hanya takut Clara terganggu dari tidurnya.

Kinar tak sempat menghidupi lampu kamarnya, sekarang hanya ada kegelapan, pintu kamar pun sudah ia tutup kembali. Perlahan kakinya mengarah ke kasur, tangannya meraba wajah Clara, hingga berhenti ke pipi Clara.

Cup!

Sebuah kecupan bibir mendarat di dahi Clara. Lembab nya bibir Kinar menyatu dengan dinginnya kulit Clara. Ia sengaja memakan waktu yang lama untuk kecupan ini, agar dirinya bisa menyakinkan Clara.

Kakak Pramuka Cantik!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang