Terhitung sebanyak dua kali selama 22 tahun Taehyung hidup dia merasa benar-benar marah. Yang pertama di hari itu, dan yang kedua di hari ini.
Tangannya terkepal kuat, sedikit menyesal karena belum memotong kuku—karena kukunya yang agak panjang cukup menyakiti telapak tangannya sekarang. Tapi karena amarah sedang memuncak, rasa perih di telapak tangannya dia abaikan.
Mata memicing tajam, dengan gurat-gurat merah di kornea; efek menahan sesak di dada yang ingin bermanifestasi menjadi tangis. Menatap lurus pada satu-satunya laki-laki dewasa yang tengah dipeluki sang ibu dan ayah. Ketiganya saling rangkul, bahkan di hadapan pintu rumah yang belum sempat ditutup. Ibunya menangis haru. Menangkup wajah si laki-laki dan menatapnya seperti tak percaya, terlalu bahagia. Sedangkan sang ayah, tak henti-henti mengelusi punggung laki-laki tersebut yang merupakan jagoan pertama miliknya.
Suasana haru di antara ketiganya tampak tak mampu menyentuh hati Taehyung, walaupun ada mungkin hanya sedikit, jika bisa ditimbang massanya mungkin hanya sekitar 0,0001 gram. Tapi Taehyung jamin itu tidak mengurangi rasa benci Taehyung pada sang kakak walau hanya sedikit.
“Masih ingat alamat rumah, Hyung?”
Satu pertanyaan sarkas yang terlempar dari bibir Taehyung sontak menarik atensi ketiganya. Sang ibu tersenyum lebar dengan pipi yang masih begitu basah oleh air mata.
“Taetae, kemari, Nak. Kakakmu pulang,” ucap sang ibu dengan tangan yang dilambaikan sebagai kode agar Taehyung bergabung dengan ketiganya.
“Hei, Adik Kecil. Sudah lama tak berjumpa, ya. Bagaimana kabarmu?” susul sang kakak dengan satu senyum yang sungguh memuakkan bagi Taehyung.
Mendengus dan berkacak pinggang dilakukan sebagai respons, Taehyung seperti kesulitan untuk memilih umpatan apa yang paling cocok dia lontarkan untuk sang kakak, Kim Jaehwan.
“Kau menanyakan kabarku setelah semua yang kau perbuat padaku, Hyung?” tanyanya dengan penekanan di akhir kalimat.
“Kau masih marah pada Hyung, Tae?”
Jika ada penghargaan untuk kategori pertanyaan paling bodoh atau manusia paling tolol, Taehyung yakin Jaehwan pasti akan pulang dengan membawa banyak penghargaan. Pikir Taehyung, manusia yang lahir lima tahun lebih dulu dari dia ini merupakan manusia dengan predikat paling tolol sedunia.
“Sekarang kau menanyakan aku masih marah atau tidak? Di mana isi kepalamu, Hyung?!” Taehyung akhirnya tidak mampu mengendalikan nada bicaranya yang mulai meninggi.
“Uhm— maaf?”
Dan kini di mata Taehyung, Jaehwan tampak berkali-kali lipat terlihat semakin tolol ketika memasang tampang innocent dengan satu tangan yang mengusap tengkuk begitu canggung.
“Maaf? Hyung kau ini tolol atau kelewat bodoh?! Kau sadar tidak dengan apa yang sudah kau lakukan?! Kaupikir—”
“Kim Taehyung!”
Mengalihkan pandangan menuju sang ayah, Taehyung harus rela ocehannya terinterupsi oleh pria yang paling tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Substitute Groom
Romance•KOOKV• "Aku bersumpah, Hyung. Aku akan menikahi seseorang yang kucintai. Aku tidak akan berakhir menyedihkan seperti Jaehwan-hyung." "Kalau begitu kudoakan."