Episode 8 [Extra bonus]

171 23 3
                                    




Sebisa mungkin, Taehyung mencoba untuk tetap tenang. Tetap bernapas serileks mungkin walau sebenarnya ingin berteriak sekencang tenaga. Merapatkan diri pada selimut tebal yang membungkusnya, Taehyung mencoba meredam segala emosi yang membuat wajahnya sempurna merah.

Beberapa saat yang lalu, dia terbangun. Dihadapkan pada tubuh bagian atas Jeon Jeongguk yang tidak dilapisi sehelai benang pun. Taehyung ingat, sebelum mereka tidur suaminya tersebut mengatakan jika dia memiliki kebiasaan tidur tanpa menggunakan atasan. Taehyung yang semalam sudah terlalu lelah, tidak menanggapi. Karena bahkan dia pun tidak sempat menggunakan piyama. Hanya menggunakan brief boxer-nya saja, untuk kaos Jeongguk yang memakaikan. Itu pun dipakaikan ketika Taehyung sudah sangat mengantuk. Jeongguk tidak ingin Taehyung berakhir masuk angin saat bangun di pagi hari nanti.

Sedangkan yang membuat Taehyung pagi-pagi sudah membakar wajahnya sendiri adalah karena tidak menduga jika Jeongguk yang tidur tidak menggunakan atasan masih bisa menyerang dia sehebat ini. Well , padahal semalam dia sudah melihat yang lebih superior dari ini. Bahkan semalam dia cukup kenyang untuk menyentuh-nyentuh tubuh bagian atas Jeongguk.

Semakin mengubur tubuhnya ke dalam selimut, wajah Taehyung semakin merah ketika mengingat apa yang sudah mereka lakukan beberapa jam yang lalu. Mereka, benar-benar melakukannya . Sesuatu yang menjadi segala pengalaman pertama mereka.

Jeongguk melakukannya kelewat halus dan begitu santun. Bahkan saat dia menanggalkan helai demi helai pakaian yang digunakan Taehyung, terasa sangat sopan baginya. Jeongguk tidak tergesa, walau Taehyung tahu pasti Jeongguk tengah terbakar gairah; karena dia pun merasakan hal yang sama. Tapi Jeongguk benar-benar bersabar. Dengan lembut melakukan tahap demi tahap serangkaian sentuhan yang justru membuat Taehyung semakin hilang kewarasan.

Percobaan pertama mereka berlangsung tidak begitu baik. Taehyung yang merasa kesakitan di bawah sana tak henti-henti menangis, merintih, bahkan berteriak. Akibatnya, Jeongguk menjadi panik. Jeongguk sangat tegang— dalam artian benar-benar tegang. Melihat Taehyung yang ada di bawahnya menangis membuat gairah Jeongguk sejenak hilang sesaat.

Taehyung mengadu akan rasa sakit yang menyerangnya. Berkali-kali merapal kata sakit secara berulang. Dia tahu tentang ini, karena katanya yang pertama memang sesakit itu. Tapi dia tak bisa menduga jika ternyata memang sesakit ini. Jeongguk menjadi tak tega melihat Taehyung yang menangis. Yang Jeongguk tahu, Taehyung menangis karena kesakitan. Memang, benar. Tapi yang tidak Jeongguk ketahui, suaminya menangis karena terlalu bahagia juga. Karena merasa sudah memberikan pertamanya dengan orang yang tepat.

“Taehyung, lanjutkan jangan?” tanya Jeongguk khawatir. Satu tangannya mengelus dahi Taehyung yang dibasahi keringat.

Yang ditanya masih menangis sesegukan. Kedua telapak tangannya dia gunakan untuk menutup wajah. Oh damn , saat Jeongguk berhasil memasukan semuanya Taehyung tadi berteriak dengan keras. Bahkan refleks hingga memukul bisep Jeongguk.

Jeongguk masih dengan sabar menunggu Taehyung menjawab. Tangannya masih setia mengelusi dahi Taehyung walau dirinya pun berkali-kali mengernyit. Di sini yang merasa sakit bukan hanya Taehyung, sesungguhnya. Jeongguk merasakan hal yang sama. Di bawah sana dia kesakitan juga merasa sangat linu.

“Lanjutkan saja, Hyung . Tapi pelan-pelan,” cicit Taehyung, masih terisak.

Substitute Groom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang