Chapter 2

86 5 0
                                    


Pasang mata yang sendari tertutup rapat, kini terbuka perlahan karena gangguan dari cahaya matahari masuk kedalam kamar bernuansa putih dan hitam tersebut. Kim Hanna, terlebih dahulu  mengamati langit langit kamar. Ketika menyadari bahwa dirinya berada diruangan asing. Dengan tergesa-gesa ia bangun duduk kembali melihat sekitar. Kenapa dia bisa disana? Seingat Hanna, semalam dia memesan sebotol vodka di Club lalu ada seorang pria teman sekolahnya mengajaknya cerita. Setelah itu-- Astaga! Tidak, tidak mungkin, pikiran wanita itu menjadi memburuk, dia tengah berpikir yang tidak tidak sekarang.

Ketakutan, panik tercampur pada dirinya. Kaki jenjangnya mencoba turun dari ranjang, namun saat itu kepalanya terasa sangat sakit dan berat. Tidak mungkin Hanna kembali bersantai dikamar. Ia perlu membutuhkan jawaban atas semuanya'kan? Walauapun langkahnya tidak seimbang, Hanna tetap berusaha mendekati pintu. Hingga akhirnya berhasil keluar dari ruangan tersebut, masih dengan sempoyongan. Maniknya melirik kanan kiri, terlihat kabur sebetulnya, namun Hanna harus melakukan ini agar bisa mendapat jawaban apa yang terjadi pada dirinya.

Akhirnya, Hanna memutuskan menuruni anak tangga. Jantungnya seketika langsung berdetak kencang, perasaannya tidak enak. Wanita itu mendapatkan seorang wanita paruh baya tengah menatapnya dengan senyuman, justru membuat Hanna semakin kebingungan. Ia lantas berjalan mendekati wanita yang sepertinya pelayan dirumah itu. Jujur, rumah ini sangat mewah dan begitu luas.

"Maaf, a-anda siapa?" Hanna memastikan terlebih dahulu jika itu adalah pekerja disana.

"Saya Moon Gyuhee, pekerja disini. Panggil saja ahjumma" ucapnya penuh senyuman lebar. Hanna mengangguk hanya sekali, kepalanya masih sangat berat untuk digerakkan.

"Siapa pemilik rumah ini? Aku ingin bertemu--"
Hanna terhenti ketika suara deheman pria menyapu telinganya. Ia pun membalikkan badannya, yang pertama kali Hanna lihat adalah pria tinggi bersetelan jas dengan kedua tangan dimasukkan disaku celananya.

"Kau mencariku, Hanna?"

"Kenapa bisa kau tahu namaku? Ah-- tidak sekarang, yang lebih penting siapa kau dan kenapa bisa aku disini?" Hanna meremas ujung gaunnya manakala pria tersebut menunduk mendekati wajahnya. Padahal dia tidak terlalu pendek hanya saja karena pria itu jauh lebih tinggi darinya alhasil Hanna menjadi mungil.

"Jeon Jungkook, aku yang sudah menolongmu. Tidak mau berterima kasih? Dan minta maaflah, kau sudah berani menggodaku semalam."

Hanna terkejut bukan main, ada dua pernyataan yang diucapkan pria itu. Buruk serta baik. Ditolong? Sebenarnya Hanna tidak mengerti, jika memang dirinya ditolong. Bukankah itu kabar baik karena telah ditolong? Walaupun tidak tahu dalam hal apa. Kemudian, menggoda? Tunggu? Maksudnya, Hanna telah menggoda Jungkook? Dia bahkan tidak mengingat bahwa kejadian itu terjadi dihidupnya. Masih banyak pertanyaan yang ingin Hanna lontarkan pada Jungkook agar semakin jelas.

Pelayan pelayan disana menyaksikan ucapan sang atasan, tentunya ikut terkejut mendengar seorang wanita menggoda tuannya. Apalagi sebelumnya mereka tidak pernah melihat Jungkook membawa Hanna kerumah, serta menggendong sampai kekamar! Tidak-tidak. Tidak pernah! Ini adalah yang pertama kalinya.

"Ikuti aku, jika ingin kupulangkan." Hanna mengaruk tekuknya untuk sekedar menghilangkan rasa canggung. Kakinya mengikuti Jungkook, padahal hatinya sedang tidak karuan. Sebab membutuhkan penjelasan lebih tentang dirinya semalam disebuah Club.

Hanna benar benar menurut. Kini ia duduk didalam mobil Bugatti La Voiture Noire, disamping kursi pengemudi. Dia tergesa gesa ingin mengetahui semuanya. Tidak peduli lainnya, sakit pada kepalanya pun seolah-olah langsung menghilang entah kemana. Walaupun sedikit malu karena katanya dia menggoda Jungkook? Oh Tuhan, tetapi belum mengetahui dalam hal apa ia menggoda? Hanna tahu jika dirinya pasti mabuk semalam. Namun, selama ini tidak sampai menggoda pria? Ck! Sial sekali.

The Last OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang