Chapter 11

42 4 1
                                    

Jeon Jungkook

Aku memakai kaos abu abu pada tubuhku yang cukup basah karena tetasan air terus mengalir perlahan dari rambutku. Ini waktuku untuk bersarapan, sendari tadi cahaya matahari telah membangunkanku. Aku keluar dari walk in closet, berjalan keluar kamar dan melewati beberapa ruangan. Hingga aku baru tersadar pada salah satu pintu yang tertutup rapat, aku tersenyum lebar saat baru menyadari ada seseorang didalam kamar khusus tamu tersebut.

Aku pun membuka pintu tanpa mengetuknya, terlihat ada seorang wanita yakni sekertarisku yang masih terlelap diranjang dengan bibir sedikit dimajukan. Aku terkekeh kecil, wajahnya begitu menggemaskan bagiku. Kulitnya putih bersih serta bibir berwarna merah muda alami, aku berdehem keras sebanyak dua kali membuatnya bergerak namun enggan membuka kedua mata.

"Ehm.. Mau tidur, jangan ganggu" Aku yang mendengar renggekkan kecilnya lantas berdesis, itu sangat bahaya.

"Bangun, ini sudah jam sepuluh. Kau harus berangkat kerja, sekertaris Kim"

Seketika Hanna bangun duduk secara tiba tiba walaupun matanya masih sulit dibuka, ia turun dari ranjang seperti tak peduli apapun disekitarnya. Aku tertabrak oleh tubuh mungilnya, tanganku meraih perut ratanya dan mendorongnya kebelakang sampai Hanna terduduk kembali diujung ranjang.

"Hey! Kenapa kau menghalangiku. Aku sudah terlambat, astaga! Jungkook akan marah!" Hanna seperti belum sepenuhnya sadar sebab dirinya mendadak bangun dan tidak membuka matanya lebar dari awal.

"Buka matamu,"

Aku melihat kedua manik cantiknya terbuka bersamaan, ia mengedip berkali kali untuk menyesuaikan cahaya cahaya terang setelah beberapa jam selalu tertutup rapat. Aku memiringkan wajahku kekanan ketika Hanna menatapku dengan intens, ia menggerakkan matanya mengamati penampilanku.

"Jungkook? Kau disini ternyata. T-tapi mengapa kau tidak menggunakan setelan jas? Kau terlambat juga ya? Katanya sudah jam sepul— Eoh, jam tujuh? Tunggu, hari ini kan hari libur!"

Aku tertawa lebar mendengar itu seraya menggeleng, Hanna melirikku terheran heran. Aku memilih untuk berjalan menuju keluar, namun suara langkah kaki mengejarku hingga didepan pintu. Aku membalikkan tubuhku padanya dan menahan senyumanku agar tak terlihat olehnya.

"Kau membohongiku ya? Ck, menyebalkan sekali." tangan lentiknya memukul mukul dadaku berkali kali, dia menatapku sinis kemudian hendak memasuki kamar untuk kembali tidur, tetapi aku mengikutinya dari belakang. Manakala mendekati pintu kamar mandi, aku menariknya masuk kedalam.

"Ya!! Apa yang kau lakukan, jangan macam macam Jungkook! Aku laporkan kau pada ibumu!"

"Kau pikir aku mau berbuat sesuatu denganmu disini, hm? Hanna, Hanna. Jauh sekali pikiranmu— aku menyuruhmu mandi, sudah waktunya sarapan"

Hanna membelakkan matanya, ia juga menunduk dan menggaruk belakang lehernya. Aku tahu itu tanda bahwa dia tengah malu dengan kesalahpahamannya sendiri. Aku menutup pintu meninggalkannya disana, senyumanku tak henti henti melihat tingkah sekertarisku tersebut. Entah kenapa aku merasa senang atas kehadirannya dirumahku. Kemarin malam, sesudah ibu ayah pulang aku mengatakan bahwasanya dia harus tinggal bersamaku dalam beberapa hari kedepannya serta harus menuruti apapun kemauanku. Itu adalah sebuah hukuman kecil untuknya karena telah banyak melakukan masalah yang cukup merugikankanku.

"Selamat pagi, Tuan. Saya membuatkan anda sandwich telur dan jus jeruk— silahkan dicoba." ucap Yoona manakala aku duduk dikursi makan.

Aku menyerit bingung melihatnya sebab tugas utama Yoona bukanlah urusan dapur melainkan Moon Gyuhee dan Im Sungji. Lalu piring dan gelas yang disediakan dimeja hanya satu. Jika untuk pekerja aku perintahkan makan kapanpun, tidak memberikan mereka batasan tentang makanan. Jadi pekerja dirumahku akan makan sebelum ataupun sesudah aku makan. Tetapi, seharusnya yang disediakan pagi ini untuk dua orang.

The Last OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang