Chapter 8

42 4 1
                                    

Didalam kamar hotel, Jungkook menatap wanita yang tengah menunduk sembari memainkan jemarinya. Sendari tadi dia enggan melirik sedikitpun pada pria tersebut. Jungkook meraih dagunya lalu menggerakkan dengan pelan keatas, mata cantiknya nampak seperti menunjukkan penyesalan. Tidak lama, karena setelahnya ia menurunkan kembali wajahnya hingga membuat Jungkook hanya bisa melihat rambut yang dihiasi pakai pita hitam itu.

"Aku tidak menyuruhmu menunduk, Hanna." akhirnya, Hanna mendongak menatap sang atasan. Jungkook memiringkan wajahnya dengan alis yang sedikit naik keatas.

"Maaf karena aku mabuk lagi dan membuatmu serta yang lain kesusahan menghadapiku. Aku tidak berpikir bahwa akan memberikan dampak buruk, ah-- sekertaris seperti apa aku ini! Tuan Jeon Jungkook yang terhormat tolong maafkan aku! Aku mulai nyaman dengan pekerjaanku saat ini, jujur aku tidak berbohong. Aku janji benar benar akan menjadi sekertaris yang baik dan selalu menuruti perintah apapun."

"Oh! Menurut dalam hal apapun itu?" Hanna terdiam sejenak lalu mengangguk ragu.

"Good girl," gumam Jungkook dengan suara kecil sebelum melangkah keluar, namun bisa didengar oleh Hanna membuat wanita itu berkedip berkali kali.

••••

Seoul, South Korea

Kim Hanna

Rasanya lelah sekali setelah tiga hari berada di Los Angeles. Aku langsung menidurkan tubuhku pada sofa saat memasuki apartment tanpa mempedulikan koper yang masih berdiri didekat pintu. Cukup menyenangkan juga ternyata menjadi sekertaris hanya saja Tuannya terlalu menyeramkan. Entahlah, tidak penting. Aku memejamkan mataku sekedar beristirahat sejenak, belum berniat tidur karena harus tetap bersih bersih.

Tetapi nyatanya, beberapa jam kemudian aku terganggu dengan cahaya matahari yang menembus jendela apartmentku. Aku menggeliat lalu mulai membuka mata perlahan, betapa terkejutnya aku menyadari suasana pagi itu, dengan cepat menoleh kearah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sepuluh. Tanpa pikir panjang, aku berlari kedalam kamar mandi untuk bergegas berangkat kerja dengan kepanikan.

Aku bersiap pun masih terburu buru, sehingga penampilanku sedikit berantakan tidak serapih hari sebelumnya. Aku meraih ponsel dan berlari keluar apartment sekuat mungkin walaupun memakai heels yang membuatku cukup kesulitan. Aku mengendarai mobilku menuju kantor dengan kecepatan tinggi. Astaga, aku tidak bisa pikirkan saat datang kekantor pasti pekerja lain akan menceritakanku, apalagi semua dari mereka telah mengetahui statusku di perusahaan tersebut.

Dalam lima belas menit, aku memasuki lobby gedung itu, berusaha tersenyum manis menyapa para karyawan yang tengah bekerja, beberapa dari mereka menunjukkan wajah tidak suka. Tepat didepan pintu itu, aku merapihkan penampilanku serta tidak lupa mengatur napas sebelum menemui pria Jeon yang kemungkinan besar akan marah.

"Oh, selamat pagi? Ah tidak, ini sudah hampir memasuki siang." benar saja, Jungkook berkata seperti menyindir aku yang datang sangat terlambat. Aku hanya terdiam karena memang ini adalah salahku.

"Kim Hanna, kau terlalu banyak membuat masalah, hm? Sebelumnya jika ada yang sepertimu sudah ku pecat. Ck, aku mengirimkan bayaranmu semalam dan kau membalasnya dengan terlambat?" ucap Jungkook, aku yang menunduk lantas mendongak.

"Bayaran?" tanyaku penuh kebingungan.

"Apa kau langsung tidur semalam? Aku mengirimkanmu bayaran seperti yang kau mau, perminggu'kan?"

Aku terdiam tak mengerti karena sejujurnya aku memang langsung tidur sesampainya diapartment dan bangun juga terburu buru tidak punya waktu untuk membuka ponsel. Aku mulai membuka layar benda canggih itu penasaran, Jungkook hanya menungguku dengan pulpen yang diputar putar jari panjangnya. Dan ternyata, benar. Bahkan aku terkejut manakala membaca berapa nilai uang dari kiriman Jungkook.

The Last OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang