Chapter 14

42 1 0
                                    

Kim Hanna

Aku mengendari mobil dengan bibir yang terus terus tersenyum tak henti, aku bahagia sekali setelah mendapatkan kabar jika kedua orang tuaku akan pulang hari ini sejak dua bulan berada di Amerika karena pekerjaan ayahku. Aku tak lagi tinggal dirumah Jungkook dari beberapa hari lalu, aku bahkan sudah bekerja sebagai sekertaris selama satu bulan lebih. Uangku juga aman terkendali, sebab Jungkook membayarku satu minggu sekali serta kedua orang tuaku selalu mengirimkan uang tanpa diminta. Aku cukup lumayan beradaptasi dikantor Jeon Company, dan merasa tidak ada keterpaksaan bekerja disana.

Mengenai Jungkook, aku jarang berinteraksi dengannya akhir akhir ini. Hanya bertemu dikantor dan cuman membahas pekerjaan lalu selesai. Aku memberhentikan mobil keparkiran gedung perusahaan tempatku bekerja, seperti biasa sebelum bertemu dengan pekerja lain aku mencek penampilanku lebih dulu karena harus selalu tampil rapih dan bersih.

Aku mendahului masuk kedalam ruangan presdir Jeon, mengingat ada jadwal meeting pagi ini. Setelah pintu ruangan yang ku tuju terbuka, aku tidak melihat siapa pun didalam, lantas mataku berkeliling mencari kehadiran seseorang tapi nihil. Aku menutup pintu dan berjalan mendekati meja pria tersebut, ada ponsel dan kacamata diatas meja tak lupa jas yang tersimpan dikepala kursi, itu menandakan Jungkook sudah datang namun entah dimana.

Namun saat aku berbalik memutuskan untuk menunggu disofa, ponsel yang pastinya milik Jungkook pun berdering membuatku refleks menoleh dan melirik kearah layar, tertera nama seseorang yang entah siapa. Aku gelisah tidak tahu harus mengambil alih atau dibiarkan hingga sang pemilik ponsel datang, aku bimbang.

"Angkat saja." suara bariton menyapu telingaku, sontak aku berbalik dan melihat sosok pria tampan yang sedang sibuk menggulung kemeja putihnya, pastinya dia muncul dari private room kemungkinan dia habis mengganti kemejanya. Aku menelan salivaku susah payah karena tubuh kekarnya benar benar tercetak, apalagi bagian dada serta bahu paling menonjol jelas.

"Hanna?" panggil Jungkook yang membuatku sadar. Aku pun meraih ponsel milik pria itu perlahan, kembali melirik Jungkook memastikan ia benar dalam mengatakan perintah untukku. Setelah dia mengangguk, aku menekan tombol berwarna hijau lalu menempelkan benda pipih tersebut pada daun telingaku.

"Y-ya ada apa?"

"Kau siapa? Aku mencari Jungkook, dimana dia?"

Lantas aku menoleh pada pria yang disebut oleh wanita tersebut, seakan akan minta bantuan. Karena tidak tahu mau menjawab apa, aku memilih untuk mengulurkan ponsel itu pada sang pemilik. Jungkook hanya menghela napas lalu membaca malas nama yang menghubunginya, kemudian ia memberi sebuah dasi hitam padaku. Walaupun tidak mengerti, aku tetap meraih pemberiannya.

Aku mengedipkan mataku berkali kali manakala ia menujuk dasi digenggamanku lalu beralih menunjuk bagian kerah kemejanya. Entah mungkin ia geram karena aku masih berdiam, tangan yang kosong menarik pelan pergelangan tanganku sehingga aku berdiri tepat dihadapannya. Aku cukup memahami apa kemauannya, aku memberanikan diri memulai memakaikannya dasi.

"Berhenti menghubungiku lagi, Chaewon." ucap Jungkook yang berbicara pada lawan telponnya, ia menjauhkan benda canggih tersebut dari telinganya dan memutuskan sambungan. Aku sekedar mendengar nama itu namun masih terus fokus pada kesibukanku sekarang.

Aku merapihkan kembali kerah kemeja Jungkook dan selesai. Aku tersenyum karena keberhasilanku memakaikan dasi pada seseorang, walaupun hal kecil tetap harus diapresiasi bukan? Banggalah dengan apa yang dilakukan selagi itu baik. Aku mendongak dimana kedua manik hitam sedang menatapku, aku ikut tenggelam dengan tatapannya. Saat itu juga indra penciumanku diserbu oleh wewangi yang cukup memabukkan.

Selang beberapa detik kemudian, Jungkook terkekeh dengan kedua manik yang masih padaku. Sungguh, aku jarang melihat kekehan pria itu lantas membuatku tersenyum tipis. Hei berhenti! Ini jam kerja! Aku langsung menjauhkan tubuhku darinya, menggosok leher belakangku dengan perasaan gugup. Jungkook memiringkan wajahnya menungguku mengucapkan sesuatu.

The Last OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang