1. Disaster Beginning

721 62 1
                                    

Selamat membaca
Vote dan komen😁

Matahari sepertinya tidak bosan menyinari kami berdua. Ya, aku dan Irene sedang menyusuri trotoar tanpa payung atau apapun yang dapat melindungi kami dari sengatan panasnya. Kalau saja sahabatku ini mau mengerti, sudah hampir dua jam dia mengajakku berkeliling membeli baju tanpa upah apapun. Katakan aku pamrih, tapi hey! Berjalan kaki, berdesakan dengan pembeli lain, dan mandi sinar matahari membuat tubuhku meronta.

"haus" kumonyongkan bibir seksi ku dan berharap serpihan kulit yang hampir terkelupas di bibirku mampu membuatnya peka.

"astaga, Jen!" pekik Irene yang membuatku sumringah. Sekarang kuputar pandanganku ke sekitar untuk melihat toko minuman yang segar dan...

"baju dari butik langganan eomma ketinggalan nih!" lanjutnya sambil kembali merogoh tas-tas belanjaan nya yang bejibun.

Spontan anganku tentang minuman dengan balok es di dalamnya melayang jauh. Kuharap tidak ada tanduk dan asap yang keluar dari kepalaku sekarang.

"apa?" Irene menatapku horor.

Aku memaksakan senyum timbul, lalu menggeleng keras. "nggak! Gak apa-apa kok" ucapku menelan ludah yang tak ada.

Irene dengan tega dan tanpa rasa bersalah menyerahkan tas-tas belanjaan nya itu padaku.
"tunggu di sini!"

Mataku membulat sempurna mendengar keputusan nya. Ia segera berlari kecil dengan highheels 10 sentinya ke butik yang kira-kira dua belokan dari jalan ini.

Dan, di sinilah aku. Jennie Ruby Jane, siswi kelas 2 SMA Yongsan International School Of Seoul, 16 tahun. Berdiri dikelilingi tas aneka warna, di depan sebuah toko cokelat. Toko dengan desain Eropa semakin terlihat kesannya ketika sebuah bangku panjang terletak di depan tokonya. Bunga-bunga tulip palsu berwarna kuning ada di kanan kiri bangku itu. Tak lupa lampu etnis juga berdiri tegak sekaligus menenteng plang nama toko cokelat. Kalau saja ini malam, pasti terlihat kesannya.

Dengan susah payah aku memindahkan belanjaan Irene ke pinggir bangku itu dan mulai duduk. Rasanya engsel di kaki ku akan lepas sekarang. Kucoba memejamkan matasebentar untuk menghilangkan kunang-kunang di mataku.

Kersss.... Sreeekk!

Eh? Aku memang lapar sekarang. Tetapi sejak kapan bunyi keroncong di perutku berubah suaranya.

Tunggu... tunggu dulu! Aku membuka mata dan melihat salah satu tas belanjaan Irene tak berbentuk sekarang.

"YAAAKKK!!" aku berteriak histeris melihatnya. Dengan cepat aku melompat ke sisi tas itu dan mengangkatnya pelan. Benar-benar hancur, isi nya yang ternyata sepatu heels merah itu pun lecet sebelah. Jantungku sukses terpompa kencang sekarang. Irene... anak itu akan membuat telingaku panas kalau sampai tahu ini.

"INI PERBUATAN SIAPA HAHH?!"

"Egh, dasar lebay!" keluh seorang cowok yang tengah turun dari motor besarnya. Ternyata dia memarkirkan motornya tanpa lihat-lihat. Apa dia mabuk? Ban depan motornya sudah naik ke trotoar.. Kalau boleh jujur, lelaki dengan rambut cokelat itu benar-benar tampan. Ia begitu tinggi dan keren memakai jaket versity biru jeans. Matanya juga cokelat, dan bibirnya yang seperti membentuk hati itu terlihat merah cherry sangat kontras dengan kulit putihnya.

Pletak!

Segepok uang mendarat di kepalaku. Aku segera sadar langsung mengambil uang yang ternyata bernilai 2 juta won. Cowok tadi tanpa menoleh lagi langsung masuk ke toko cokelat. Sementara orang-orang mulai memandangiku dengan tatapan -gadis-ini-pasti-sudah-gila. Rasa panas naik ke dada. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku masuk ke toko cokelat itu dan menarik lengannya paksa.

Remember Rain {JENSOO} √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang