Selamat membaca
Vote dan komen😁Hari ini sebenarnya aku berniat untuk tidak sekolah saja. Bisa dipastikan keadaanku sedang dalam posisi darurat. Jisoo sudah tahu dimana kelasku. Dan peristiwa pingsan kemarin sepertinya cukup membuat cowok itu hafal dengan wajahku.
Aku menyeret kaki menuju kelas sambil was-was. Kadang aku bersembunyi di balik tembok atau pilar sekolah ketika melihat cowok yang rambut atau punggungnya mirip Jisoo. Beberapa murid menganggapku sinting. Tapi peduli apalah, aku benar-benar ketakutan sekarang.
Baru aku akan sampai ke kelas ketika kulihat Jisoo berdiri di depan pintu. Dia bersama dua temannya di kanan-kiri. Yang satu sepertinya agak genit melihat dia tebar pesona setiap ada yang lewat di depan kelasku. Sedangkan satunya lagi, cowok dengan kucing putih di pundaknya.
Cowok itu... ah, Limario! Kakiku akan terangkat dan berjalan ke arah Limario ketika aku ingat di sana ada Jisoo juga. Mampus! Aku kembali sembunyi di balik tembok."WOY!!!"
Astaga! Jantungku hampir copot. Aku mendorong Taehyung dengan keras karena kesal. Sementara dia hanya cengengesan di belakangku.
"lo ngapain?"
"Tae, bisa bantuin gue gak?" pintaku ketika tiba-tiba mendapat ide cemerlang. Aku menatapnya penuh harap hingga mungkin... Mataku penuh beningan air mata. Oke, ini lebay!
"A-apa?" tanyanya seketika gugup. Aku menahan tawa melihat ekspresi cowok satu ini. Taehyung tampak manis kalau saja tidak iseng melulu.
"Tuh!" aku menyembulkan kepala sedikit, melihat Jisoo masih di depan kelasku. "Tolong usir mereka dong! Plisss demi gue oke?"
Tae mengangkat alisnya sejenak. "Jisoo sunbaenim?" aku mengangguk keras. Setelah ber-oke ria, Tae berjalan sok ditegap-tegapkan ke arah mereka bertiga.
"WOY! NYARI SIAPA LO PADA?" tanya Tae keras. Aku melompat-lompat kesenangan. Ternyata Tae bisa diajak kerjasama. Pasti sekarang Jisoo dan Cs-nya takut serta kabur mendengar gertakan Tae barusan.
"Gue nyari teman lo! Si...." Jisoo menatap Irene yang tiba-tiba keluar kelas. Sepertinya dia kaget dengan suara Tae.
"Jennie!" sambar Irene sumringah.
Aku menepuk kening, lututku juga melemas sekarang. Tega-teganya sahabatku itu membongkar namaku. Aihhh. Lihat saja nanti! Aku sejenak berpikir kembali. Ini salahku juga yang tidak memberitahu Irene soal kejadian beberapa hari yang lalu.
"Ohhh, Jennie? Dia ada tuh! Di balik tembok" Tae malah cengengesan setelah dengan songongnya memberitahu persembunyianku. Aku menyesal meminta bantuannya sekarang. Tae bodoh!!! Aku menggaruki tembok dengan geram sambil sesekali meninjunya. Maaf tembok, tiada objek lain selain dirimu.
"Mau kabur kemana lagi sekarang?" entah sejak kapan, tapi tiba-tiba Jisoo ada di depanku. Aku meringis melihatnya diikuti kedua temannya yang ada di kanan-kiri.
"Hai, Jane!" sapa Lim ramah. Kucing nya yang tidak ramah malah menggeram keras melihatku.
"Kok Jane, Lim? Dia kan Jennie" protes teman satunya penuh tanya. Ia lalu menatapku kebingungan. Tapi tatapannya seolah berpikir gadis-ini-berasal-dari-planet-mana.
"Iya, namanya Jennie Ruby Jane. Kita ketemu dibelakang sekolah waktu bolos kemarin" jawab Lim santai. Seolah-olah bolos merupakan kebiasaannya.
"Ohh hai JRJ! Gue Seulgi!!" sapa temannya itu dengan senyum lebar. Ia juga mengacak-acak rambutku seakan kami teman lama. Oke, siapa lagi itu JRJ?!
"JRJ itu Jennie Ruby Jane, aku menyingkatnya karena terlalu panjang. Keren kaaaan?" ucapnya asal.
Jisoo geleng-geleng kepala lalu menatapku kembali. "Lo. Ikut gue. Sekarang!" ujarnya penuh penekanan. Wajahnya begitu datar dan terlihat dingin. Ditambah sifatnya yang arogan dan menyebalkan.