Bagian 36

8.2K 877 6
                                    

"Katakan dengan jujur, kamu 'Farel baru', kan?

"A-apa?"

Farel yang tengah berusaha mengerjakan soal tiba-tiba terhenti mendengar hal tersebut secara tiba-tiba. Kedua matanya melebar dan tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas yang berisi seperempat air di dalamnya. 

"Aduh."

Dia buru-buru bangkit dan segera mengambil gelas yang untung saja tidak pecah karena terjatuh ke atas karpet tebal. Ia mengelap cairan yang tumpah menggunakan tisu.

Setelah selesai dia mendapati Rudi tengah menatapnya dengan lekat. Farel merasa terganggu jadi dia menundukkan kepalanya.

"Dugaanku benar, kamu adalah 'Farel baru'."

Mendengar hal tersebut membuat Farel mengangkat kepalanya dan segera menyangkal pernyataan Rudi, "A-apa yang Kak Rudi bicarakan? Aku tidak mengerti."

Rudi masih menatap Farel, dia menjawab, "Jangan bersikap seolah tidak tahu. Jawablah dengan benar."

Farel dengan perlahan menghirup udara supaya jantungnya berdetak dengan kencang terasa tenang terlebih dahulu. Dia tidak boleh menjawab dan bersikap sembarangan.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan perkataan kakak. Bagaimana mungkin aku 'Farel baru'? Itu tidak masuk akal. Aku masihlah Farel yang sama."

Farel dengan tenang membela dirinya kalau tuduhan yang dilayangkan Rudi tidaklah benar--walaupun kenyataannya memanglah benar.

Rudi beranjak dari atas karpet dan berdiri tepat di seberang meja. Dia berjalan mondar mandir sekolah berpikir sambil berbicara, "Kamu benar. Awalnya aku pikir itu tidak masuk akal. Tapi melihatmu setelah beberapa pertemuan semakin memperkuat spekulasiku.

Kupikir kamu mungkin hanya kehilangan ingatan untuk sementara waktu. Tapi, kamu tidak pernah sekalipun mengalami kecelakaan yang mencederai otakmu, atau akibat menyalahgunakan obat-obatan. Oke, mungkin kamu memang tiba-tiba kehilangan ingatan tanpa mengalami hal-hal yang aku sebutkan tadi. Akan tetapi masalahnya kamu melupakan semua hal. Sampai prilaku pun ikut berubah juga. Dan sampai saat ini kamu belum berubah menjadi 'Farel asli'.

Selain itu, kenapa aku bisa menyimpulkan kamu adalah 'Farel baru' itu berdasarkan pengalaman yang sudah aku alami."

Kalimat terakhir Rudi membuat Farel terkejut sekaligus tidak percaya. Dia dengan terbata bertanya, "Maksud Kak Rudi soal pengalaman yang sudah dialami apa?"

Apa memang benar Rudi juga sama seperti Farel? Orang yang mengalami transmigrasi ke dunia novel ini? Atau dia hanya mendapati temannya yang lama telah terganti olah jiwa orang baru?

"Tebakanmu benar," Rudi menyeringai sambil memberikan satu kepalan jempol, "Aku adalah orang yang bertransmigrasi ke dunia novel ini."

Farel benar-benar terkejut dengan fakta yang didengarnya ini. Bagaimana mungkin ada orang yang sama seperti Farel? Orang yang sama bertransmigrasi dengannya? Tapi, apakah itu mungkin?

"Benarkah? Kak Rudi juga sa--" Kalimat Farel segera terhenti saat dia tanpa sadar hampir mengatakan kalau dia juga sama seperti Rudi.

Rudi menyeringai. Dia kemudian tersenyum. 

"Cepat akui saja kalau kamu juga orang yang sama sepertiku."

Farel mencoba menimbang terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengatakannya atau tidak. Kalau misalkan Farel mengaku sama seperti Rudi, kemungkinan dia bisa bertanya banyak hal yang selama ini mengganggu pikirannya kepada Rudi. Sepertinya Rudi terlihat mengetahui banyak hal. 

Kalau dia tidak mengaku pun, Rudi pasti tetap akan mendorongnya untuk mengakui sampai akhir. Dia terlihat seperti orang yang tidak akan menyerah. 

Terlebih Farel sendirian di dunia novel ini sebelumnya, sekarang setidaknya ada orang yang senasib dengan dirinya.

"Kak Rudi memang benar, aku adalah Farel baru."

Sekarang Rudi duduk berhadapan dengan Farel. 

"Akhirnya kamu mengaku juga," katanya sambil tersenyum dengan cerah.

Tanpa menanggapi itu, Farel segera bertanya, "Lalu bagaimana cara Kak Rudi bertransmigrasi ke dunia novel ini dan bagaimana kak Rudi tahu kalau ini adalah dunia novel? Sejak kapan Kak Rudi masuk ke dunia ini? Apa itu sudah lama atau masih baru? Apa--"

"Tahan dahulu pertanyaanmu. Jangan mengeluarkan semuanya secara langsung." Rudi menyela pertanyaan yang banyak keluar dari Farel.

"Maaf."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Sama sepertimu aku juga punya banyak hal yang dipertanyakan pada awalnya.

Aku akan menjawab satu-persatu. Pertama, aku masuk ke dunia novel ini sekitar awal aku memasuki dunia kuliah. Lebih tepatnya saat ospek. Waktu itu aku tiba-tiba menemukan diriku di tengah kerumunan orang-orang asing dan tempat asing pula.

Kedua, aku tidak tahu persis bagaimana caraku masuk ke dunia novel ini. Namun, aku ingat persis di dunia ku sebelumnya aku dikelilingi orang-orang yang tidak bisa aku lihat. Aku hanya samar-samar mendengar suara mereka sebelum akhirnya aku memejamkan kedua mataku dan menemukan diriku di tengah-tengah ospek.

Ketiga, aku tahu kenapa aku masuk novel itu karena novel yang aku masuki adalah novel yang dimiliki oleh adik perempuanku."

Farel dengan seksama mendengarkan cerita yang dialami oleh Rudi. Jawaban pertama, persia sama yang dialami oleh Farel. Farel juga tiba-tiba menemukan dirinya di kelas. 

Jawaban kedua, ada sedikit berbeda dengan Farel. Rudi masih ada ingatan dari kehidupan sebelumnya. Berbeda dengan dia Farel hanya ingat suka novel Terimalah Cintaku.

Jawaban ketiga, itu persis sama dengan Farel.

"Apa Kak Rudi masih ingat dengan kehidupan sebelumnya?"

"Untuk itu, aku tidak punya banyak ingatan mengenai kehidupan yang sebelumnya. Tidak ada gambaran yang sangat jelas. Selain ingatan sebelum aku memejamkan mata, novel dan adik perempuanku. Bahkan aku tidak mengingat nama dan wajah dari adikku sendiri. Seolah-olah ingatan tersebut buram." 

"Lalu bagaimana dengan novel yang dimiliki oleh adik perempuan Kak Rudi, apa Kak Rudi mengingat isinya?"

Rudi menggeleng dan menjawab, "Tidak terlalu."

"Kalau judul novelnya "Terimalah Cintaku" bukan?"

Ring, ring, ring.

"Sebentar, ponselku berbunyi."

Setelah mengangkat telepon dan berbicara dengan orang yang menelpon, Rudi dengan cepat membereskan barang-barang miliknya.

"Farel, aku minta maaf. Ada hal mendadak yang membuatku harus segera pulang. Lain kali kita bicarakan soal ini. Oh, iya satu hal lagi. Belajarlah dengan giat dan semoga berhasil di ujian akhir semester minggu depan."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang