Bagian 34

7.8K 823 32
                                    

"Farel kamu bisa melakukannya untukku, kan?"

Kalimat tersebut terus terngiang-ngiang di benak Farel sedari tadi. Dia berbalik melihat ke belakang dan melihat Amanda melihat ke tempat Dirga berada. Farel menghela nafas kemudian kembali berbalik dan memperhatikan jalannya pelajaran Bahasa Inggris. 

Guru masih menjelaskan mengenai salah satu jenis tense di depan kelas. Dia juga sesekali memberi contoh dan menulisnya di papan tulis. Ketika selesai dia memberi waktu para murid untuk membuat contohnya masing-masing sebanyak sepuluh kalimat.

'Bagaimana caraku agar Dirga mau berteman dengan Amanda? Apa aku juga melakukan hal yang sama seperti di awal? 

Ya, aku akan minta Amanda untuk membaca buku Dani 1999, kemudian Amanda akan mendekati Dirga dan bilang dia suka membaca buku dan salah satunya Dani 1999.

Dirga tidak akan keberatan kan kalau aku bilang salah satu kesukaannya kepada Amanda?'

[Jangan hanya melamun, kerjakan tugasnya.]

Farel membaca tulisan yang berada di atas buku miliknya. Dirga baru saja menulisnya di sana. Farel melihat Dirga dan tersenyum kemudian mengangguk. 

[Baik, aku akan segera mengerjakannya.]

Farel mendorong bukunya ke samping kanan. Tidak lama balasan kembali muncul.

[Apa yang kamu pikirkan?]

[Hanya sesuatu.]

Setelah itu saling lempar jawaban dan pertanyaan berakhir. Saat bel pulang sudah berbunyi, Dirga lebih dulu berbicara. 

"Apa kamu mau pulang bersama kembali?"

Farel melihat Amanda yang berada tidak jauh di belakang Dirga. Dia melihatnya lewat bagian bahu kiri Dirga. Amanda memberikan tanda silang dengan kedua tangannya dan menggelengkan kepala. Farel melihat Dirga dan menjawab, "Tidak perlu, hari ini aku ada hak yang perlu dilakukan dahulu di sekolah."

"Kamu ikut ekstrakurikuler?"

Farel menggeleng dengan pelan dan menjawab, "Tidak, bukan itu. Tapi hal lain."

Dirga tidak bertanya lebih lanjut. Dia mengangguk dan pamit. 

Setelah Dirga keluar dari kelas, Amanda mendekat ke arahnya dan berbicara, "Bagaimana mungkin dia kembali mengajakmu pulang? Aku juga ingin diajak pulang bersama dengannya."

Farel bingung harus menanggapi apa, dia hanya diam. Kenapa Amanda malah terdengar mengejeknya? Ia seperti orang tidak pantas pulang bersama Dirga.

Mereka berdua duduk di kursi.

"Bagaimana? Apa kamu sudah tahu cara membuat aku dan Dirga lebih dekat?" Tanya Amanda secara langsung tanpa basa-basi terlebih dahulu.

Farel mengira Amanda setidaknya mau meminta maaf kepadanya atas kejadian waktu itu. Tapi ternyata dia berharap lebih. Apa yang dia harapkan dari Amanda?

Farel menghela nafas kemudian dia menjawab, "Iya, aku sudah memikirkannya."

"Apa itu? Coba jelaskan dan katakan lebih rinci." 

Amanda terasa terburu-buru dan ingin segera tahu.

"Dengarkan dengan baik-baik. Dirga suka membaca buku. Dan salah satu buku yang dia suka adalah novel Dani 1999."

"Benarkah?"

"Iya, coba kamu beli dan baca novel tersebut. Setelah itu katakan padanya kalau kamu juga menyukai novel tersebut."

Raut wajah Amanda terlihat malas. Farel tidak tahu kenapa dia tiba-tiba seperti ini setelah tadi terlihat girang dan dengan terburu-buru.

"Apa yang salah?"

"Farel, apa kamu lupa?" Amanda malah balik bertanya kepada Farel.

"Lupa soal apa?"

"Hahh," Amanda menghela nafas lalu dia berbicara.

"Setelah lama berteman kamu lupa kalau aku tidak suka membaca buku?"

"A-apa?" Farel tidak tahu soal itu. 

Lalu Farel mulai bertanya-tanya kalau Amanda tidak suka membaca lalu bagaimana cara dia mendapatkan beasiswa di sekolah ini. Tentu saja untuk bisa mendapatkan beasiswa di sekolah swasta ini tidaklah mudah. Setidaknya dia harus pintar dan lulus tes ujian terlebih dahulu. Dengan demikian dia perlu belajar dengan keras dan membaca adalah salah satunya.

Kalau dia malas membaca lalu bagaimana cara dia tekun belajar? Kalau menghafal pun tentu saja perlu di baca dahulu hafalannya terlebih dahulu.

"Kamu ini. Aku dari dulu tidak suka membaca buku novel apalagi buku-buku berat. Duhhh… itu benar-benar membuatku pusing tujuh keliling. Aku tidak tahan melihat tulisan sebanyak itu."

Farel benar baru tahu fakta ini sekarang. Sebelumnya di dalam novel tidak pernah diceritakan bagaimana Amanda mendapatkan beasiswa. Amanda seolah-olah bisa langsung dapat beasiswa tersebut.

'Apa itu perbuatan penulis yang langsung membuat Amanda masuk di sekolah ini?

"Kalau kamu tidak suka membaca, lalu bagaimana kamu bilang suka novel Dani 1999 ke Dirga?"

Amanda diam. Dia terlihat berpikir untuk waktu yang cukup lama hingga dia kembali berbicara, "Bagaimana kalau kamu menceritakan isi dari novel itu kepadaku. Itu tidak jauh berbeda dengan membacanya kan?"

"T-tapi mendengar cerita dan membaca cerita secara langsung menurutku itu berbeda. Ada beberapa hal yang akan kamu temukan saat membaca dibanding mendengarkan."

"Aku sudah bilang tidak suka membaca. Entah itu mendengarnya atau membacanya tidak ada yang berbeda dengan itu. Keduanya sama."

"Baiklah. Aku akan menceritakan sebagian dari cerita novelnya kepadamu."

"Tunggu." Amanda buru-buru menghentikan Farel.

"Cukup ceritakan gambaran utamanya saja. Aku tidak punya waktu sebanyak itu." Lanjutnya.

"Baiklah."

Setelah itu sekitar 15 menit Farel menceritakan isi dari novel Dani 1999 kepada Amanda. Amanda tidak terlalu memperhatikan karena bermain ponsel miliknya. Farel tidak tahu Amanda punya ponsel yang bagus dari mana.

"Sudah selesai?"

Farel mengangguk menjawab pertanyaan Amanda. Amanda bergumam "Oke," lalu beranjak dari tempat duduknya. Sebelum Amanda pergi Farel lebih dahulu menahannya.

"Tunggu sebentar."

Farel membuka tas miliknya. Dia mengeluarkan buku novel Dani 1999 yang selalu dibawa bersamanya dan menyerahkan buku tersebut ke Amanda.

"Luangkan waktumu untuk membacanya walaupun tidak banyak."

Amanda mengambil uluran buku dari Farel dan melenggang pergi keluar dari kelas tanpa berpamitan.

'Apa aku melakukan hal yang benar?'

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang