Bagian 51

6.8K 760 32
                                    

Mobil hitam mewah keluaran terbaru di pasaran baru saja memasuki kediaman rumah Atmaja. Seorang anak remaja lelaki turun dari bagian tengah mobil dan berjalan memasuki rumah.

Di depan rumahnya dia sudah disambut oleh kedua orang tua Farel beserta Farel di depan pintu rumah.

"Selamat malam om, tante."

"Malam juga Dirga."

"Saya mau mengajak Farel bermain bersama keluar untuk menghabiskan malam tahun baru, apakah om dan tante mengizinkan saya membawanya? Saya janji tidak akan membawanya ke tempat yang terlalu jauh dan akan membawa pulang Farel sekitar jam 1 dini hari."

"Tentu saja, Dirga. Kamu bisa mengajak Farel bersamamu."

"Iya, benar Dirga. Kami tidak keberatan. Kami malah senang kalian bisa semakin dekat dan membawanya keluar untuk bermain. Dia sepertinya butuh udara segar setelah diam dirumah karena sakit."

Farel yang mendengar omong kosong kedua orangtuanya benar-benar muak. Dia merasa ingin muntah saja. Di depannya mereka bersikap dingin dan acuh tidak acuh bahkan sampai tega menyakitinya. Sedangkan lihat saat mereka berdua berada di depan Dirga. Berkata seolah Farel adalah anak yang mereka sayangi.

Bila saja dia tahu cara untuk pulang kembali ke dunia tempat dia berasal. Mungkin saja dia tidak akan terpaksa tinggal dirumah menyesakkan ini lebih lama lagi dan tinggal bersama dua orang yang tidak layak disebut sebagai orang tuanya.

Selesai pembicaraan, Dirga dan Farel masuk ke dalam mobil dan duduk di bagian tengah mobil. Mobil lalu melaju menuju jalanan raya di malam yang cukup padat.

Di tengah perjalanan Farel merasa penasaran dan mulai bertanya, "Dirga, sebenarnya kamu akan membawa kita kemana?"

Dirga menoleh dan menjawab, "Kamu tunggu saja. Kita tidak akan lama sampai lagi."

Farel mengangguk dan tidak bertanya lagi, dia pun memutuskan untuk menoleh keluar jendela mobil dan memperhatikan kondisi jalanan di luar sana serta gedung atau pertokoan yang terlewati. 

Mobil terus melaju oleh kendali supir keluarga Wijaya dan tidak menunjukan mengarah ke area luar perkotaan namun malah sebaliknya semakin masuk ke dalam area perkotaan. Hingga tiba pada akhirnya mobil berhenti tepat pada area bangungan yang luas. Setiap bangunan di area di depannya walaupun tidak menjulang tinggi ke atas seperti layaknya gedung pencakar langit, tapi di depannya ada beberapa gedung yang sudah dibangun. 

"Ayo turun," Dirga mengajak Farel turun. Farel pun mengikuti Dirga di sampingnya kemudian dia berbicara, "Kenapa kita malah datang ke sekolah? Apa sekolah sudah dimulai? Bukannya masih ada beberapa hari lagi sebelum sekolah dimulai atau aku tidak tahu soal itu?"

Tadi saat turun dari mobil Farel agak terkejut saat melihat nama sekolah mereka. Dia tidak menyangka Dirga akan membawanya ke sekolah.

Dirga melihat keterkejutan Farel, "Tenang saja, sekolah belum dimulai dan kita datang kesini bukan untuk belajar tapi bersenang-senang. Selain itu bagaimana mungkin sekolah dimulai di malam hari?"

Dirga kemudian melihat kening Farel yang mengernyit dan kedua matanya menyempit, dengan heran Farel berbicara, "Bukannya kalau bersenang-senang itu ke tempat hiburan atau semacamnya? Jelas-jelas sekolah tempat untuk menimba ilmu."

Dirga benar-benar ingin tertawa, tapi ia berusaha menahannya sebaik mungkin. "Ayo kita masuk dulu ke sana."

Mereka berjalan menuju gerbang dan berhenti tepat di tempat pos jaga satpam. Dirga menyapa petugas tersebut dengan santai dan penjaga satpam juga melihat Dirga dengan ramah Dirga karena dia tahu kalau Dirga adalah anak pemilik sekolah ini.

[BL] ÉkstraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang