18 | Mulai Luluh

4.9K 564 49
                                    

“Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”
[QS. Ya-Sin : 9]

•❅───✧❅✦❅✧───❅•

Di tengah pembelajaran berlangsung, Eliza merasakan perutnya sakit. Dia meringis sembari memegangi perutnya.

Aura yang menyadari tingkah Eliza, langsung bertanya, “Ning, kenapa?”

Eliza menggeleng pelan. “Nggak tahu, tiba-tiba perut gue sakit.”

“Ning-nya lagi dapet?”

“Enggak, tadi aja gue subuhan kok,” balas Eliza, lalu seketika dia teringat sesuatu. “Sekarang tanggal berapa?”

“28 Ning.”

Eliza memejamkan mata sejenak, sekarang dia tahu mengapa perutnya sakit. Padahal saat dia mandi tadi pagi belum ada tanda-tanda, tapi sepertinya sekarang dia betulan kedatangan tamu.

“Kayaknya gue beneran lagi dapet deh.”

“Ya udah saya antar Ning Eliza pulang aja, ya? Lagipula juga bentar lagi kelas selesai kok.”

“Tapi, gue nggak enak.”

“Nggak apa-apa, Ning. Biar aku yang izin.” Aura mengangkat tangannya seraya memanggil Ustadzah yang tengah mengajar. “Afwan Ustadzah, ini Ning Eliza sakit, boleh tidak kalau saya antar dia ke rumah? Takutnya kenapa-napa.”

Sontak saja mereka menatap Eliza yang tengah meringis menahan sakit. Ustadzah Mila langsung mendekati tempat Eliza duduk. “Ning-nya kalau sakit istirahat di rumah aja, ya? Mau saya panggilkan Gus Rayyan?”

Kebetulan sekali hari ini Rayyan memang tidak ada jadwal mengajar di kampus.

“Nggak usah, saya bisa minta antar Aura. Maaf, ya, ustadzah saya nggak bisa ikut pembelajaran ustadzah sampai akhir.”

“Na'am Ning, Ning-nya istirahat aja sampai sembuh.”

Eliza mengangguk, setelah itu dia keluar kelas ditemani Aura yang memapah tubuhnya. Di tengah perjalanan, Eliza merasa kepalanya berdenyut. Dia mencengkram sedikit kuat lengan Aura.

“Ning?”

“Kepala gue pusing.”

Aura seketika panik, dia melirik kanan-kiri mencari bantuan. Pas sekali, Rayyan tengah berjalan dari arah asrama putra. Dengan cepat Aura memanggilnya. “GUS RAYYAN!”

Rayyan menghentikan langkah mendengar teriakan seseorang memanggil namanya, dia mendongak mendapati Aura tengah bersama Eliza yang sepertinya istrinya itu tidak baik-baik saja.

Rayyan langsung mempercepat langkahnya bahkan sedikit berlari. Sesampainya di sana, dia langsung menarik tubuh Eliza pelan tanpa bersentuhan dengan Aura.

“Yaa zaujati, kamu kenapa sayang?” tanya Rayyan khawatir. Dia mengusap lembut pipi Eliza.

“Perutku sakit, kayaknya lagi dapet,” balas Eliza lemah.

Rayyan langsung paham, dengan sigap dia menggendong tubuh Eliza ala bridal. Rayyan mengucap terima kasih pada Aura tanpa menatap sedikitpun pada gadis itu.

Setelahnya Rayyan pamit meninggalkan Aura yang memandang keduanya dengan tatapan sulit diartikan. “Bahagia?” lirih Aura.

•❅───✧❅✦❅✧───❅•

“Jangan ke kasur, bawa aku ke kamar mandi aja,” titah Eliza pada Rayyan begitu mereka tiba di kamar.

Rayyan sedikit bingung, tetapi dia langsung menuruti perintah Eliza. Menurunkan Eliza dengan hati-hati di kamar mandi.

PHILOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang