☘️5. Can U Hug me, please ☘️

135 14 0
                                    

🎧 Run away - Tommorow by Together

Hanni menahan air matanya agar tak jatuh. Pelan pelan ia sentuh tangan hueningkai. Lebam lebam memenuhi kedua tangan itu bahkan ada bekas cakaran yg masih baru. Hanni mengusap lembut lebam lebam itu lalu menatap mata hueningkai yg tersenyum sendu.

"I-ini.. Ini kenapa kai?" Tanya hanni dengan suaranya telah bergetar.

Hueningkai mengalihkan pandangannya ke depan. Ia tersenyum miris. "Orang tuaku didikannya keras, hanni.. Badanku selalu penuh luka dan luka luka itu tak pernah sembuh karena selalu ada luka baru yg bertambah makanya aku tutupin dengan jaket ini.."

Hanni mendengarkan sepenuhnya dan memperhatikan hueningkai yg menggengam jaketnya erat. Hanni menyentuh tangan besar hueningkai dan mengusap lembut tangan itu.

Hueningkai menoleh kembali ke hanni yg menatapnya sedih. "A-aku.. Sejujurnya aku malu nunjukin ke kamu, hanni ya.."

Hanni menggelengkan kepalanya cepat. "Gwenchana, kayi.. Tidak usah malu.. Aku nggak bakal ngejudge kamu.."

Hueningkai tersenyum simpul. Ia menghirup nafas perlahan, meredakan sesak di dadanya. "Daddy dan eomma ku sering memukuli aku dari aku masih kecil.. Aku selalu dituntut menjadi sempurna, jadi anak yg baik dan yg paling penting aku harus mendapatkan peringkat tertinggi agar orangtuaku bisa membanggakan aku didepan kerabat kerabat daddy dan eomma.. Dan meskipun aku telah berusaha menjadi anak yg baik serta mendapatkan prestasi yg banyak.. Orangtuaku tak pernah puas denganku.. Aku selalu ada kurangnya dimata mereka.. Setiap ada masalah diantara mereka berdua aku selalu jadi objek pelampiasan mereka.. Dan aku nggak pernah bisa ngelawan.."

Hueningkai terkekeh kecil menertawakan dirinya. "Hahaha.. Aku lemah banget ya... Karena mau bagaimana pun mereka kedua orangtua yg membesarkanku.. Tapi kerena luka luka ini aku malu.. Sangat malu.. Terutama dengan mu, hanni.."

"Aniya... Kenapa harus malu? Kamu tak perlu rendah diri dan aku juga nggak bakal ngejudge kamu karena luka ini.. Menurutku, itu bukan hal memalukan! Kamu hebat sekali, kai.. Kamu berhasil melalui rintangan dalam hidup kamu.. Kamu masih bertahan dan tetap menjadi anak yg baik bagi orangtua kamu.. Dan itu suatu hal yg keren yg tak bisa dilakukan oleh semua anak, kai.. Luka luka itu menunjukan kamu adalah anak yg kuat dan tegar..." Jawab hanni segera. Ia menatap sungguh-sungguh mata hueningkai.

Hueningkai menahan tangisnya mendengar kata kata hanni.

Greep.

Hueningkai memeluk hanni erat yg duduk disampingnya. Air mata mengalir deras hingga menghasilkan isakan kecil. "Gomawo, hanni.. Gomawo... Telah menerima sisi lemahku.."

Hanni tersenyum sendu. Ia membalas pelukan hueningkai yg sangat erat ditubuhnya. "Hmm.. Iya, hueningkai.." Jawab hani lembut seraya mengelus elus pelan punggung lebar hueningkai.

Hanni bisa merasakan tetesan air mata hueningkai di bahunya. "Terimakasih juga telah bertahan, kai.." Bisik hanni lirih.

Hueningkai bertambah kencang tangisnya melepaskan semua rasa sesak dan sakit di dadanya. Hanni dengan sabar mengusap usap lembut punggung hueningkai hingga hueningkai benar benar tenang.

Hueningkai akhirnya melepaskan pelukannya. Ia masih terisak isak kecil.

Hanni segera menghapus air mata yg masih jatuh dari pelupuk mata hueningkai. Hanni mengulas senyumnya. "Kayi a.. Kamu terlihat lelah sekali.. Kamu istirahat bentar ya.. Aku akan menunggumu disini.."

Hueningkai menatap mata hanni lalu ia memaksakan senyuman diwajahnya. Ia mengangguk mengiyakan. "Hmm..." Hueningkai merebahkan dirinya di ranjang empuk itu dan sepersekian detik itu, hueningkai telah tertidur lelap dengan tangannya masih menggenggam tangan hanni.

My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang