Kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat pengungsian yang jaraknya sudah semakin dekat, banyak kota yang telah kami lewati dan kami tidak menemukan satu orang pun yang masih hidup yang ada hanyalah zombie, zombie, dan zombie, oh ya, dan satu lagi anjing zombie, entah kenapa binatang pun bisa terkena virus, dan mungkin karena itu kami semakin pasrah akan adanya manusia yang masih hidup, semakin kami mendekati pengungsian, kami semakin pasrah
"Bagaimana jika kita sampai disana tidak ada orang, dan semuanya zombie?" tanya Naufal
"aku juga tidak tahu mungkin kita berdua saja yang harus meninggalkan kota ini" ujarku
tetapi semangat kami bertambah ketika ada sebuah helikopter lewat dan melihat para pengungsi dari kota lain terbang melewati kami
"itu masih ada orang" ujar Naufal
"iya, dan mungkin saja kita bisa menemukan orang di pengungsian itu" ujarku
aku pun menancap gas ku supaya bisa sampai ke pengungsian tepat waktu sebelum mereka juga dijemput oleh helikopter
tetapi, tidak ku sadari ternyata bensin mobilku habis, untung saja kami menemukan pom bensin yang masih ada bensinnya
tak lama kemudian...
"angkat tangan..." ujar seseorang dari belakang kami
"balik badan dan tampakkan wajah kalian" ujar seseorang lagi
disaat kami membalikkan badan, kami pun tidak percaya apa yang kami lihat
"anto, Naufal" ujar salah satu dari mereka
"Irsyad, Arkin..., ini...,ini benar-benar kalian?" ujarku dan kami pun berpelukan dengan erat
"iya, ini benar-benar kami"ujar Irsyad
"kalian selamat?" tanya Naufal
"iya, kami selamat" ujar Irsyad
"disaat gempa kami tidak berada di kota, dan kami langsung dievakuasi ke pengungsian" ujar Arkin
"jadi, kalian sudah pernah berada di pengungsian?" tanyaku
"iya, dan kami menjadi penjaga di pengungsian itu" ujar Arkin
"terus, kalian ngapain disini?" tanya Naufal
"kami baru saja kembali dari gudang senjata di kota" ujar Irsyad
"kalian dapat dimana, mobil ini?" tanya Irsyad
"kami mendapatkan mobil ini di kota kami" ujarku
"kami juga sudah mencari-cari mobil di kota kami, tetapi kami tidak menemukan satu mobil pun, jadinya kami harus berjalan kembali menuju pengungsian" ujar Arkin
"jadi, kami boleh tidak numpang dengan kalian?" tanya Irsyad
"boleh, malah kami ingin kalian ikut dan menunjukkan pengungsiannya" ujarku
"benarkah?"tanya Irsyad
"iya, boleh" jawab Naufal
kami pun akhirnya melanjutkan perjalanan ke pengungsian dan kami pun mengobrol di dalam mobil
"jadi, kalian jadi penjaga pengungsian?" tanyaku
"iya, semua laki-laki disana harus menjadi penjaga pengungsian, karena sebagian besar pengungsi disana perempuan, dan laki-laki hanya 30 orang saja" ujar Irsyad
"ehh, emong-omong anggota grup kita ada disana gak?" tanya Naufal
"kemarin kurang dua" ujar Arkin
"kenapa?" tanyaku dengan wajah serius
"ya, iyalah orang gak ada kalian, hahaha" ujar Irsyad
Kami pun tertawa-tawa sepanjang perjalanan mengingat kejadian masa lalu ketika kami smp, ya, kami ini anggota grup 7mop atau kepanjangannya adalah.....tidak ada, aku pun tidak tahu mengapa kami menamakannya dengan nama itu. Akhirnya, kami pun sampai ke pengungsian, tidak seperti pengungsian biasa yang mungkin hanya seperti tenda-tenda yang berisi puluhan manusia di dalamnya, ini seperti kota dengan pagar-pagar besi dan berlistrik di luarnya dan ada penembak jitu di atas tower di ujung pagarnya
disaat kami masuk, semua pengungsi pun melihat kami dengan tatapan bingung dan disaat kami turun dari mobil, aku mendengar seseorang berbisik
"bagaimana dia mereka bisa hidup?", aku yang mendengar pun berusaha diam dan tidak menjawab
Arkin dan Irsyad pun menuntun kami melihat anggota 7mop yang masih hidup
disaat kami datang, mereka menunjukkan wajah yang tidak percaya bahwa kami masih hidup, mereka pun langsung menangis dan memeluk kami dengan erat
"Ka....kalian, masih hidup?" tanya Andini
"iya, kami masih hidup" ujarku
"bagaimana bisa?" tanya Diaz
"Entahlah, kami pun bingung kok kami bisa sampai disini, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang" ujar Naufal
"hahaha, lu masih aja ngelawak, Nof" ujar Nia sambil tertawa
"iya, gak ada bedanya sama yang dulu di smp" ujar Kania
"eh, kalian dah tau gak kalo besok kita di ungsikan ke kota yang nggak kena virus?" tanyaku
"udah, katanya kita bakalan di jemput pake helikopter jam 1 siang" ujar Andini
"okelah kalau begitu, omong-omong kalian ada yang kenal syifa gak?" tanyaku
"ohhhh, syifa, aku kenal" ujar Kania
"kalo gitu, lu boleh anterin gue gak?" tanyaku
"oh, boleh, emangnya kenapa?" tanya kania
"aku mau menyampaikan sesuatu" ujarku
"ooo, yaudah, ayo aku tunjukan dimana dia" ujar Kania
Kami pun mulai mencari Syifa, walaupun disini pengungsinya sedikt tetap saja sulit untuk mencarinya, dan tak lama kemudian Kania pun menunjuk seseorang yang sedang memasak di dapur umum
"itu yang namanya Syifa" ujar Kania
"ooohh, oke oke" ujarku
aku dan Naufal pun menghampiri Syfia
"kamu yang namanya Syifa, kan?" tanyaku
"iya, kenapa emangnya?" tanya Syifa
"ini soal ayahmu" ujar Naufal
"kenapa ayahku?" tanya Syifa
"ini coba kamu baca surat dari ayahmu" ujarku
Syifa pun mulai membaca surat dari ayahnya yang isinya
"Syifa sayang, kamu baik-baik aja kan, kalo ayah lagi sakit, tapi kamu gak usah khawatir kok, oh iya kamu di pengungsian ya, maaf ayah gak bisa nemenin kamu disana , jadi ayah kasih aja surat ini sama temen ayah buat di kirim ke kamu, kamu gak usah khawatir, walaupun ayah sakit, ayah tetap ada di hatimu selalu melindungimu dimanapun kamu berada, terima kasih, kamu sudah jadi pahlawan ayah, oh iya, satu pesan lagi, selamatkanlah bumi dari kehancuran, walaupun dengan berkorban atupun tidak berkorban, itu saja yang bisa ayah sampaikan untuk terakhir kalinya, kamu gak boleh sedih ya, ayah mau pergi dulu". Syifa pun langsung menangis sejadi-jadinya ketika membaca surat itu, karena ia tahu bahwa ayahnya sudah meninggal dunia.
aku pun merasa kecewa karena tidak dapat membawa ayahnya ke tempat pengungsian, "coba saja aku lebih cepat mencari mobil pasti aku bisa menyelamatkan nyawa ayahnya" ucapku sambil menangis.
Sejak saat itu jika aku melihat Syifa aku selalu menangis mengingat ayahnya, mungkin karena jiwaku yang terlalu emosional, aku pun menangis saat ingin tidur pada malam harinya, dan memukul dinding kamar di tempat pengungsian itu karena kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
DD/MM/YYYY
AvventuraSemua berawal dari sebuah bencana alam yang menyebabkan sebuah laboratorium pemerintah yang sedang membuat cairan kimia hancur dan menyebarkan virus yang membuat manusia seperti zombie dan membuat kota menjadi hancur, Anto dan temannya Naufal hanya...