BAGIAN 1

24 3 0
                                    

Tekan vote untuk melanjutkan!

Terima kasih, selamat membaca ^^












Sorry for typo <3

Rafael tengah mengerjakan pekerjaan kantornya, setelah sekertarisnya memilih keluar dari kantor, Rafael belum menemukan penggantinya. Hal itu membuat dirinya kerepotan sendiri dengan pekerjaan yang sangat menumpuk.

"Iya, tolong dicek lagi datanya masih ada yang kurang. Perhitungannya juga tidak balance, tolong lebih teliti lagi." Setelah ia menutup ponsel yang satu, ponsel lainnya berdering.

"Oh iya pak, akan segera saya kirim dokumennya."

"Halo, iya benar saya sendiri, hmm.. tunggu sebentar biar saya cek. Oh, iya sudah masuk pak akan segera saya periksa. Baik pak, malam.." Rafael pun menutup ponselnya, menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi sambil membuang napas lelah.

"Kalau begini terus aku bisa mati," ujar Rafael.

"Assalamu'alaikum," ucap seorang laki-laki dikuti dengan laki-laki lainnya dibelakang.

"Wa'alikumussalam," jawabnya sambil menoleh kea rah pintu yang baru saja dimasuki oleh 3 orang anak laki-laki.

"Ayah, kenapa masih kerja jam segini? Harusnya ayah istirahat," kata anak sulungnya.

"Sebentar lagi ya, ayah bener-bener gak bisa tunda pekerjaan ini," jawab Rafael.

Kini Rafael kembali fokus pada laptopnya, ketiga anaknya kini duduk bersamanya di ruang keluarga. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hilal yang menonton televisi, Hanif dan Hafiz yang sedang sibuk dengan ponsel mereka.

"Dimana David?" tanya Rafael.

"Haidar ayah.." jawab Hanif membenarkan. David adalah nama Haidar sebelum ia memeluk islam. Christian David itu nama lengkapnya, Rafael sepertinya belum terbiasa dengan nama baru David.

"Ahh iya, Haidar. Dimana dia?"

"Sehabis shalat isya tadi, dia langsung pergi, gak tau kemana," kata Hafiz.

"Iya, dia bahkan gak ikut pengajian malam ini." Sambung Hanif.

"Sudah coba hubungi dia?" ketiga anaknya mengangguk.

"Tapi gak ada jawaban."

Rafael mulai memijit keningnya, pekerjaannya yang menumpuk saja sudah cukup membuatnya pening dan sekarang anak bungsunya itu pergi entah kemana. Bahkan tidak berpamitan dengan kakaknya yang lain.

"Assalamu'alaikum." Seketika semuanya menoleh kearah pintu dan mendapati Haidar di sana, masih dengan baju kokoh berwarna hijau gelap yang ia kenakan namun kini terbalut dengan jaket berwarna hitam bertuliskan Venom di bagian dada dan punggungnya. Jaket yang menjadi identitas Haidar sebagai geng motor dan jangan lupakan luka memar di wajahnya.

"Ya Allah, Haidar.. lo kenapa?" kata Hilal yang dengan panik segera menghampiri Haidar.

"Gak papa kok kak, biasa laah hehe.." jawab Haidar saat Hilal menuntunnya untuk duduk bersama Ayah dan kakaknya yang lain. Setelahnya Hilal pergi ke dapur untuk mengambil air hangat dan obat merah.

"Haidar, kamu izin sama ayah untuk ke masjid bersama kakak kamu kan? Kenapa malah kaya gini?" Tanya Rafael saat Haidar sudah duduk di hadapannya.

"Maaf ayah," jawab Haidar sambil menunduk.

Syahadat Untuk HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang