BAGIAN 7

0 0 0
                                    

Tekan vote untuk melanjutkan!

Terima kasih, selamat membaca ^^

























Sorry For Typo <3

Tengah malam baru saja lewat satu jam yang lalu, cowok dengan kaus putih yang dilapisi jaket hitam dan topi yang menutupi sebagian wajahnya itu malah berdiri di pinggir jalan seperti sedang menunggu seseorang.

Raut wajahnya tampak gelisah, dan sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri. Kakinya ia gerakan membuat tubuhnya sedikit terguncang karna gelisah.

Tak lama sebuah lampu mobil Tesla model X menyilaukan penglihatannya, dan ternyata kendaraan roda empat itu berhenti tepat di depannya. Ia akhirnya menghembuskan napas lega.

"Maafkan saya baginda, saya isi batre mobil dulu tadi," ujar seorang cowok yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Sumpah ye, lo tuh kalo mau jemput tempatnya yang bener kek. Apa maksud lo nyuruh gue nunggu di samping TPU gini hah?! Kalo ada mbak kunti yang godain gue gimana?" ujarnya sambil menatap kesal si pengendara mobil.

"Yaelah Nif, di sirkuit nyali lo gede masa ngeliat mbak kunti nyali lo ciut?"

Hanif merotasi kan matanya. "Beda konteks ya, Lesmana!" dan ia pun langsung merebut sebuah kartu berwarna hitam dari tangan cowok yang tampak tidak terima saat Hanif memanggilnya Lesmana.

"Lesmana bapak gue anjir, lo Rafael!"

Hanif hanya terkekeh kecil dan menghiraukan cowok itu, ia lantas membuka pintu mobil dengan kartu yang baru saja ia rebut membuat si pemilik mobil terbengong sejenak.

Sebuah mobil Tesla keluaran tahun 2021, Hanif sudah terbiasa mengendarai supercar seperti ini, jadi dia tidak takut akan merusak atau membuat mobil itu lecet.

"Lo mau masuk atau gue tinggal di sini, Aksa Damian Lesmana?"

Cowok yang dipanggil Aksa itu lantas terlonjak dan dengan berlari kecil, ia masuk ke dalam mobilnya yang kini diambil alih oleh Hanif.

***


"Udah lo langsung masuk aja sono, ntar nih mobil gue yang parkirin," kata Aksa. Hanif mengangguk saja dan segera keluar dari mobil.

Langkahnya begitu cepat, hingga dalam hitungan menit ia sudah tiba di area sirkuit. Teman-temannya tanpa ragu mengulurkan tangan untuk melakukan tos, dan Hanif menyambutnya dengan baik. Meskipun suasana hatinya sedang tidak baik.

"Dimana Kak Benua?" tanya Hanif.

"Benua belom dateng. Kenapa emangnya?" tanya seorang cowok dengan hoodie hitam yang sedang bersandar pada bodi mobil.

Hanif menghela napas kesal. "Siapa yang ngusulin gue buat maju di kompetisi lusa?" Sontak semuanya diam.

"Kenapa diem? Jawab siapa yang ngusulin gue buat maju?!" Nada suaranya mulai meninggi, membuat Cakra si paling tua kedua setelah Benua pun mencoba menenangkan Hanif.

"Nif, jangan marah-marah dulu Nif. Bang Benua pasti punya alasan kenapa dia nunjuk lo lagi," kata Cakra.

Hanif mengerang kesal. "Alasan apa?! Pokoknya gue nggak mau ikut balapan lagi, sekali pun lo bayar gue miliaran. Kan gue bilang, bulan lalu itu yang terakhir."

Syahadat Untuk HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang