BAGIAN 13

2 1 0
                                    

Tekan vote untuk melanjutkan!

Terima kasih, selamat membaca ^^














S

orry For Typo <3

Suara pintu dibuka, menampilkan sosok kakak tertua yang tengah berdiri di depan pintu selama kurang lebih lima menit karena menunggunya berganti pakaian.

Hilal masuk ke dalam kamar Hanif dan Hafiz dengan tatapan yang Hanif tidak bisa prediksi. Apa yang sebenarnya kakaknya ini ingin bicarakan.

Kakak sulungnya ini memang sulit untuk ditebak.

“Kakak kapan pulang?” tanya Hanif saat Hilal melangkah masuk ke kamarnya.

“Baru aja,” Jawab Hilal singkat.

“Kak Hafiz mana?”

“Lagi mandi di bawah.” Hanif pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Hilal mendudukkan dirinya pada salah satu kursi yang berada tak jauh dari kasur. “Duduk.”

Satu kata itu adalah perintah. Perintah yang keluar dari mulut Hilal adalah absolut.

Jangan berani membantah jika tak ingin mengaktifkan mode berburu pada seekor singa.

Hanif pun duduk dengan perasaan gulana. Tatapan Hilal tidak tajam, yang artinya dia sedang tidak marah. Namun tatapannya juga tidak selembut itu untuk dikatakan tidak marah.

“Sudah siap untuk jujur?” tanya Hilal tiba-tiba.

Hanif mengangkat sebelah alisnya, sedikit bingung. “Jujur?” Debaran jatungnya mulai cepat, apa yang dimaksud ‘jujur’ itu?

“Kakak masih 18 tahun dan belum pikun buat nagih janji lo yang mau terbuka tentang dunia balap lo itu. Dari SMP udah masuk klub mobil, berani itu kompetisi balap mobil padahal belum punya SIM dan masih dibawah umur..”

“Juga tentang orang yang bernama Benua.”

Hanif seketika menegang. Ia memang sudah siap jika kakaknya benar-benar menagih janjinya, tapi.. Hanif bingung harus mulai dari mana.

“Kenapa diem?” Hilal mendesaknya. Kenapa hari ini orang-orang terus mendesaknya. Tadi Benua, sekarang Hilal, juga?

Hanif menautkan kedua tangannya, saling meremat karena bingung. Ia pun mengusak rambutnya frustasi, entah ia harus bagaimana sekarang.

Tak sengaja, matanya melihat ke arah laci meja belajarnya yang paling bawah. Laci yang selalu ia kunci dan tak seorang pun boleh membukanya selain dia.

Hanif dengan segera membuka laci itu, ia sudah siap jika Hilal akan menghujaninya dengan banyak pertanyaan. Seolah dirinya adalah tersangka yang pantas diintrogasi.

Hanif mengeluarkan isi dari laci itu. Sebuah kotak, kotak yang terlihat biasa saja dan Hilal tidak menaruh curiga apa pun pada kotak itu.

Namun setelah Hanif menyerahkan kotak itu padanya, dan memintanya untuk membuka kotak itu, kecurigaan itu mulai muncul.

Hanif duduk di hadapan Hilal yang tampak sedang memperhatikan kotak itu. Sesekali Hilal menatapnya seakan bertanya “Ini kotak apa? Lo mau gue buka kotak ini?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Syahadat Untuk HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang