BAGIAN 3

4 2 0
                                    


Tekan vote untuk melanjutkan!

Terima kasih, selamat membaca ^^










Sorry For Typo<3

Rafael sudah berada di ruang makan, menunggu keempat anaknya yang sedang mengganti pakaian.

Rafael dengan telaten menatap setiap piring di meja makan untuk keempat anaknya.

Sebenarnya Rafael belum sempat ganti pakaian, ia hanya melepas jas dan menyampirkannya pada sandaran kursi.

“Ayah, ganti baju aja dulu, ini biar Hafiz aja yang kerjain.”

Rafael menoleh untuk melihat kearah sumber suara, ternyata Hafiz sudah di sana dengan pakaian santainya.

Senyum Rafael sebagai sapaan hangat untuk sang putra.

“Nggak apa-apa Hafiz, ayah cuma beresin makanan doang kok ini,” kata Rafael.

Hafiz menghela napas jengah, sang ayah memang selalu seperti itu. “Yaudah sini, Hafiz bantu.”

Hafiz pun membantu Rafael menata makanan yang dibawa Rafael, sembari menunggu adik-adiknya selesai membenahi diri.

Hafiz membuka tiap kotak makanan yang dibawa Rafael. Hafiz menyadari bahwa isi setiap kotak berbeda-beda dan berasal dari restoran yang berbeda pula.

Hafiz menatap sang ayah yang juga tengah menata makanan, ia tersenyum lembut pada sang ayah.

“Terima kasih ayah,” kata Hafiz.

Sang ayah menoleh. “Eh? Tiba-tiba?”

“Nggak apa-apa pengen bilang makasih aja.”

Sang ayah hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak begitu paham dengan sikap Hafiz, namun ia yakin Hafiz bermaksud baik mengucapkan terima kasih padanya.

Tak lama setelahnya, Hanif, Haidar dan disusul Hilal di belakangnya datang ke meja makan

“Wuiihh Soto Betawi!” Heboh Hanif saat melihat makanan kesukaannya. Disusul suara heboh kakak dan adiknya yang lain.

Rafael senang sekali saat melihat reaksi anak-anaknya yang begitu menyukai makanan yang ia bawakan. Rafael memang jarang sekali membeli makanan di luar.

Karna bagi Rafael, kesehatan anaknya adalah yang utama, apalagi Hafiz yang memiliki penyakit bawaan lahir. Hafiz mengidap pneumonia yang diakibatkan oleh kelainan paru-paru yang ia miliki saat lahir. Maka dari itu Rafael harus memberi perhatian lebih pada Hafiz.

“Ayo duduk, kita makan sama-sama,” kata Rafael dengan senyum cerahnya. Keempat anaknya pun akhirnya duduk bersama dimeja makan, membuka tiap kotak yang ada di hadapan mereka.

“Makasih ayah, udah lama Hilal nggak makan beef wellington,” kata Hilal setelah menghabiskan satu suapan besar daging wellington kesukaannya.

“Iya ayah, padahal kalo ayah beli makanan apa pun juga bakal tetep kita makan kok. Ayah nggak perlu repot-repot bolak-balik dari restoran satu ke restoran lain, cuma buat beliin makanan kesukaan kita.”

Rafael tersenyum menanggapi pernyataan si tengah yaitu Hanif. “Nggak apa-apa Nif, sekali-kali kan? Ayah juga lagi pengen banget makan pasta. nggak adil rasanya kalo cuma ayah yang makan-makanan kesukaan ayah, sedangkan kalian nggak.”

Syahadat Untuk HafizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang